18. Day With Jeno

6.1K 936 8
                                    

7 April 1996

Jeno sudah lulus kuliah. Dia bekerja di perusahaan milik keluarganya sehingga ia bisa lebih bebas.

Hari ini, sesuai dengan janjinya yang sebenarnya ditolak oleh Jiyoon, dia mau mengajak gadis itu jalan-jalan keluar.

"Udah semua Yoon?" tanya Jeno begitu Jiyoon keluar.

Jiyoon mengangguk, "udah."

Mobil adalah hal yang amat sangat mewah pada zaman itu. Jeno punya sih, tapi dia lebih suka naik motor.

"Pegangan," ucap Jeno.

"Hm," gumam Jiyoon.

Dalam perjalanan mereka hening. Tidak ada yang berniat membuka topik. Toh, ini di motor, bahaya kalau sering-sering mengobrol.

Omong-omong, Jisung dan Alicia sudah kembali ke Oxford seminggu setelah mereka datang ke Korea karena liburan yang telah usai.

Jisung beberapa bulan lagi lulus. Entah anak itu akan kemana setelah lulus. Jiyoon sih terserah kepadanya, mau terus di Oxford, pergi ke negara lain, atau kembali ke negara asalnya.

"Makan dulu ya Yoon," ucap Jeno.

Mereka berhenti di sebuah restoran ramen yang cukup terkenal.

"Habis ini kemana?" tanya Jiyoon.

"Ke taman mau nggak? Banyak yang jualan barang-barang murah kalau sore begini. Enak juga dibuat jalan," jelas Jeno.

"Iya, aku ngikut aja," ucap Jiyoon.

Ramen mereka datang. Ah, ini bukan restoran ramen yang mewah meski ramai. Cuma restoran pinggir jalan yang tidak begitu mahal namun enak.

Jeno dan Jiyoon menghabiskan ramennya sebelum pergi ke taman.

Zaman itu belum ada Mall. Hanya ada supermarket yang tidak bisa dikategorikan 'sangat besar'.

Mereka berdua jalan mengelilingi taman yang indah. Ah, taman ini dekat dengan Sungai Han.

Sungai itu sangat asri dan bersih sekali. Jiyoon suka kesini dari dulu.

"Mau nggak?" tanya Jeno sembari menunjuk mainan yang bisa membuat bubble.

"Buat apa ih? Kayak anak kecil aja."

Terlambat, Jeno sudah membeli mainan itu dan memainkannya.

Jiyoon menepuk-nepuk bubble yang keluar dari mainan itu.

"Wah, keren Jen!" seru Jiyoon.

Mereka benar-benar bersenang-senang layaknya anak remaja. Padahal usia sudah dewasa.

"Mau ice cream?" tanya Jeno yang langsung dibalas anggukan oleh Jiyoon.

"Mau rasa apa?" tanya Jeno lagi.

"Matcha," jawab Jiyoon.

"Oke."

Jeno membayar kemudian memberikan ice cream itu pada Jiyoon.

"Kok matcha sih? 'kan pahit," tanya Jeno.

"Sepahit apapun kalau memang suka, rasanya bakal enak kali," ucap Jiyoon.

"Belum tentu Yoon."

"Contohnya kalau kamu jatuh cinta sama orang. Walaupun orangnya nggak sempurna, kamu tetap terima," lanjut Jiyoon.

"Tumben puitis," ledek Jeno.

"Kenapa? Salah? Ih Jeno!"

Tak peduli dipandang orang-orang, mereka tetap kejar-kejaran, bermain bubble, intinya dunia serasa milik berdua.

Akibat kelelahan, dua manusia itu berbaring di rumput sembari memandang cerahnya langit.

"Jiyoon," panggil Jeno.

"Iya Jeno?"

"Kamu nggak punya mimpi?" tanya Jeno.

"Mimpi?" Jiyoon menoleh menatap Jeno.

"Iya, life goals mungkin?" ucap Jeno membalas tatapan mantan adik kelasnya ini.

"Semua orang pasti punya Jeno. Aku punya lima!" seru Jiyoon.

"Serius hanya lima?"

"Hm, lima hal yang utama dan sudah mendeskripsikan sisanya Jeno."

"Apa?" tanya Jeno antusias.

"Rahasia!"

Jeno tersenyum, "ya udah kalau rahasia."

Gadis itu kembali menatap langit sementara Jeno tetap memperhatikannya.

Park Jiyoon hari ini sungguh berbeda. Tidak seperti Park Jiyoon yang ia kenal dulu. Gadis itu menjadi lebih manja dan lucu. Jeno suka itu.

Tbc

5 April 2019

All the love,
Feli

Noona (Park Jisung) [Tamat;✔]Where stories live. Discover now