10. Menerima

499 64 23
                                    

Hai hai hai udah ketemu lagi hari Jumat

Terus dukung cerita ini dengan cara vote sama komen yaa



"Yang harus kita lakukan adalah menerima. Kita harus belajar menerima semua hal buruk yang terjadi pada diri kita bukan malah menghindari apalagi membencinya."

***

"Pa Bi Ratna berapa lama pulang kampungnya?" tanya Ameera sambil duduk di meja pantry.

Ilham yang sedang kerepotan memasak karena skil memasaknya yang bisa dibilang ecek-ecek menoleh sejenak. "Katanya satu bulan."

"Kok lama banget."

"Anaknya mau nikah." ujar Ilham sambil meletakan dua piring nasi goreng di hadapan Ameera. "Sama dia mau ngurus 40 hari meninggalanya ibunya."

Bi Ratna adalah asisten rumah tangga yang sudah bekerja di rumahnya sejak Maret 2002. Tepat satu minggu setelah Ameera lahir ke dunia ini. Bi Ratna sudah seperti ibu kedua bagi Ameera. Dulu rasanya ia dilimpahi anugerah yang tidak terkira. Bisa mendapatkan kasih sayang seorang ibu dari dua wanita sekaligus, mamanya dan Bi Ratna.

Mama kandungnya yang mengajarinya segala hal tentang kehidupan dan pendidikan, dan Bi Ratna yang mengajarkannya bagaimana menjadi seorang perempuan, memasak, beres-beres, segala hal yang berbau keperempuanan Ameera belajar dari Bi Ratna.

Sampai suatu hari, itu tepat di ulang tahun ke sepuluhnya mama kandungnya pergi entah kemana. Hanya secarik kertas yang mamanya tinggalkan di ranjang Ameera waktu itu.

'Mama pergi. Jaga papa.'

Hanya itu.

Dia pergi begitu saja tanpa mengatakan salam perpisahan. Dan kepergiannya pun bertepatan dengan kejadian buruk yang menimpanya. Membuat Ameera bertekad untuk tidak pernah mencari tahu keberadaan mama.

Menyakitkan sekali tiap kali mengingat wanita yang menjadi panutannya selama ini pergi begitu saja tanpa berpamitan dan tanpa memberikan penjelasan. Setidaknya, mengatakan kenapa dia pergi. Apakah karena ia, papa, atau karena apa.

"Nanti pas anaknya Bi Ratna nikah papa mau dateng gak?" tanya Ameera mengalihkan diri dari rasa sakit hatinya saat mengingat mamanya.

Ilham menjatuhkan tubuhnya pada kursi pantry yang berseberangan dengan putrinya lalu menggeleng. "Papa harus ke Amerika."

"Oh."

"Kamu gak mau tanya papa mau apa ke sana?"

Ameera mendongak ditengah kunyahannya. "Mau apa?"

"Ketemu mama kamu."

Sesendok nasi goreng yang hendak Ameera masukan ke dalam mulutnya terhenti di udara. Tiba-tiba saja dadanya terasa sesak. Namun, sebisa mungkin ia mengembalikan raut wajahnya seolah-olah tidak terpengaruh. "Jadi papa gak bakalan hadir di nikahan anaknya Bi Ratna?" tanya Ameera berniat mengalihkan pembicaraan.

Hal itu jelas saja terbaca oleh Ilham. "Sampai kapan kamu gak mau ketemu mama kamu?"

Untuk informasi saja ternyata mamanya waktu itu pergi ke Amerika untuk mengejar mimpinya menjadi seorang ballerina yang dulu terhenti karena menikah dengan Ilham. Itu Ameera tahu karena Ilham yang memberi tahu, bukan ia sendiri yang mencari tahu.

"Kalau nanti aku ke nikahan anaknya Bi Ratna sama temen gak apa-apa kan?" Ameera masih berusaha untuk mengalihakan pembicaraan. Rasanya masih sulit untuknya setiap kali Ilham membahas tentang mamanya.

Ra?    (Selesai)Where stories live. Discover now