Seesaw

3K 249 21
                                    










Aku tahu kalau mas Rian sedang banyak pikiran, kadang jika aku mengajaknya berbicara dia kadang tidak merespon dengan baik, sering kali aku melihatnya sedang melamun.

Apa mungkin foto yang dikirimkan Imel waktu itu benar adanya, kalau mas Rian memiliki wanita lain mungkin. Aku masih belum percaya sebelum aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri.

"Mas .. " panggilku saat kami akan berangkat tidur mengistirahatkan diri.

Ini hari pertamaku di Jakarta, baru tadi siang aku sampai disini. Aku sengaja mengambil cuti untuk bisa menemani suami sekaligus anak jalan - jalan.

"Hmmm ...." Mas Rian menanggapi panggilanku dengan deheman.

"Gak mau ngomong apa gitu sama aku?" Tanyaku ke mas Rian.

Mas Rian diam sebentar tampak berfikir.

"Mas mau cerita sama kamu .. tapi mas mohon kamu jangan salah paham ya .." kata mas Rian yang memulai ceritanya soal mantan kekasihnya sewaktu masih di SMA.

Intinya mas Rian cuman punya niatan buat ngebantu dia sebagai seorang teman, tapi mas Rian sendiri beberapa waktu lalu sadar atas kata - kata mas Kevin kalau kebaikannya mungkin bisa di salah artikan oleh yang bersangkutan. Cerita mas Rian sendiri membuatku mau tidak mau juga harus sadar bahwa aku perlu yang namanya introspeksi diri.

"Mas mungkin kalau aku gak percaya sama mas, dan punya rasa egois aku mungkin udah minta cerai waktu Imel ngasih aku beberapa foto ini, aku fikir itu bohong tapi ternyata itu beneran .." ceritaku sambil menunjukkan foto yang ada di ponselku.

Mas Rian mengambil ponselku untuk melihat dengan jelas. Di beberapa tempat yang berbeda.

"Bagus ya kayak keluarga yang samawa ..." Sindirku di slide foto terakhir yang menampilkan foto dimana mas Rian menggendong seorang anak perempuan yang usia mungkin tiga tahunan dengan perempuan berambut panjang di sampingnya.

"Kamu ngomongnya gak usah gitu dong! Kamu istriku bukan dia!!!" Sewot mas Rian.

"Mau punya istri yang kaya begitu juga gapapa tapi pisah dulu sama aku .." tutupku santai sambil mengambil posisi tidur membelakangi mas Rian.

Aku hanya mampu memejamkan mataku tapi aku tidak memiliki rasa kantuk. Rasa kantukku menguap begitu saja. Cerita mas Rian soal mantan kekasihnya masih memenuhi kepalaku, kenapa mas Rian tidak mau jujur sekalipun jujur dari awal itu tidak masalah kalau hanya untuk membantu, nyatanya mas Rian berbohong begitu lama dan aku tahu dari orang lain. Aku fikir itu bohong nyatanya itu fakta. Bukti otentik foto kayak begitu mana ada lllkebohongan.

Aku mendengar Lani menangis, saat aku hendak bangun untuk mengambil Lani yang tidur di box bayi. Mas Rian lebih dulu bangun.

"Kamu istirahat aja .." titah mas Rian.

Aku memiringkan tubuhku ke kanan, karena tidak ingin melihat mas Rian. Kalian sendiri pasti tahu bukan kalau dibohongi pasangan itu rasanya bagaimana. Lani berhenti menangis saat mas Rian melantunkan sholawat nabi. Hal itu juga membuatku tenang, apa mungkin Lani terbangun karena pendingin AC, aku menaikkan suhu AC yang sesuai dengan Lani.

"Kalo udah balik tidur, langsung tidurin aja mas .. kasian mas juga besok pagi masih latihan .." kataku ke mas Rian yang diangguki mas Rian yang langsung meletakkan Lani kembali ke box secara perlahan.

Mas Rian kembali ke tempat tidur, saat aku akan membalikkan badanku, mas Rian sendiri langsung mendekapku. Jadi posisi kami berpelukan saling berhadapan. Mas Rian menenggelamkan wajahnya di ceruk leherku.

"Maaf .." kata mas Rian sebelum terlelap. Aku ingin melepaskan dekapannya tapi nyatanya dekapannya terlalu kuat.

Adzan subuh berkumandang, aku membangunkan mas Rian.

The Kind Of LoveWhere stories live. Discover now