31. Menjelang Bencana

363 40 8
                                    

[Now Playing : Rizki Febian - Ragu]

Itu adalah lagu yang gue dengerin saat gue post part ini.


Salam hari Rabu, semoga harimu tak menjadi kelabu. Semoga sukamu tak berubah menjadi duka. Semoga bahagiamu tetap bertahan sampai menuntaskan tugas panjang di hari ini.


Jangan lupa tinggalkan vote sama komennya

Sama bantu share juga ke temen-temennya biar buat Ra? tambah rame


"Merjuangin cowok yang justru berjuang buat dapetin cewek lain. Gak ada harapan."

***

Setelah mendapat telepon dari Theo, Ameera dan Fajar langsung bergegas menemui Theo di sharelock yang dia kirimkan.

Tak sampai lima belas menit mobil yang Fajar kendarai sampai di depan sebuah café dengan gaya jadul tak jauh dari SMA Bumi Nusantara, sekolah mereka. Ameera langsung meluncur keluar dan masuk ke dalam café.

Dian dan Theo terlihat duduk berhadapan di halangi meja kayu jadul berwarna coklat usang. Dian menunduk dan sesekali terlihat bahunya naik turun. Ameera melangkah semakin dekat dan bisa melihat jelas bahwa Dian sedang menangis.

Ameera menyimpan tas Dian di atas meja yang hanya berisi dua gelas jus jeruk. Kemudian duduk di samping Theo.

Tak lama Fajar menyusul dan duduk di samping Dian. Fajar langsung merangkul Dian. "Lo kenapa?"

Dian menggeleng.

"Tadi Dian tiba-tiba telepon gue nyuruh ke sini." jelas Theo dengan tatapan seolah enggan melihat Fajar.

"Kenapa lo bolos?" Tanya Fajar. Dian lagi-lagi menggeleng.

"Guru-guru tadi nanyain lo. Mereka heran gak lihat lo di kelas." Walaupun Ameera tidak suka pada Dian, akan tetapi ia berusaha untuk bersikap biasa saja sekarang karena situasinya sedang tidak enak.

"Gue malu." Katanya dengan suara parau.

"Karena nilai ulangan lo?" pertanyaan Ameera tepat sasaran karena Dian sedetik kemudian mengangguk.

Theo dan Fajar yang tidak tahu mengenaik kertas ulangan yang Ameera maksud hanya bisa saling pandang dengan bibir terkatup.

"Apa yang harus buat lo malu sih?"

"Lo dua kali mergokin gue buang kertas ulangan gue." Ujar Dian.

"Karena itu aja?"

Theo dan Fajar saling pandang dengan ekspresi lebih cerah karena sudah tahu mengenai kertas ulangan yang dua cewek ini bicarakan. Namun detik berikutnya saling membuang muka sadar kesalahan apa yang mereka lakukan.

"Terus kenapa lo malah bolos?"

"Gue males belajar." Jawaban Dian yang langka seperti ini membuat mereka bertiga kaget.

Ameera bahkan sampai menyesal tidak mengabadikan apa yang Dian katakan. Seorang Dian yang selalu antusias pada pelajaran apapun mengatakan malas belajar.

"Karena apapun yang gue raih gak pernah buat dia bangga." Dian kemudian terisak. Ameera tahu siapa yang Dian maksud dengan dia. Pasti Riana.

Ekspresi Fajar berbeda dengan Theo. Menunjukan bahwa dia juga tahu siapa yang Dian maksud. Berbeda dengan Theo yang terlihat kebingungan namun dia tidak bertanya.

"Terus lo mau gimana sekarang? Lo bolos bukan berarti mama lo gak tahu tentang nilai ulangan lo."

Belum sempat Dian menjawab ponselnya yang berada di atas meja sudah lebih dulu bordering. Deretan huruf membentuk kata Mama terpampang disana.

Ra?    (Selesai)Where stories live. Discover now