15. Hi Future!

6.2K 978 34
                                    

"Sudah kamu bawa semua 'kan?" tanya Jiyoon.

"Sudah Noona," jawab Jisung.

Jisung benar-benar excited. Hari ini ia akan berangkat ke Inggris, lebih tepatnya ke Kota Oxford untuk melanjutkan studinya.

"Pesawatnya masih jam 9 'kan?" tanya Jiyoon lagi.

"Iya Noona," jawab Jisung.

"Ya sudah, makan dulu."

Jiyoon mengambilkan adiknya makanan yang ia masak.

"Jisung bakal kangen sama masakan Noona," gumam Jisung.

Jiyoon hanya tersenyum, "makanan disana kata Taeyong sunbaenim enak."

"Memang kata orang enak. Tapi seenak apapun, tetap masakan Noona yang Jisung suka."

Mereka menikmati sarapan bersama. Rutinitas yang memang selalu mereka lakukan dari kecil.

"Noona, Jeno sunbaenim apa kabar?" tanya Jisung dengan maksud— ah, kalian tahu sendiri.

"Dia lagi sibuk sama tugas kuliahnya," ucap Jiyoon.

"Ah dari dulu alasannya begitu," kesal Jisung.

"Kamu nanti juga bakal merasakan itu Jisung."

"Noona sama Taeyong sunbaenim gimana?" tanya Jisung.

Iya, Park Jisung ini sedang mencari teman atau lebih tepatnya pendamping untuk kakaknya.

"Kenapa nanyain mereka sih?!" kesal Jiyoon.

"Nanya doang ih, Noona galak," ucap Jisung.

"Taeyong sunbae baik juga, 'kan Noona masih kerja di kafe dia," jelas Jiyoon.

"Bukan itu maksud Jisung, Noona," ucap Jisung yang kesal dengan kepolosan kakaknya.

"Terus?"

"Lupain aja deh."

"Noona ayo!" seru Jisung sembari menggeret kopernya.

Kakaknya mengangguk dan masuk ke dalam taksi.

Jiyoon berusaha menutupi kesedihannya. Dia merasa senang, namun juga sedih karena harus berpisah dengan Jisung.

Tidak melihat wajahnya dua hari saja Jiyoon seperti orang gila, bagaimana jika tak melihat wajahnya selama bertahun-tahun?

Jika ingin bertemu via suara pun ia harus pergi ke kantor yang entahlah dia tidak tahu namanya, yang pasti tempat untuk menelpon ke luar negeri dengan biaya yang lumayan mahal.

Andai saja sudah ada LINE atau Whatsapp yang bisa membuat mereka saling bertatap muka dengan fitur panggilan video-nya. Sayangnya, smartphone saja belum ada pada masa itu.

Mereka sampai di bandara setengah jam kemudian.

Jiyoon mengantarkan adiknya ke pintu keberangkatan. Ia hanya bisa mengantar sampai situ.

Wajahnya sudah sangat memerah menahan tangis yang sebenarnya sudah ia tahan dari kemarin.

"Jisung-ah! Jaga diri baik-baik, belajar yang benar, jaga pergaulan, jangan lupa makan malam, jangan ingat-ingat Noona, jang—"

Jiyoon menutupi wajahnya, pertahanan gadis bermarga Park itu runtuh. Ia menangis tersedu-sedu.

"Noona," ucap Jisung kemudian memeluk tubuh Jiyoon yang terisak.

"Jisung akan jaga diri, Jisung tidak akan menyiakan perjuangan Jisung dan Noona untuk hal ini," ucap Jisung.

Anak itu mengelus surai coklat tua yang ter-urai milik kakaknya. Ia juga sedang menahan tangisannya.

"Jisung akan cari cara supaya ketika liburan semester bisa pulang kesini. Noona jangan khawatir.

"Jaga diri Noona. Jangan terlalu mikirin Jisung, jangan lupa makan, jangan bekerja hingga larut karena sekarang Jisung nggak bisa jagain Noona."

Jiyoon mengangguk, "iya Jisung."

Jisung melepas pelukannya kemudian mencium kening dan pipi Jiyoon, "tunggu Jisung ya Noona!"

"Aku sayang kamu Jisung."

"Jisung juga sayang Noona."

Jisung melangkah memasuki pintu keberangkatan. Sesekali ia berbalik kebelakang dan melambai pada kakaknya.

Jiyoon tersenyum ditengah isakan-nya. Dia berhasil membantu adiknya mewujudkan cita-citanya.

"Semoga berhasil Jisung," gumam Jiyoon sebelum melangkah pulang dari bandara.

Satu lagi orang yang dia sayang pergi. Untungnya secara baik-baik dan untuk tujuan yang baik.

Tbc

2 April 2019

All the love,
Feli

Noona (Park Jisung) [Tamat;✔]Kde žijí příběhy. Začni objevovat