Ini Masalah Serius

683 180 13
                                    


Mandi, menggosok gigi, mencuci rambut, menggunting kuku dan membersihkan telinga, bukan kegiatan aneh bagi kita. Kebiasaan itu membuat tubuh bersih dan sehat. Jadi, kita senang melakukannya. Dan merasa tidak nyaman kalau tidak.

Tapi dulu, sekitar abad ke-6, kegiatan itu tidak dikenal. Terutama di daerah barat yang dingin, terpencil, dengan penduduk terbelakang. Seperti desa yang dikunjungi Quedan ini.

Quedan adalah pemuda pengelana dari Timur. Peradaban di negerinya sudah maju. Rumah-rumah berventilasi, sehingga ruangan di dalamnya tidak pengap. Jendelanya lebar agar sinar matahari menerangi bagian dalam. Kalau malam, mereka menggunakan pelita untuk penerangan. Bahan bakarnya dari lemak binatang.

Untuk kenyamanan tubuh, mereka mandi. Menggosok gigi dengan kayu harum. Mencuci rambut dan menyisirnya. Memotong kuku dengan pisau kecil. Dan membersihkan telinga dengan kapas yang dililitkan pada tangkai daun. Mereka juga mengenal pengharum dari sari bunga.

Tak heran, Quedan datang dengan pakaian dan tubuh bersih. Apalagi dia adalah murid tabib terkenal di negerinya. Dia belajar ilmu kesehatan, walaupun saat itu masih sederhana. Tapi dia tidak ingin menjadi tabib di tempat asalnya. Quedan senang berkelana dan membagikan ilmu kepada siapa saja. Dari desa ke desa, negeri ke negeri, pulau ke pulau, dia berjalan, menunggang kuda, ataupun berlayar.

Dari semua tempat yang pernah dikunjunginya, desa ini paling membuatnya prihatin. Masalahnya paling serius, pikirnya.

Rumah-rumahnya terbuat dari bambu atau tanah liat. Hanya ada pintu, tanpa jendela. Orang-orang desa tampak ramah. Tapi mereka bau dan kotor. Mungkin tak pernah mandi. Rambut dan kuku panjang-panjang tak terawat. Kulit berlapis lumpur.

"Ini masalah serius," kata Quedan.

Dia kemudian mencoba berbicara dengan penduduk. Banyak bahasa dikuasainya, dan satu demi satu dicobakan sampai ia menemukan yang dipahami penduduk.

"Namaku Quedan," katanya. Orang-orang mengerumuninya. Anak-anak menyentuhnya. "Siapakah kepala desa di sini?"

Semua menggeleng. Tak ada kepala desa. Ini masalah serius. Tapi tak apa.

Semuanya tidak berkeberatan Quedan membangun rumah. Rumahnya bersih dan terang. Mereka tercengang-cengang. Ada yang berusaha menirunya. Quedan membantu mereka. Satu masalah terpecahkan.

"Kalian harus membangun kamar mandi dan bak penampungan juga," kata Quedan. "Seperti ini." Dengan belahan bambu yang disambung-sambung, dia mengalirkan air dari mata air ke bak mandinya.

"Ada yang mau kumandikan?" tanyanya pada anak-anak lelaki.

Mereka berebut. Quedan mencontohkan mandi yang baik. Dia lalu mencarikan kayu pengganti siwak, dan membagikannya.

Penduduk menikmati perubahan itu. Mereka tiba-tiba berembug.

"Quedan, jadilah kepala desa di sini," kata seorang kakek.

"Aduh, itu masalah serius," kata Quedan. Dengan halus dia menolak. Dia tak bisa tinggal lama-lama. Satu-dua bulan saja sampai penduduk hidup lebih baik. Setelah itu dia berkelana lagi. Penduduk bisa memilih pemimpin dari kaumnya.

"Aku ikut ya?" tanya Eldar. Anak lelaki yang selalu dijadikan contoh kegiatan sehatnya. Eldar tampak tampan setelah rambutnya bersih dipangkas pendek.

Quedan tertawa. "Kamu masih kecil. Ayah-ibumu tidak akan membolehkan."

"Kami rela," kata ayahnya mengejutkan. "Jadikan dia muridmu."

Eldar berjingkrak. Quedan menggeleng. Membawa anak berkelana adalah masalah serius.

Tapi menjadi lebih serius ketika Eldar sakit. Dia demam dan mengigau, memanggil Quedan. Quedan sudah jauh berjalan. Perasaannya tidak enak, segera dia kembali ke desa.

"Eldar, aku di sini." Quedan meminumkan ramuan. Lalu menungguinya sampai terkantuk-kantuk.

Eldar pulih. Dia senang Quedan memutuskan untuk tinggal.

"Ini masalah serius," gumam Quedan, tapi senyumnya lebar.[]

Treasure Box of SoulsWhere stories live. Discover now