PROLOG

2.8K 214 237
                                    

Hai!!!

Gue gak bakalan banyak omong, lagi males

Semoga suka yah

Jangan lupa kasih vote sama komentarnya kalau suka sama cerita ini


***

Langkah kakinya terasa ringan. Earphone di telinganya mengalunkan lagu Love Scenario yang dinyanyikan oleh boy group Ikon yang berasal dari Negeri Gingseng itu. Kepalanya mengangguk-ngangguk kecil. Bibirnya bersenandung kecil. Kedua tangan disamping tubuhnya menepuk-nepuk pahanya. Rambut sebahunya yang dikucir tinggi-tinggi terlihat melambai-lambai seolah sedang menari gelombang.

Kemudian lagu berhenti. Dilanjutkan dengan lagu lain. Namun, ada jeda hening terlebih dahulu. Di saat bersamaan seseorang menepuk pundaknya.

Seolah baru saja disertum listrik seluruh tubuhnya menegang. Matanya membulat.

Dan...

SRRTTTTT

Repleks ia menarik lengan orang itu dan membanting tubuhnya. Seolah tidak cukup kepalan tangannya melayang menghantam batang hidung orang tak berdosa yang tergeletak di hadapannya itu.

"Ini gue Duta, Ra." ringis teman sekelasnya yang terkapar di hadapannya sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan. "Salah gue apa, Ameera?"

Ameera nyengir. Menggaruk bawah dagunya. "Lo kan tahu gue orangnya sensitif banget."

Ia sendiri bingung harus bersikap seperti apa setiap kali hal seperti ini terjadi. Semuanya selalu terjadi tanpa sengaja. Namun, selalu berakhir dengan si korban babak belur.

"Sensitif sih sensitif, Ra." Duta berdiri sambil mendumel. "Tapi, lo kebangetan tahu gak. Orang gak salah apa-apa main lo banting aja."

"Ya maaf." Lagi-lagi Ameera nyengir. Tidak tahu harus bersikap apa lagi selain memamerkan cengirannya.

"Susah emang kalau ngadepin orang punya phobia aneh kayak lo."

"Haphephobia." Ameera mengoreksi. "Bukan phobia aneh."

"Gue tahu."

"Ayo, Pak Imam manggil lo." Duta hampir saja menggenggam tangannya jika saja Ameera tidak gesit menghindar. Melihat hal itu Duta mengangguk-angguk. Mengerti bahwa ia baru saja melakukan kesalahan besar.

"Lagi-lagi gue lupa lo pengidap haphephobia." ucap Duta sambil melengos.

Disaat bersamaan sebuah cairan merah keluar dari hidung Duta. Seketika saja Ameera menjadi panik. "Dut,... Duta!!"

"Apaan!!" tanya Duta yang belum menyadari hidungnya mengeluarkan darah.

Ameera meringis sambil menunjuk hidung Duta ragu-ragu. "Hidung lo,..."

"Apa?"

Duta tanpa sadar menyentuh hidungnya. Cowok itu butuh waktu beberapa detik untuk menyadari bahwa di tangannya ada darah yang keluar dari hidungnya. Mata Duta membulat. Seketika wajahnya memucat. Dan tak butuh waktu lama tubuh cowok ini limbung.

Jika kalian bertanya apakah ada cowok yang penakut? Ameera akan dengan lantang menjawab bahwa orang itu adalah Duta. Lihat saja cowok ini pingsan setelah menyadari hidungnya berdarah. Membuat Ameera kebingungan harus melakukan apa sementara koridor sepi karena jam mengajar masih berlangsung.

Menggigit kuku jarinya panik dan bingung. Ameera mencoba mencari seseorang. Seorang pria cukup kuat yang bisa menggendong Duta yang memiliki tubuh cukup gempal ini.

"Woyy!!!" Ameera melambaikan tangannya pada cowok urakan yang baru saja keluar dari kelas XI IPS 3. Sepertinya cowok itu baru saja dikeluarkan dari kelas gara-gara berbuat onar. Itu terlihat dari wajahnya yang kusut saat menatapnya.

"Woyy!! Sini!!" Ameera sedikit meninggikan suaranya sambil melambai-lambai.

Cowok itu berjalan lesu mendekatinya.

"Apaan?" tanya cowok ini saat sudah berada di hadapan Ameera. Pandangan cowok ini lalu beralih menatap Duta yang telentang di lantai. "Kelebihan lemak banget nih dia jadi gampang ngantuk." Komentarnya terdengah malas.

"Dia pingsan bukan tidur." Ameera menjelaskan.

"Pingsan, kok bisa!!" cowok ini terlihat terkejut. Menatap Ameera meminta penjelasan.

Ameera mengibas-ngibaskan tangan di udara. "Ceritanya panjang." elaknya sambil meringis melihat Duta.

"Lo dikeluarin dari kelas kan? Daripada lo ngabisin waktu lo buat luntang-lantung kayak gembel mending bantuin gue." ujar Ameera seperti memerintah.

"Siapa lo minta tolong sama gue? Gak tahu gue siapa?" cowok itu menunjuk dirinya sendiri. Seakan-akan dirinya anak ningrat yang tidak boleh dimintai pertolongan. Plis, cowok ini tidak pantas bersikap so ningrat sekarang.

"Gak peduli lo siapa. Gak penting!" tukas Ameera lalu menunjuk Duta. "Sekarang lo gendong dia ke UKS."

"Kenapa gue harus?"

Ameera berdecak lidah. "Kalau gue cowok udah dari tadi kali gue bawa dia."

"Tapi," cowok itu hendak menolak. Namun tatapan Ameera begitu menusuknya.

"Mau apa enggak? So banget sih lo gak mau bantuin orang kesusahan kayak gini."

"I..iya." cowok yang tak diketahui Ameera namanya ini lantas membungkuk untuk menggendong tubuh cowok yang sudah pasti memiliki bobot paling tidak sepuluh kilo lebih berat darinya.

"Anggap aja lo lagi gendong karung beras. Duta emang kayak sapi badannya."

"Theo." ucap cowok itu.

"Apa?"

"Nama gue Theo."

"Oh, gak penting juga gue tahu."

***


151118

Flower Flo

Ra?    (Selesai)Where stories live. Discover now