Part 8

690 104 27
                                    

Mino menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Mau seberapa lama pun Mino menunggu di kedai, Irene tetap akan menghindari cowok itu. Bahkan saat Mino pikir dia bisa mengantar Irene pulang, justru Sean sudah menjemput Irene lebih dulu. Mino mengeluarkan ponselnya berusaha menghubungi Jennie Kim. Namun sialnya, ponsel cewek itu tidak bisa dihubungi sama sekali. Cowok itu mengirimkan pesan pada manajer Jennie Kim.

Mbak Manajer
Kita lagi di Changi menuju Vienna

Sial! Mino terus mengumpat. Setelah membuat sensasi, dengan santainya Jennie Kim pergi ke Vienna. Mino mengacak rambutnya geram.

****

Pada saat yang bersamaan namun di tempat yang berbeda, Irene terus menatap datar pada buket kincir angin yang menghias sudut meja belajarnya. Jari telunjuknya memainkan kincir angin itu dengan malas. Aneh. Irene merasa aneh dengan dirinya sendiri. Kenapa cewek itu merasa kesal saat melihat Jennie Kim mengecup pipi Mino? Padahal selama ini dia selalu bahagia melihat Jennie Kim menikmati kehidupan layaknya remaja normal. Seharusnya Irene merasa bangga karena berteman dengan Mino yang merupakan orang yang disayangi Jennie Kim. Iya, seharusnya Irene merasa bangga bukannya malah kesal seperti ini.

Secangkir teh chamomile dan setangkup roti panggang selai coklat diletakkan di samping Irene. "Kata Bunda teteh belom makan jadi Sean buatin roti panggang,"

"Makasih yah,"

"Teh Irene...,"

"Apa?"

"Bantuin jahit jersey ini sih...," pinta Sean menunjukkan sebuah jersey berwarna ungu terong yang memiliki robek di bagian pinggir sebelah kanannya.

"Ambilin mesin jahit portable di atas lemari," perintah Irene yang langsung segera dituruti Sean. Cowok jangkung itu mengambil mesin jahit portable di atas lemari dan meletakkannya di depan Irene. Sembari menunggu Irene menjahit jersey tersebut, Sean berguling santai di atas tempat tidur Irene.

"Teh Irene...," panggil Sean yang hanya direspon dengan gumaman kecil oleh Irene. "Bang Mino... yang waktu itu main ke sini, pacar teteh?"

"Bukan," jawab Irene singkat.

"Orang yang lagi deketin teteh?"

"Bukan juga,"

"Orang yang suka sama teteh yah?"

"Nggak, Sean. Kenapa bahas Mino sih?"

"Soalnya teteh tuh kayak seneng gitu pas ada bang Mino...,"

"Nggak, Sean... elo jangan suka ngaco deh,"

"Soalnya udah lama Sean nggak lihat teteh kayak gini selain sama...,"

"Sean!" potong Irene. "Ini udah selesai. Mending elo balik kamar. Teteh capek mau istirahat," Irene menyerahkan jersey yang sudah selesai dijahit rapi dalam waktu singkat. Melihat wajah Irene yang tampak lesu, tanpa banyak bicara Sean segera meninggalkan kamar Irene.

***

Sudah seminggu Irene berusaha menghindari Mino sejak kejadian Jennie Kim di kedai kopi The Coffreak. Leora jelas bisa membaca kalau Irene berusaha keras menghindari Mino. Cewek itu selalu saja mengalihkan pembicaraan kalau Leora dengan usilnya mencoba menyebut nama Mino. Lucunya, Irene selalu terlihat kehilangan fokus dan banyak melamun.

Azalea [COMPLETED]Where stories live. Discover now