Tante Penyihir

850 236 21
                                    


Bahkan sebelum upacara pernikahan, Om Ganesh sudah sibuk. Tak ada waktu untuk bermain dengan Elsa dan Maya. Tak pernah lagi mengajak mereka jalan-jalan. Alasannya, pasti karena ada urusan dengan calon istrinya. Diam-diam, Elsa dan Maya berharap pernikahan itu tidak jadi. Tidak boleh ada yang merebut om mereka.

Tapi pernikahan itu berlangsung juga. Elsa dan Maya tidak bisa menikmati setiap bagiannya. Baju pesta, makanan macam-macam, keramaian ... jelas sudah, Om mereka menjauh.

Om Ganesh tertawa. "Kalian ini lucu. Om Ganesh tetap Om kalian. Sampai kapan pun."

Nyatanya, Om Ganesh melupakan mereka. Lima bulan setelah pernikahan, Om Ganesh baru pulang. Tapi hanya untuk berpamitan.

"Mama, Om Ganesh kan adik Mama. Ayolah, jangan biarkan dia pindah!"

Mama juga tertawa. "Kalian ini lucu. Om Ganesh kan sudah punya keluarga dan rumah sendiri."

Elsa dan Maya merajuk. Ini semua gara-gara istri Om Ganesh. Jadi, mereka memandanginya dengan cemberut. Wanita cantik itu sedang mengobrol dengan Papa.

"Cantik seperti peri dalam dongeng ya?" bisik Elsa.

Maya mengangguk, membayangkan sayap-sayap tumbuh di punggung istri Om Ganesh.

"Tapi, dia membawa Om Ganesh pergi," kata Elsa.

"Dia peri jahat," sambung Maya.

"Mungkin penyihir yang menyamar."

"Ya, benar. Om pernah bercerita pada Mama. Katanya, dia tersihir oleh kecantikan dan kebaikan Kania."

"Jangan sebut-sebut namanya!"

"Jadi, apa yang harus kita lakukan?"

Elsa mengajak adiknya ke kamar. Setelah pintu ditutup, Elsa membuka sebuah majalah. "Menurut dongeng ini, ada ramuan kejujuran agar orang mengakui rahasianya. Putri Almira membuat ramuan itu untuk dayangnya. Dayang itu lalu mengaku telah mencuri selendangnya. Yuk, kita tiru ramuannya, lalu kita berikan kepada Tante Kania. Dia pasti akan mengaku."

"Kalau dia seorang penyihir?"

"Ya!"

Elsa dan Maya segera sibuk di dapur. Resepnya: segelas teh hangat, 3 sendok susu kambing, dan sejumput kayu manis bubuk. Semua bahan tersedia, kecuali susu kambing. Elsa menggantinya dengan susu kental manis. Setelah diaduk rata, Elsa membawanya ke ruang tamu.

"Ini buat Tante Kania saja!" kata Maya, ketika Om Ganesh hendak mengambilnya.

"Terima kasih, Sayang," Tante Kania langsung meminumnya. "Hmm, enak. Kalian pintar. Pantas Om Ganesh sering bercerita tentang kalian."

Elsa dan Maya menunggu dengan berdebar-debar.

Tante Kania mengambil sesuatu dari tasnya. "Tante sampai lupa. Ini buat kalian." Diberinya mereka masing-masing sebuah boneka cantik.

Elsa dan Maya terbelalak. Bagaimana Tante tahu mereka senang boneka? Pasti karena dia penyihir.

"Tante juga koleksi boneka. Ada rumahnya. Kalian punya juga, kan?"

Elsa dan Maya menggeleng. Rumah boneka adalah mainan yang mereka idam-idamkan. Tapi Mama dan Papa belum bisa membelikannya.

"Perabotnya lengkap tidak?" tanya Elsa, bersemangat.

"Tentu saja."

"Kami boleh memainkannya?" tanya Maya.

"Tante malah ingin memberikan koleksi Tante kepada kalian."

Elsa dan Maya bersorak.

Lalu Tante melanjutkan, "Karena ... Tante harus mengakui sesuatu."

Elsa dan Maya menahan napas. Ramuan itu bekerja!

Wajah Tante Kania bersemu merah. "Tante sudah mulai hamil."

Pengakuan tak terduga! Om Ganesh sampai terlompat kaget. Mama dan Papa tertawa. Elsa dan Maya tercengang.

"Elsa, Maya!" seru Om Ganesh. "Sembilan bulan lagi, sepupu kalian lahir!"

"Tante bakal sibuk mengurus bayi, tidak sempat lagi mengurus boneka," sambung Tante Kania.

Elsa dan Maya saling pandang. Selain cantik, Tante Kania ternyata baik hati. Dan akan memberi mereka adik sepupu! Kalaupun dia penyihir, tidak apalah. [AN]

Treasure Box of SoulsWhere stories live. Discover now