Birthday Gift

2.2K 220 5
                                    




Intinya setiap ulang tahun atau perayaan apapun aku gak pernah nuntut mas Rian buat selalu inget atau ngasih hadiah, bahkan ucapanpun aku gak mengharapkan itu, karena menurutku itu tidak terlalu penting. Bahkan aku saja sering melupakan hari ulang tahunku sendiri.

Untuk pertama kalinya, kemarin aku mendapatkan kejutan ulang tahun dengan ucapan dan harapan dari teman-teman selama aku menempuh pendidikan di Inggris, bukan itu saja aku juga mendapatkan ucapan selamat ulang tahun dari Mr. Edwan Professor ku. Orang yang menjagaku, menjadi ayah, sekaligus guru terbaik.

Sore ini kami pindah ke London, kita putusin buat sekalian aja, biar besok gak buru-buru ngejar pesawat. Apalagi bawa bayi juga, bawaannya juga banyak.

"Tolong kasih ke mama waktu ulang tahunnya ya .. ulang tahun mama bulan depan soalnya." Pesan mas Rian, aku hanya mengangguk saja.

Tanpa memeriksa apa isi hadiahnya, aku memasukkannya ke dalam tas, mas Rian juga tampak gusar.

"Kamu gak mau liat apa isinya Bu?" Tanya mas Rian, aku mengerutkan dahi.

"Kenapa emang mas?" Tanyaku kebingungan.

"Liat aja dulu .. biar tahu apa isinya .." kata mas Rian.

Aku menurutinya, aku membuka kotak hadiah dengan ukuran kecil, di dalamnya ada kotak beludru berwarna hijau tua.

"Cincin?" Tanyaku.

"Buka aja dulu .." titahnya, aku menurutinya betapa terkejutnya aku sebuah cincin dengan banyak permata di sekelilingnya.

Aku tersenyum sejenak, aku melihat mas Rian yang juga ikut tersenyum.

"Bagus mas .. aku usahain bakal bikin Mama  seneng waktu ulang tahunnya .." janjiku ke mas Rian, senyum mas Rian luntur seketika.

"Aku nunjukin itu bukan nyuruh kamu bikin ketawa mama, bikin syukuran atau party! Tapi yang mau aku denger dari kamu itu 'kok mama aja dikasih hadiah aku enggak' gitu!" Kata mas Rian gemas.

"Aku udah dapet hadiah yang besar kok dari mas Rian, ini .." tunjukkin pada Lani yang sekarang ada di gendongan mas Rian.

"Bukan itu .. coba sebutin apa yang lagi ibu pengen? Yang lagi ibu mau.." ujar mas Rian.

"Enggak ada Alhamdulillah .." jawabku jujur.

Mas Rian tampak menghela nafas. Aku melihat ke sekeliling kereta yang mana satu gerbong penuh dengan athlete pemain Indonesia yang kemarin lolos sampai babak semi final.

"Ayah itu kadang ngerasa kurang merhatiin ibu, liat temen-temen ibu aja pada suka belanja kesana-kemari, suka pakek baju mahal, perhiasan, make up,  skin care bdan banyak lagi pemberian suami, ibu gak mau?" Tanya mas Rian.

"Alhamdulillah ibu bukan orang yang suka kayak begituan .. udah punya anak, semuanya harus anak dulu .." jawabku santai.

Mas Rian tampak kurang puas dengan jawabanku.

"Bisa gak ibu ngomong gitu apa yang di mau?" Pinta mas Rian.

"Ada .. ketemuin aku sama mbak Upik!" Jawabku singkat dan tersenyum.

Udah lama aku lostcontack sama mbak yang satu itu, terakhir ketemu waktu lahiran Lani, sekarang Lani udah jalan tuju bulan.

"Gimana nyarinya? Ayah gak janji deh tapi ayah usahain .. tapi ayah punya hadiah yang lain buat ibu .." katanya sambil mengambil sesuatu dari kantong jaket tebalnya.

"Tangan ibu mana?" Mas Rian meminta tanganku, aku memberikan tangan kananku.

Aku terkejut ketika dia mengambil cincin kawin di jari manisku. Tiba-tiba dia memakaikan cincin berlian dan menaruh cincin kawinku di kotak beludru yang memiliki warna sama dengan punya mama.

The Kind Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang