New Home

6.8K 378 9
                                    



Kehidupan kami sebagai pasangan suami - istri, sebenarnya tidak terlalu beda jauh masih sama kayak tunangan sekaligus pacaran, masih ada jarak yang memisahkan kita anggep aja kayak gitu kali ya. Secara kita tunangan tiga tahun, bukan waktu yang sebentar juga. Jika hanya untuk perkenalan.

Masih tetap LDR (long distance relationship) cuman bedanya kalo dulu Indonesia - Inggris, sekarang mah Jakarta - Yogyakarta. Bukan tanpa alasan pekerjaan kamilah yang membuat kami jadi seperti ini, aku tinggal di rumahnya mas Rian sama mama. Nemenin mama juga soalnya mbak Ratih dan Mas Danu sendiri pindah ke Mataram karena mas Danu harus pindah tugas disana. Mau gak mau mbak Ratih sama Tania juga harus ikut.

"Hallo iya mas ... Assalamualaikum.."

"Wallaikumsallam .. dimana yang?" Tanya mas Rian di seberang sana.

"Dirumah sakit, abis ini pulang .."

"Kok tumben masih di rumah sakit?" Tanya mas Rian.

"Iya nih .. aku ada operasi dadakan barusan, jadi ini aku langsung mau pulang." Jelasku.

"Bawa apa tadi pas berangkat yang?" Tanya mas Rian lagi, kelihatan sekali bukan kalo suamiku ini khawatir.

"Naik mobil kok tenang aja .." jawabku yang membuatnya bernafas lega.

"Yaudah cepet pulang, jangan aneh - aneh .. nyetirnya hati - hati jangan Sampek ngantuk oke .. ini udah malem!" nasehatnya yang hanya kutanggapi dengan kata "iya" saja.

Jadi ceritanya setelah menikah kita berdua ini gak ada waktu sama sekali buat yang namanya liburan atau pun bulan madu, yang ada malah lupakan bulan madu waktunya kerja. Mas Rian sendiri langsung dihadapkan dua turnamen bergengsi sekaligus. Sedangkan aku harus kembali lagi kerumah sakit. Teman – teman dari Inggrisku juga banyak yang datang saat hari bahagiaku tentu. Mereka bilang akan mencari jodoh mereka sepertiku untuk teman laki – lakiku, aku hanya tertawa setelah mendengar perkataan mereka.

Keponakan semata wayangku Surip alias Arifin sendiri ikut denganku tinggal di Jogja, kasian bapak sama ibu kalo dibebankan Surip yang sekarang akan menginjak umur 8 tahun, tahun depan sudah kelas tiga juga. Sedangkan dirumah sendiri sudah ada si mbah yang udah gak bisa jalan kemana – mana. Untuk itu aku memutuskan untuk memboyong Arifin dan beruntungnya aku mas Rian sendiri setuju dengan keputusanku.

Aku sendiri sama mas Rian punya rencana buat ngerenofasi rumah mama, cuman mama gak mau katanya banyak kenangan sama papanya mas Rian yang udah lama berpulang. Kalok rumahnya di renovasi pasti bakal banyak yang berubah nantinya. Akhirnya aku dan mas Rian memilih untuk merenovasi rumahku yang ada didekat rumah sakit. Masna sendiri sudah menikah dengan kekasihnya, walaupun masih tinggal kontrak ditempat lain.

Aku berjalan di lorong rumah sakit, hendak ke parkiran dimana mobilku berada. Sudah waktunya pulang, kasian mama sama Surip sendirian dirumah. Sengaja aku bawa Surip juga kalo aku kerja bahkan gak sengaja sampek malem begini Surip sendiri bisa nemenin mama. Biar rumah sendiri juga gak terlalu sepi.

"masna pulang dulu ya .." kataku pada Masna yang menjaga konter depan resepsionis.

"iya bu dokter hati – hati dijalan .." katanya sambil dadah – dadah.

"ati – ati bumil gak boleh capek – capek kerjanya.." nasehatku sambil keluar rumah sakit.

Jarak antara rumah Mas Rian dengan rumah sakit UGM sendiri gak terlalu jauh juga sih, hanya berjarak tiga km, kalo ditempuh pakek sepeda motor atau mobil cuman tiga puluh menit perjalanan.

"assalamualaikum ... Rip ibu pulang .." kataku memanggil Surip dengan nada suara yang sangat halus, sengaja aku menyuruhnya mulai memanggilku ibu mas Rian juga meminta Surip memanggilnya dengan sebutan Ayah.

Aku masuk ke dalam kamar Surip setelah memastikan pintu depan terkunci begitupun pagar luar rumah. Ku lihat Surip sendiri sudah tidur nyenyak, aku masuk ke dalam kamar. Mulai memeriksa tugas sekolahnya lalu membaca buku hariannya yang memang mulai aku biasakan untuk menulis buku harian, bukannya tanpa sebab Surip sendiri sebenarnya anak yang paling susah jika disuruh mengungkapkan isi hatinya jadi aku mulai mengajarinya bagaimana cara menulis buku harian, dia bilang itu adalah hal yang menyenangkan untuknya.

Aku membuka halaman demi halaman buku hariannya, menyenangkan memang jika bisa mengetahui apa yang ada di fikiran orang – orang. Aku menata kembali buku – buku Surip yang sedikit berantakan, lalu mempersiapkan buku pelajaran untuk besok sekolah, merapikan selimut Surip yang sudah kemana – mana akibat akrobatnya dan aku keluar kamar setelah menciumi kedua pipinya.

"sudah pulang nak ?" tanya mama yang mengagetkanku hampir saja aku terjatuh dan berteriak karena kaget.

"aduh ma.. aku kaget .. jantungku mau copot .."keluhku sambil memegang dadaku.

"halah .. bisa aja kamu ini .. udah makan belom?" tanya mama kemudian.

"belum ma .. tadi sebenernya mau pulang sih abis sholat magrib, cuman ada pasien UGD dateng dan harus segera dioperasi tadi jadi mangkanya baru pulang jam segini .." jelasku ke mama.

"yaudah mau mama panasin makanannya?" tanya mama.

"enggak usah deh mama balik istirahat aja, pasti capek juga kan, biar Rina beli aja tahu tek kalo ada yang lewat atau pak sate biasanya juga pasti bakalan lewat juga kan abis ini .. " kataku ke mama.

"yaudah kalo gitu besok kamu masuk Shif apa? Sore apa malem?" tanya mama.

"sore kayaknya ma .. " jawabku sambil berfikir.

"yaudah istirahat dulu aja kalo gitu .. ganti baju atau mandi sekalian, nanti kalo pak satenya lewat biar mama yang panggilin." Ujar mama

Aku mengangguk setuju dan masuk ke dalam kamar yang dulunya punya mas Rian sekarang jadi kamarku dan juga dia. Mas Rian sendiri kalo dikasih waktu libur sehabis turnamen juga bakalan langsung pulang ke Jogja. Setelah makan sate hasil beli di pak Jaenal. Aku menyuruh mama buat langsung tidur lagi soalnya udah tengah malem kasian kalok harus pakek nemenin akunya makan.

Setelah makan dan membereskan meja makan bekas aku makan tadi, aku mengecek Uno sebentar, kasian anakku yang satu ini seharian gak ketemu. Kata mama tadi Uno sempet nungguin didepan pintu sambil ngaong – ngaong terus waktu mama nyuruh masuk udah malem, dia masuk sih cuman balik lagi nungguin didepan pintu gak lama tidur – tidur sendiri. Jadi mas Rian sendiri beliin Sofa khusus gitu buat tidurnya Uno katanya, mas Rian sendiri naruh sofanya di dekat musolla rumah. Uno juga udah gak di taruh di kandang cuman kandang dijadiin toilet doang, kalok dia mau pop atau mau pipis dia mau masuk kandang selebihnya dia bakalan diluar kandang.

Puas dengan mengambil banyak potret Uno aku mengirimnya ke mas Rian. Aku memintanya untuk membawa sodara baru untuk Uno, ya saat ini mas Rian ada di Inggris, dia sedang mengikuti kejuaraan All England.

To : Husband 'Ayah'

To : Husband 'Ayah'

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mas .. Uno kapan dicariin temennya ..

Aku menekan kata Send dan pesan chatku terkirim dengan gambar Uno yang tidur disofa.

The Kind Of LoveWhere stories live. Discover now