Cincin Mama Brownies

1.7K 372 67
                                    

genre: misteri/detektif

____________



Setujukah kamu, kalau kukatakan Pinky Bunny adalah nama paling konyol untuk seekor anjing? Apalagi untuk anjing sejenis labrador retriever berbulu hitam, seperti aku. Entah kenapa Alicia dan Alana menamaiku seperti itu. Yang aku tahu, sejak aku berusia dua minggu dan dibeli mama mereka dari sebuah pet shop, aku sudah dipanggil Pinky oleh Alicia, dan Bunny oleh Alana. Jadilah aku Pinky Bunny, kelinci merah muda.

Tapi itu belum seberapa dibandingkan perlakuan si kembar terhadapku. Mereka biasa mendandaniku seakan aku boneka atau anjing pudel. Sudah menjadi sifat rasku, aku setia, penurut, dan senang bermain dengan anak-anak. Tapi tolong, jangan rok dan blus berumbai. Aku sering terjungkal karenanya.

Labrador retriever itu ras pintar. Aku anjing pintar. Aku bisa mengambilkan sepatu, koran, bahkan telur rebus (kalau diberi kesempatan), tanpa merusaknya dengan gigitanku. Sayang, tampaknya keluarga majikanku tidak percaya itu. Aku tak lebih dari binatang bodoh yang mau diapakan saja asal mendapatkan makanan.

Nah, soal makanan ini lebih mengerikan. Lihat badanku! Kurus sekali. Aku kurang makan. Kadang mereka ingat untuk membelikan aku makanan khusus bergizi. Namun lebih sering, mereka hanya memberiku kue sisa. Dalam hal ini mereka sangat pemurah. Ya, Mama senang sekali membuat kue, dan paling sering membuat brownies. Karena itu aku menyebutnya Mama Brownies. Tapi brownies buatannya tak pernah sukses. Sering bantat atau gosong. Mereka hanya mencicipi sepotong lalu membuang semua sisanya ke mangkuk makananku. Aku yang kelaparan, tak punya pilihan lain, bukan?

Dan satu lagi yang membuatku sedih adalah mereka hampir tidak pernah membawaku berjalan-jalan. Aku biasa dikurung di dalam rumah, atau dirantai di halaman. Kalau sudah begini aku merindukan Jenna. Jenna itu sepupu si kembar. Dia tinggal di kota lain. Setiap kali berlibur di sini, Jenna memanjakan aku. Dia memperlakukan aku dengan layak, bahkan mengajakku berjalan-jalan dan berenang. Ya, dia tahu aku jagoan berenang.

Jika Jenna bersiap-siap pulang, aku akan terus menguntitnya. Sudah jelas, aku ingin dibawanya pergi dari sini. Tapi Jenna hanya menepuk kepalaku. "Maaf, aku tidak bisa membawamu. Kamu milik Alicia dan Alana. Dan aku sudah punya Donika," katanya.

Donika itu kucing betina peliharaannya. Pernah Donika dibawanya menginap di sini. Kami berteman baik. Alicia dan Alana tidak puas. Kata mereka, anjing dan kucing seharusnya bermusuhan. Ah, teori dari mana itu?

Mereka lalu menggerakkan cakar-cakar Donika untuk menggangguku agar aku marah dan mengejar Donika. Ketika aku tidak peduli, mereka mengata-ngataiku anjing bodoh. Aku hanya mendengking pelan. Syukurlah, Donika berhasil melepaskan diri dan lari mencari Jenna.

Begitulah kehidupanku. Mungkin selamanya tidak akan berubah kalau saja tidak ada dua kejadian seru hari ini. Yang pertama, Mama Brownies kehilangan cincin permatanya. Yang kedua, Jenna datang. Mama Brownies percaya Jenna berbakat menjadi detektif. Itu sebabnya Jenna dipanggil untuk membantu menemukan perhiasan berharga itu.

Jenna mengajukan banyak pertanyaan kepada Mama Brownies. Kapan terakhir cincin itu dipakainya? Tadi pagi. Di mana biasanya cincin itu disimpan? Di kotak perhiasaan di kamar. Tapi kotak itu kosong. Kalau sedang bekerja di dapur, Mama Brownies menyimpan cincinnya di dalam cangkir di atas kulkas. Cangkir itu sudah diperiksa, kosong. Apa saja yang telah dilakukan Mama Brownies sejak pagi hingga siang ini? Berbelanja di tukang sayur, memasak lauk pauk, membuat brownies kukus, menelepon untuk memesan gas dan air mineral galon, menemui Ibu RT yang bertamu, dan menyajikan brownies kukus kepadanya. Siapa saja selain keluarga yang telah memasuki dapur? Tukang sayur yang membawakan ikan, dan si Tanto yang membawakan gas dan air galon.

Treasure Box of SoulsWhere stories live. Discover now