Can't Relate

1.9K 240 21
                                    







"KENAPA GAK ADA YANG NGASIH TAHU SOAL AFRINA KE GUA? LO JUGA JAR? KENAPA GAK BILANG DARI AWAL?" teriakku ke Fajar.

"Sumpah ini bukan kuasa gua Jom, baik nyokap lo dan nyokap Afrina yang ngelarang gue buat bilang ke elo .." jelas Fajar.

"Rian ... Tenang okeeyy! Kalo lo mau marah iya boleh, liat situasi anak lo ketakutan tuh .." nasehat Acha istri Fajar.

Aku terdiam dan melihat Arifin yang gugup sambil memainkan jemarinya. Aku duduk bersimpuh di hadapannya.

"Mas .. masuk dulu ya ke kamar .. nanti ayah susul ya .." ujarku ke Arifin yang langsung membuatnya beranjak dari duduknya dan masuk ke kamarnya.

Aku kembali terduduk.

"Lo butuh buat liat ini, cctv yang kita dapet di ruang loker sebelum Afrina di serang.." titah Kevin sambil memberikanku sebuah laptop.

Aku melihat apa yang ada di sana, kembali mengingat waktu itu saat aku menelpon istri. Ternyata suara debaman yang aku dengar itu benturan punggung Afrina. Ponselnya terlempar entah kemana, dan Ratna menusuknya dengan membabi buta.

"Assalamualaikum .." salam dari arah luar, ternyata yang datang itu adalah mbak Dinda, mas Yusuf dan juga mas Arif atau kami sering memanggilnya Hakim, mereka berdua adalah sepupu mbak Dinda dan juga mas Rangga.

Kevin mulai menjelaskan duduk masalahnya dari awal, karena aku tidak tahu bagaimana ceritanya hanya diam saja menunduk. Mas Arif duduk di sampingku.

"Kata mas Rangga .. kamu nyari aku yan?" Tanya mas Arif.

Aku hanya mengangguk.

"Ada apa?" Tanya mas Arif.

"Tolong carikan orang yang namanya Upik! Dia salah satu temen deket Afrina, dia pernah Dateng sekali waktu Lani lahir, setelah itu dia menghilang begitu aja gak tau kemana... Sewaktu di all England kemarin, waktu aku tanya dia mau hadiah apa, dia gak bilang secara signifikan tapi dia cuman bilang pengen ketemu temennya yang namanya Upik itu .." jelasku yang membuat semua orang yang ada di ruang tengah rumah terdiam.

"Sosial medianya?" Tanya mas Arif.

"Ada .. ini .." aku menyerahkan ponselku yang membuka aplikasi Instagram yang menampilkan id salah satu teman dekat Afrina yakni Upik.

Lupia.kim

kim

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Like 12

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Like 12

Lupia.kim nice to see you again friends! Happy new life, i hope you to be nice mom ❤ @afrina_iftitah


"Ini terakhir di posting tujuh bulan yang lalu!" Kata mas Arif.

"Mas gua tahu ini gak mudah, tapi bisa tolong bantuin buat nyari dia?" Aku memohon ke mas Arif.

"Gua coba yang terbaik .. tapi gak gak janji sama hasilnya, ini bakalan sulit karena sumber kita hanya ini .. sedang kan ponsel Afrina masih di jadikan barang bukti polisi.."

Setelah menjelaskan itu semua mas Arif langsung mengeluarkan semua peralatan tempurnya, hanya untuk mencari teman Afrina yang dia cari. Mas Arif langsung mengekuarkan empat laptop canggihnya yang semuanya di penuhi dengan kata-kata, bahkan gambar aplikasi yang tidak aku mengerti sama sekali.

Kevin dan juga mas Yusuf masih membahas soal perkara hukum yang bisa di tempuh. Tentu saja kita membahas hukuman terberat apa yang akan di dapat pelaku yang bahkan aku tidak ingin mendengar orang menyebut namanya.

Fajar dan juga Acha sibuk menerima telp dari wartawan, mereka berdua mengaku sebagai salah satu orang terdekatku dan juga Afrina. Aku tidak bisa memikirkan apapun, sungguh pikiranku kosong sekosong-kosongnya.

Bahkan aku bisa membayangkan bagaimana diriku kedepannya.

"Terakhir kali dia menggunakan ini saat ada di pusat perbelanjaan Jogja .. tapi setelah itu menghilang, dia juga tidak mencantumkan nomor ponselnya dalam akun sosial medianya.." keluh mas Arif.

"Jom lo istirahat gih .. gua mau nemenin mas Yusuf ke kepolisian sekalian ke rumah sakit buat liat Afrina sebentar .." titah Kevin aku hanya mengangguk.

Nabilla sendiri sedang ada di rumah sakit bersama dengan orang tua yang lainnya. Aku memilih untuk masuk ke kamar Arifin setelah berpamitan dengan yang lain.

Aku melihat Arifin yang meringkuk di pojok kasur mengahadap ke tembok. Aku mengikutinya berbaring di kasurnya.

"Ayah .. ibu pasti sembuhkan?" Tanya Arifin yang masih menghadap ke tembok.

"Kita doain ya mas .. semoga ibu cepet sembuh terus gak sakit-sakit lagi .." jawabku sambil menepuk pundaknya.

Arifin berbalik menghadap ku.

"Mas takut .." jujur Arifin aku merentangkan tanganku dan kami berpelukan mengisi kekosongan.

Hari demi hari berlalu, sudah dua hari ini mas Arif mencari bahkan dia merelakan waktu tidurnya hanya untuk mencari sosok misterius yang bernama Upik. Aku heran bagaimana Afrina bisa mengenalnya, bahkan begitu dekat dengannya.

"KETEMU!!!!!" teriak mas Arif semangat.

Fajar dan Acha yang ada di sekitar mas Arif berdiri dan bertepuk tangan tanda bangga.

"Yan ... Dia ada di kota Blitar, ini alamat yang berhasil aku dapetin .. " terang mas Arif.

"Lalu gimana sekarang?" Tambahnya.

Setelah memegang kertas yang berisi soal alamat Upik, aku juga mulai kebingungan. Aku tidak mungkin meninggalkan anak-anak dan juga Afrina disini.

"Apa gua aja sama Acha Jom yang pergi?" Tanya Fajar.

"Jangan kasian Acha .. dia juga lagi isi tuh, gua gak mau kalian kenapa-kenapa!" Aku melarang pasangan ini berangkat mencari Upik.

"Biar aku aja yang pergi deh, titip anak-anak ya Cha, Jar tolong jagain orang tua gue juga .. " putusku pada akhirnya.

"Okeyy ... Lo tenang aja Jom." Sanggup Fajar.

"Aku temenin ajalah .." kata mas Arif yang langsung ikut berkemas.

Kita berdua berangkat bersama menggunakan kereta, aku justru berterimakasih dengan adanya Fajar, Acha, Kevin, Nabilla yang bergotong royong membantuku. Bahkan Kevin masih harus membantu mas Yusuf melewati proses yang panjang.

Perjalanan Jogja ke Blitar cukup lama, sekitar hampir lima jam lebih. Bahkan saat kita sampai kita harus menempuh satu setengah jam untuk bisa sampai di lokasi atau alamat yang dituju.

"Rumahnya cukup bagus .." komentar mas Arif.

"Lapo mas? Golek sopo? (Ngapain mas? Nyari siapa?) " Tanya seorang ibu-ibu paruh baya dengan logat jawa samping rumah ini.

"Niki kulo badhe madhosi___ (ini saya mau lihat __)  " belum selesai aku menjawab sepertinya ibu itu sudah tahu kemana arah pembicaraanku.

"Seng duwe omah iki jam yamene gak onok mas ndek omah, onok e mengko bar ashar. (yang punya rumah jam segini gak ada di rumah, adanya nanti habis ashar.)" Jelas ibu tadi.

"Nggeh pun Bu ... Matur suwon .. (yasudah Bu .. makasih ..)" jawabku yang bingung mau kemana.

"Kita pergi aja dulu nyari makan .." ajak mas Arif.












The Kind Of LoveWhere stories live. Discover now