Part 7 : Insiden Bus

Start from the beginning
                                    

"Satria. Aku pernah liat dia naik bus." Senja menjawab keheranan Luna.

"Oh ya? Sayangnya aku gak suka naik angkutan umum Ja." Luna sedikit kecewa mengetahui fakta tentang Satria. Dia kira Satria pergi ke sekolah dengan Papanya karena yang dia tahu motor Satria memang disita.

"Kenapa?" tanya Senja heran.

"Angkutan umum kan kotor, sesak, dan yang paling penting itu gak aman buat gadis seperti kita." Luna memberikan alasan.

"Kalo naik bus nya sendirian mungkin gak aman. Tapi kan ada Satria." Batin Senja.

Tapi kemudian Senja menggeleng kepalanya, Satria juga kan kurang ajar padanya tadi. Tapi kenapa hati kecil Senja merasa tidak terima Satria seperti itu. Bagaimanapun, Satria berjasa sudah menolong Senja.

"Padahal, maksud aku tuh kamu bisa sering ketemu Satria di bus," usul Senja membujuk Luna.

"Banyak cara untuk mendapatkan Satria. Selama ini pun, aku selalu mendapatkan cowok yang aku mau tanpa repot kan?" Luna tersenyum percaya diri.

Senja mengangguk. Menyetujui ucapan Luna. Memang benar, Luna selalu mendapatkan apapun yang dia mau. Luna itu cantik, siapa yang mau menolak Luna? Senja merasa sesak menyadari itu, bagaimana jika Satria benar-benar bersama Luna? Rasanya ingin pergi jauh jika itu sampai terjadi.

Tapi. Sebagai saudara Luna, Senja tetap harus mendukung Luna. Jika memang Satria itu jodoh Luna, Senja akan berusaha ikhlas menerima kenyataan yang nyatanya sangat pahit untuk dirasa.

"Gak masalah gak ketemu Satria di bus. Aku tau bisa ketemu Satria di mana." Luna tersenyum penuh arti.

"Di mana?" tanya Senja ingin tahu.

"Di club malam. Jangan bilang Mama," bisik Luna.

"Hah?!" Senja terperajat kaget.

"Jangan kenceng-kenceng Ja." Luna membekap mulut Senja.

Senja mengangguk.

"Temen baru aku di SMA cerita, kalau dia pernah liat Satria CS nongkrong di club," jelas Luna pelan.

Kaki Senja rasanya lemas, Satria benar senakal itu kah? Jadi, saat Satria pulang malam dan memanjat pohon, dia pulang dari club? Senja tak habis pikir.

"Na, kamu mau main ke tempat seperti itu?" tanya Senja.

"Tentu, lagian gak ada yang aneh. Di Jakarta juga aku sering main ke club bareng temen-temen," jawab Luna santai.

"Jangan lagi Na! Nanti Mama marah!" Suara Senja meninggi. Dia tak habis pikir, Luna sejauh itu dalam bergaul.

"Ya makanya, mama sama papa jangan sampe tau." Luna itu memang keras kepala.

Senja mendesah pasrah. Karena percuma juga menasehati Luna yang memang sejak dulu selalu bersikap semaunya.

"Udah malem Na, kita istirahat yah," ucap Senja tersenyum, menghentikan pembicaran nya dengan Luna.

"Mimpi indah ya Ja." Luna membalas senyum Senja dan berlalu meninggalkan kamar.

***

Besok harinya, sepulang sekolah. Senja mengerjakan tugas kelompok bersama Rey, Devin, dan Satria. Kebetulan, rumah Devin paling dekat dengan sekolah. Demi menghemat waktu akhirnya mereka memutuskan untuk mengerjakan tugas di rumah Devin.

SENJA (Revisi 2023) Where stories live. Discover now