Falsifikasi

561 140 25
                                    

fal.si.fi.ka.si

n kekeliruan

Naura Hasna Annida masih sibuk dengan permen bertekstur kenyal sembari menunggu bus tiba. Halte seolah menjadi tempat singgahnya setiap hari, padahal zaman sekarang bisa mudah memakai ojol, bukan? Atau bisa nebeng teman yang tujuannya enggak searah tanpa mengganti uang bensin. Terserah, sih, teleportasi lebih mempermudah.

Perempuan yang biasa dipanggil Ann itu bekerja menjadi karyawan di salah satu perusahaan di Jakarta. Tinggi badannya 157 cm, masih bisa nambah kata Ann. Ann bahkan pernah tertipu memakai produk penambah tinggi badan yang sering dijanjikan di berbagi media sosial. Namun ia tetap berkeyakinan bahwa tingginya bisa menyamai Rowoon SF9. Beliau ini siapa, ya?

Kulitnya berwarna putih karena skincare-nya memakai air wudu, katanya, padahal kan enggak salah, to? Untuk orang muslim, wudu bisa jadi skincare terbaik di akhirat kelak. Wudu untuk bersuci. Kamu wudu jadi suci, lalu melaksanakan shalat, baca Al-Qur'an, dan ibadah lainnya. Wudu bisa meredam amarah juga, bukan? Praktik dulu coba kalau lagi marah, tapi nanti kembali baca ke sini lagi. Lagipun kulit bagus enggak harus putih. Cuma kalau mau kulit sehat tetap harus perawatan. Tentu butuh uang dan kerja. Enggak usah malas. Malas mulu kerjaanmu, tapi kadang sudah rajin segala macam juga pekerjaan kalau belum rezeki bisa apa? Bisa jadi pengangguran bertahun-tahun. Capek, ya? Sama.

Ann berusia 20 tahun. Perlu dijelasin kayak biodata di binder? Salah duanya ada mifa dan mafa. Tapi kalau minumnya suka air putih saja, matang tentunya. Kalau mentah, lalap air, dong?

Kehidupan Ann sedikit berubah sejak beberapa bulan bekerja di luar kota. Sebenarnya terasa sama saja menurut Ann. Yang berubah bukannya sikapmu kalau lagi marah, ya?

"Masih belum bosan sama yupi, ya?"

"Enggak bakal bosan kalau yupi."

"Boleh sebut merek, nih?"

"Boleh. Aku brand ambassador-nya."

"Masa, sih? Aku pemiliknya kok enggak tau?

"Halu."

"Nanti akan kututup semua toko yupi di dunia."

"Hah? Apaan ngutip. Saya bukan Ann di novel Geez & Ann!" Jawabnya dengan nada meninggi. Namun mata dan tangannya masih bergulat dengan permennya.

"Oh, jadi namamu Ann?"

"Iyaa. Kenapa? Mas ini siapa? Kayaknya ngikutin aku mulu, tiap hari di halte."

"Emang ini halte punya kamu?"

"Yaa ... enggak, sih, tapi kadang tiba-tiba ngajak ngobrol, sok kenal banget. Jadinya talking to stranger, agak waswas."

"Itu kayak judul buku?"

"Mbuh lah"

"Hahaha, tapi kamu mau aja diajak berdialog. Kenapa baru protes sekarang?"

"Terus salah siapa? Salah aku? Atau salah Pemerintah? Aku kan menghargai aja daripada Anda dikira ngobrol sama tiang listrik."

"Oke, ini salah Pemerintah."

"Y." Bahkan keyboard menolak mengetik lebih dari satu huruf, maaf.

"Udah, nggak usah terlalu dipikir. Masih muda ntar kena strok. Bus udah datang, mau naik, nggak?"

"Ngomong sama Anda tuh baru kena strok. Lagian naik tinggal naik. Duluan bos."

"Ya sudah, aku duluan, yaa."

Ann dengan segala kegengsiannya pun harus menunggu bus berikutnya. Untungnya jam pulang kerja, jadi lebih sedikit santai sambil menikmati yupi yang sebenarnya sayang untuk dimakan bagi Ann.

KELAKARWhere stories live. Discover now