"Gue tadi ketemu sama anak baru, loh!" seru Alesha semangat, lalu menyeruput teh hangat yang tadi disediakan oleh Nilam.

"Oh, yah?" jawab Nilam malas.

"Dia baik banget, gue suka sikapnya!"

"Sebaik apa?" Nilam bangkit, mengambil remote televisi, tidak lupa pula ia merampas snack biskuit yang enak dilihat tengah berdiri di atas meja.

Ia memasukan dan menggigit biskuit cokelat kesukaannya. Memandang Alesha yang masih berpikir. "Sebaik apa?" ulangnya sedikit geram.

Alesha bersorak kecil. "Entahlah, gue nggak tau dia sebaik apa. Tapi intinya dia itu baik!"

Nilam manggut-manggut bahwa ia mengerti. "Bisa temuin gue sama dia?"

Alesha mengangguk. "Bisa, dong. Besok tepat pada jam istirahat gue akan temui lo sama dia."

Nilam kembali mengangguk, duduk bersandar pada sofa berwarna merah maroon dengan tatapan lurus pada televisi yang menyala. Menyiarkan sebuah drama yang Nilam sendiri muak melihatnya.

Karena tidak ada saluran televisi yang lebih menenangkan pikiran, dengan terpaksa ia memilih saluran ini yang hampir semua filmnya, drama.

"Nilam, kok tumben lo gak sibuk dengan pemotretan lo, setau gue, seminggu dua kali pemotretan, tapi minggu ini cuma sekali," herannya.

Nilam mengangkat bahu. "Gak tau. Tapi kemarin gue hubungi Hendra dia bilang gak ada gaun terbaru, dan gak ada majalah yang harus gue isi dengan foto gue."

Alesha mengangguk, tangannya terulur untuk mengambil biskuit dari bungkusan yang berada di tangan Nilam. "Lo gak laku kali," celetuknya terkikik pelan, hingga membuat biskuit yang sudah berada di mulutnya sedikit muncrat.

"Yah bilang aja, tolol!" sungut Nilam sedikit teriak, alhasil membuat Alesha mengernyit heran.

Bola matanya yang tadi menatap Nilam heran, kini berganti menatap televisi yang sedang menayangkan kedua sejoli yang beradu argumen. Ternyata tadi Nilam tidak mendengarkan apa yang Alesha ucapkan.

Dan jawaban tadi pun bukan jawaban untuknya. Alesha menepuk bahu gadis yang tengah menggigit secara gemas biskuit cokelat. "Gue nanya, malah jawabnya gak nyambung!"

Nilam berdecak kesal, mengibaskan tangannya ke udara. "Udah deh lo jangan ganggu! Gue lagi nonton! Lihat deh, tuh si Bella bego banget apa ya? Tinggal bilang, aku cinta kamu aja ribet banget. Lidahnya ke iket kayaknya!" antusiasnya bersorak-sorak.

Alesha memutar bola mata jengah. "Lo sebenernya denger gak sih, gue ngomong apa tadi?"

Nilam manggut-manggut, dengan pandangan yang tidak lepas dari televisi. Sedangkan Alesha hanya membalikkan badan seperti semula dengan dengusan. "Gak nyambung banget ih!"

"Astaga! Tinggal bilang aku cinta kamu aja ribet banget sih lo, Bell! Gue cakar juga nih mulut lo!" teriak Nilam kesal dengan tangan yang mencakar udara.

"Aku, sebenernya mau bilang ... em, itu, aku ...."

"Bilang apa, Bella? Bisa cepetan sedikit? Aku ingin lomba futsal."

"Oh, yaudah! Aku ikut lihat kamu main futsal aja deh kalau gitu!"

Nilam beriuh semakin kencang, membuat Alesha menutup telinga. "Bella, lo itu goblok ih, kesel gue, ah!" Nilam meraih remote memencet tombol berwarna merah dengan geram. Dan sedetik kemudian televisi redup.

Dirinya bergeming, matanya menangkap Alesha yang tengah menampakkan wajah menyeleneh. "Udah selesai nontonnya?" sembur Alesha dengan nada sebal.

Nilam menganggukkan kepala. "Udah selesai, tapi filmnya belum selesai. Dramanya bikin gue emosi!"

"Dari pada ngomongin drama yang gak penting. Mending kita ngomongin Tennation."

Nilam membalikkan badan, tertarik dengan ucapan Alesha. "Bener juga, tuh!"

"Lo akan nunjukin bakat memasak lo 'kan?" timpal Alesha tidak berniat untuk bangkit dari sofa. Katanya mah udah pewe.

"Gue ragu. Gue gak terlalu pintar dalam memasak."

"Lo pintar masak semua menu tempe. Jadi, kenapa harus ragu? Lo dulu buatin gue tumis tempe pake kacang, dan itu rasanya lezat, Lam. Bahkan gue sampe mau lagi. Lo ingat?"

"Ingat."

"Terus, kalau lo tau apa reaksi gue, kenapa harus ragu?"

Nilam mengangkat wajahnya, jemarinya seperti biasa jika sedang berpikir, berada di bawah bibir. "Oke, gue akan nunjukin bakat masak gue. Dengan menu, tumis tempe dengan sawi. Right?

"Nah, gue setuju!"

Kilter ManМесто, где живут истории. Откройте их для себя