Jupiter dan Tamu Misterius

760 211 7
                                    



Sequel Penjahit Keseratus


Jupiter terjaga. Di mana ini? Apakah dia berhasil kembali ke dunia manusia? Jupiter memandang langit-langit. Selimut dan seprai. Jendela. Seisi kamar. Horeee! Dia sedang terbaring di kamarnya sendiri. Bukan jalanan atau kolong jembatan di dunia aneh itu. Jadi, dia berhasil pulang, tepat pada detik terakhir. Berkat Isela. Ya, penjahit keseratus itu.

Dunia Isela sangat aneh, pikirnya. Dihuni mons .... Ah, Jupiter tak mau menggunakan kata itu lagi. Dihuni makhluk luar biasa. Begitu berbeda dengan manusia, sehingga rasanya tidak nyata. Jangan-jangan, dia hanya bermimpi? Mimpi dikutuk seorang tamu pesta, lalu ....

Jupiter mengerang. Kepalanya berdenyut-denyut. Dia bangkit. Bayangan di cermin membuatnya terkesiap. Baju yang dikenakannya adalah baju jahitan Isela. Tidak, dia tidak bermimpi. Pengalaman itu nyata.

Tangannya tanpa sengaja memencet bel di sandaran dipan. Jupiter ingat, dia selalu memanggil pelayan setiap bangun tidur. Sebentar lagi, mereka berhamburan masuk. Sekarang, dia merasa kebiasaan itu konyol sekali. Seperti raja-raja kuno saja. Dilayani sebelas pelayan hanya untuk bersiap sarapan. Padahal, dia bisa melakukan semuanya sendiri.

Jupiter mengganti baju Isela dengan piyamanya sendiri. Disembunyikannya baju itu di sudut lemari. Dia memandang ke luar. Halaman istana sangat luas. Ada sederet mobil mewah. Ada helikopter dan pesawat pribadi lengkap dengan landasannya. Ada lapangan golf. Ada kolam renang di pinggir pantai. Ada hutan istana berisi aneka jenis binatang liar.

Itukah yang disombongkannya selama ini?

Pangeran Jupiter, satu-satunya pewaris kerajaan Marcendia. Sang Putra Mahkota yang kaya dan tampan tiada duanya. Jupiter terbahak. Betapa bodohnya dia. Ya, sombong itu bodoh.

"Yang Mulia, hamba menghadap." Dayangnya berlutut di pintu. Dialah yang paling setia, tapi juga paling sering dibentaknya. Jupiter memerhatikannya dengan rasa sayang. Belum pernah dia merasakan hal seperti ini.

"Jangan takut, berdirilah," katanya lembut. Sikap dayang membuktikan, Jupiter yang lama benar-benar pemuda mengerikan. Dia harus mengubah gambaran itu. "Siapakah namamu?"

"Beta, Pangeran," sahut dayang.

"Apa yang terjadi selama aku pergi?" tanya Jupiter. Dia khawatir, Ayahanda telah menyerang Arkadia. Di pesta kerajaan itulah dia dikutuk seorang tamu misterius dan menghilang seratus hari.

"Ampun, hamba tidak mengerti, Pangeran." Beta membungkuk dalam-dalam.

"Undangan pesta di Arkadia. Kapankah itu?" tanya Jupiter. Pasti ada yang tidak beres dengan pelayannya.

"Nanti malam, Yang Mulia."

Jupiter tercenung. Dia telah dikembalikan ke dunia manusia pada waktu sebelum pesta. Bukan sesudah pesta. Artinya, bagi orang lain, dia tidak pernah hilang. Dan tak ada yang tahu soal kutukan itu.

"Artinya, aku akan bertemu tamu itu lagi," serunya gembira. Ia diberi kesempatan kedua, kali ini sebagai Jupiter yang rendah hati. "Aku akan meminta maaf kepadanya."

Beta telah menyiapkan pakaian kebesaran. "Sesuai permintaan Pangeran," katanya. Digelarnya setelan jas sutra. Sepatu kulit paus. Dan tetek bengek yang harganya pasti selangit.

Jupiter terbelalak. "Oh, tidak, tidak. Aku mau setelan biasa saja. Sederhana, asal enak dipakai." Seratus hari mencari penjahit memberinya pelajaran berharga. Pakaian mewah tidak membuat derajatnya lebih tinggi.

Di pesta, Jupiter menjadi pusat perhatian. Tapi kini, dia benar-benar melihat, tamu terbagi dua. Sebagian membencinya. Sebagian memuji-mujinya. Dulu, dia bangga dikerubuti para penjilat itu. Menganggap mereka sahabat. Sekarang, Jupiter memilih untuk menemui orang-orang yang membencinya.

Dia membungkukkan badan. Meminta maaf. Mengulurkan tangan. Meminta maaf. Menyatakan kesalahannya. Meminta maaf.

Jupiter tetap menjadi pusat perhatian. Sebagai Pangeran kaya, tampan, sederhana, rendah hati. Dia terus berkeliling, menebar senyum dan permintaan maaf. Tapi di mana tamu misterius itu? Tak ada satu pun yang menyerupai dia.

"Jupiter, aku ingin mengenalkan seseorang padamu?" Putri Arkadia menggamitnya.

Jupiter tertegun. Kejadiannya persis seperti waktu itu. Ya, dia akan diperkenalkan kepada tamu misterius itu oleh Putri Arkadia. Lalu sang putri akan meninggalkan mereka berdua. Dan terjadilah ....

Di sudut taman yang sepi, duduk seseorang berjubah tambal-tambalan.

"Temuilah dia dulu. Aku akan kembali," kata Putri Arkadia, dan meninggalkannya.

Jupiter mendekati sosok itu. "Hai," sapanya. "Aku Jupiter. Kau siapa?"

Tamu itu membuka tudungnya. Menghadap Jupiter dan tersenyum.

Jupiter tidak lagi terkejut melihat makhluk luar biasa itu. Tubuhnya seperti batang pohon. Berlumut dan berlubang. Cabang-cabang itu tentu tangannya. Kepalanya seperti sarang burung. Matanya biru, ada empat pasang. Tanpa mulut.

Jupiter menyalami satu tangannya. "Selamat datang di negeri manusia."

"Kau sudah berubah," kata makhluk itu, tertawa. Suaranya bergema di dalam tubuhnya, dan keluar dari salah satu lubang. "Aku Olderico, Penguasa Negeri Bawah Bumi."

Jupiter menekuk kaki, memberi hormat. "Maafkan aku yang bodoh, Yang Mulia. Waktu itu, aku menghinamu."

"Aku memaafkanmu." Mata biru itu bersinar indah. "Tapi aku minta maaf juga kalau rakyatku menghinamu." Terdengar dia menarik napas berat. "Padahal aku ingin semua makhluk hidup saling menghargai."

Jupiter mengangguk. "Yang Mulia tentu tahu aku dibantu Isela, penjahit keseratus."

"Ya," sahut Olderico.

"Bolehkah aku tahu, bagaimana nasibnya setelah membantuku? Aku mencemaskannya."

Olderico tertawa. "Oh ya. Dia dipecat Nyonya Fausto. Kemudian dia menjadi asisten penjahit istana. Putraku, Pangeran Nuerico, melihatnya, lalu meminangnya. Aku mengundangmu ke pesta pernikahan mereka bulan depan."

"Aku akan datang, Yang Mulia. Dengan senang hati." Jupiter kembali menjabat tangannya. Tamu misterius itu pun pergi.

"Jupiter!" Putri Arkadia memanggilnya. "Sedang apa kau di situ?"

"Mengobrol dengan tamumu yang misterius itu," sahut Jupiter.

"Tamu misterius yang mana?" Putri Arkadia celingukan.

"Olderico."

"Aku tak kenal nama itu." Lalu Putri Arkadia memanggil seseorang di taman. "Ini dia yang ingin kuperkenalkan padamu. Andres. Bukan pangeran atau bangsawan. Tapi sahabatku yang baik."

"Senang mengenalmu, Andres," kata Jupiter. Lalu dia mencari-cari Olderico. Bayangannya pun tak kelihatan. [AN]

Treasure Box of SoulsUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum