2. The Princesses Meeting

10.5K 915 23
                                    

~ Saat para putri merencanakan sesuatu... ~

Di cafe lobby apartemen milik Jaya, berkumpullah empat orang perempuan cantik. Lily, Tiara, Natasha dan Avelia.

Lily menggeleng-geleng tak percaya. "Lu berani banget sih, Ve! Udah tau Papa tuh keras. Makin lu lawan, makin keras. Kenapa gak ngomong ke gue atau Mas Ajie dulu? Kami bisa bantuin."

Ave tersenyum masam. "Percuma, Kakak ipar gue sayang. Mas Ajie juga mana berani kalo itu udah diputuskan Papa."

"Iya sih, tapi kan harusnya sebelum itu lu ngomong ke Mas atau gue. Gak gini deh kalo gue tahu," ujar Lily, sambil tersenyum dan mengelus perutnya. "Yang satu ini bisa memuluskan permintaan apapun yang gue inginkan."

Ave menggeleng-geleng. "Gaklah, Kak. Gue gak berani gunain ponakan gitu. Lahir aja belom. Buat gue itu yang penting restunya Papa. Biar bagaimanapun, Papa juga penting banget buat gue."

"Hasilnya?" Kali ini Natty yang menyahut. "Lu kejebak sendiri kan? Terus gimana? Lu pikir ngumpulin duit 50 juta itu gampang."

Dua kepala lain ikut mengangguk setuju dengan pernyataan Natty, Tiar yang sedang sibuk menyelamatkan keranjang kentang gorengnya dan Lily yang sibuk mengambil kentang goreng Tiar setelah menghabiskan pesanannya sendiri dan Ave. 

"Gue kalo gak nikah sama kakak lu, sampe kiamat juga uang segitu gak terkumpul. Apalagi sekarang," kata Lily santai. Tangannya lagi-lagi terulur, ingin menjangkau kentang di piring yang dipegang Tiar.

Tiar mendelik saat sekali lagi Lily kembali berhasil mengambil kentang. "Iiih, itu sebabnya lo pelit banget. Ketularan sama mertua dan suami ya? Dari tadi nyolong kentang gue aja!"

"Apaan sih? Kentang doang!" sahut Lily kesal. Juga sambil melotot.

"Lo hamil apa sih? Mabok kagak, rakus iye!" sungut Tiar sambil menjauhkan kentang gorengnya dari jangkauan Lily.

"Jangan jahat-jahat sama ibu hamil, Yar! Entar lo gak hamil-hamil," kata Natty sambil tertawa.

Wajah Tiar jadi masam, sementara Lily tertawa-tawa senang, mengacungkan jempol pada Natty.

Ave juga memandangi ketiganya dengan wajah lebih masam. Bagaimana mereka berdua bisa membantunya? Makan kentang saja mereka berebutan. Ia menghela napas.

Natty rupanya merasakan kekesalan Ave, maka ia menatap gadis itu dan berbicara dengan lembut, "Sudahlah, kalo hanya segitu, gue ada. Mau gue pinjamin dulu? Gue yakin dengan masakan buatan lo yang luar biasa itu, cafe lo pasti berhasil."

"Gak bisa, Mbak Nat. Gue gak mau pake cara itu. Papa pasti nertawain gue kalo begitu. Gue pengen Papa mengakui kemampuan gue. Dengan begitu, entar pas cafe gue benar-benar release, Papa gak bakal ngeledekin lagi."

"Price of pride ya guys, hahaha... " ujar Tiar sambil tertawa, diikuti yang lain. 

Hanya Avelia yang menekuk wajahnya kesal. 

"Intinya lo tetap harus kerja. It's the only way that I can suggest to you, Mbakyuq," kata Natty menimpali. Semuanya mengangguk kompak.

"Gue tahu, tapi gue harus gimana? Gue gak pernah kerja di sektor formal kayak lo semua," keluh Ave sedih.

Natty tergelak. Tangannya sibuk mengelap jarinya yang terasa lengket dengan tisu. "Artis emangnya sektor formal ya?"

"Pelatih kebugaran juga sektor formal? Sejak kapan?" Mata Tiar membulat. Ave tertawa malu. 

Lalu ketiganya menatap Lily yang masih asyik menggigiti kentang Tiar yang sekali lagi tidak dijaga dengan baik. Wanita itu melongok, "Apa? Gue?"

"Lo kan mantan sekretaris, Li. At least kasih saran gitu," kata Natty bijak. 

Putri Matahari & Pangeran Salju (TAMAT - NOVELTOON)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang