Part 5

932 133 36
                                    

Maafin aku, Irene...

Irene tersentak kaget hingga membuat cewek itu terbangun dari tidurnya. Napasnya tersengal dan peluh membasahi pelipisnya. Bahkan Irene bisa merasakan kalau piyama yang dikenakannya juga sudah basah karena keringat. Perlahan, cewek itu mencoba mengatur napasnya sembari meraih gelas air yang terletak di atas nakas. Ia meminum air dalam gelas tersebut untuk membasahi kerongkongannya yang terasa kering.

Pada keadaan kamarnya yang masih cukup gelap dan hanya diterangi cahaya lampu tidur, Irene mencoba mencerna mimpi yang dialaminya itu. Tiga kata dalam satu kalimat itu masih terngiang jelas di dalam otaknya. Kalimat terakhir yang Irene dengar dari orang itu, yang terkadang menjadi mimpi buruk baginya. Tapi, di dalam mimpi tadi, meski kalimat itu terdengar sama, namun bukan suara yang sama yang pernah mengucapkan kalimat itu sebelumnya. Ada orang lain yang membisikkan kalimat itu padanya.

Irene memijat kepalanya pelan yang terasa sedikit pusing. Perlahan ia menarik napasnya panjang dan menghembuskannya. Mencoba menghilangkan sesak yang memenuhi rongga dadanya.

***

Sudah seminggu Irene disibukkan dengan kegiatan rapat persiapan untuk projek fashion show di kampus dari pagi hingga senja. Projek fashion show ini adalah ajang bergengsi bagi mahasiswa tingkat akhir untuk menunjukan beberapa rancangan busana hasil karya mereka pada publik. Pada acara ini biasanya akan dihadiri oleh tamu undangan seperti perancang busana profesional, artis, model profesional dan juga akan diliputi oleh media. Seluruh persiapan acara ini memang diurus langsung oleh semua mahasiswa tingkat akhir yang akan segera wisuda. Karena kesibukannya di kampus itulah sudah seminggu ini pula Irene tidak datang ke kedai kopi untuk part-time ataupun membantu di toko bunga tante Sella.

Kesibukan Irene ini pun diketahui oleh Mino. Jangan kira Irene yang cerita langsung pada Mino, melainkan Mino yang seperti biasanya mengikuti Irene diam-diam. Iya, setelah dua hari tidak menemukan kehadiran Irene di kedai kopi, Mino mencari gadis itu ke toko bunga. Tapi sayangnya Irene juga tidak berada di toko bunga tersebut. Saat cowok itu tidak menemukan Irene baik di kedai kopi maupun toko bunga, Mino pun mencari Irene sampai ke gedung kampusnya. Mino tidak sampai masuk ke dalam kampus Irene, ia hanya cukup mencari tahu kegiatan yang dilakukan Irene, setelahnya Mino akan memberikan 'sedikit' privasi untuk gadis itu.

Dan saat ini, Mino sibuk memainkan kameranya menangkap keindahan pemandangan kawah putih. Kemarin, Papa yang kebetulan baru kembali ke Jakarta setelah sibuk menyelesaikan kasus salah satu klien di Makasar, tadi pagi harus kembali mengurus kasus lainnya di Bandung. Iya, Papa adalah salah satu pengacara kondang di Indonesia dengan jam terbang tinggi. Sebenarnya tadi pagi Papa hanya iseng minta ditemani ke Bandung oleh Mino. Tapi ternyata Mino mengiyakan permintaan Papa dengan catatan cowok itu akan berkeliling sendiri menikmati kota Bandung sementara Papa sibuk menyelesaikan kasus klien.

Mino menatap ke sekeliling kawah putih yang cukup ramai dengan para pengunjung. Sebuah senyum tipis terukir di wajah cowok itu saat pikirannya mengingat salah satu foto Irene remaja yang tersenyum lebar dengan latar belakang kawah putih. Mungkin kawah putih ini pernah menjadi salah satu tempat wisata faforit Irene sebelum 'Bandung' menjadi asing bagi gadis itu.

***

Hujan kembali mengguyur Jakarta. Sudah sejak pagi Irene berada di kedai kopi mengganti jadwal part-time yang dilewatinya setelah dua minggu disibukkan dengan kegiatan di kampus. Meski Leora mengatakan pada Irene untuk tidak memusingkan perihal jadwal part-time, tetap saja Irene harus tahu diri untuk menempatkan dirinya sebagai sahabat Leora juga karyawan di kedai kopi Leon.

Irene memandang keluar kedai memperhatikan gerimis yang masih membasahi jalanan. Ada sesuatu yang dirasa aneh mengusik Irene. Entah kenapa tiap kali terdengar suara pintu kedai yang terbuka, Irene akan refleks menoleh ke arah pintu dan melihat siapa yang datang. Biasanya ia tidak pernah mempedulikan siapa saja yang datang untuk menikmati kopi di kedai. Tapi untuk beberapa hari ini, Irene punya kebiasaan baru mengecek pelanggan yang datang tiap kali pintu kedai terbuka.

Azalea [COMPLETED]Where stories live. Discover now