Saya Pacarnya

4.2K 438 28
                                    


Carla menggoyangkan kakinya di bawah meja. Di sela-sela jam makan siang, ia sedang menunggu seseorang di sebuah resto yang tidak jauh dari kantor. Carla terlihat gelisah dengan reaksi orang yang akan ditemuinya saat mereka bertemu nanti.

Tak lama, orang yang ditunggu terlihat dari arah pintu masuk. Tampangnya yang dingin dan menatapnya tajam sedikit membuat Carla ciut, tapi Carla berusaha memberikan senyuman untuknya.

“Sori, lama.” ujarnya singkat.

“Nggak apa. Belum lama kok.” Carla menampilkan senyuman terbaiknya. “Maaf aku nggak bawain kamu bekal hari ini. Sebagai gantinya, aku udah pesenin makanan favorit kamu.”

Pria itu melirik makanan yang tersaji di depannya, bergantian ke arah Carla. Ia lalu mendengus. Tahu bahwa ini trik Carla untuk meminta maaf. “Nggak usah bawain bekal lagi juga nggak apa. Mendingan buat kamu sendiri. Dan aku masih marah ya sama kamu.” Ia menunjuk Carla dengan telunjuknya, memperingati. Meski begitu ia tetap memakan pesanan Carla. “Kenapa kamu nggak cerita sama aku?”

Carla merengut. “Kalau aja kamu angkat telepon aku, aku pasti udah cerita. Dan yang pasti aku nggak akan ke apartemennya Raka.”

“Sori, aku ada urusan kemarin,” ujar pria itu menyesal.

“Urusan apa?”

Pria itu terlihat membeku sebelum menjawab, “Ada lah.” Ia menatap Carla serius. “Jadi, kenapa kamu bisa ada di apartemennya Raka?”

Carla bergidik ngeri melihat ekspresi Leo. Ia takut kalau Leo sudah dalam mode serius seperti itu. Makanya, Carla mati-matian meminta maaf pada sahabatnya karena Carla tahu Leo pasti terkejut mendapatinya berada di apartemen Raka. Ya, Leo adalah sahabat Carla sejak SMA. Mereka seperti tidak saling mengenal saat di apartemen Raka. Orang-orang kantor pun tidak ada yang tahu. Entah apa alasan mereka menyembunyikannya.

“Aku disiram sama penggemarnya Pak Marco. Sampai basah kuyup gitu bajuku. Terus Raka liat dan dia nolongin aku.”

“Kok mereka bisa nyiram kamu?”

“Ya, bisalah, Yo. Kan di toilet ada air.”

Leo memutar bola mata. “Maksud aku, apa alasannya?”

Carla meringis dengan reaksi Leo. Padahal dia bermaksud bercanda. “Aku makan siang sama Pak Marco. Mereka nggak terima.”

“Jadi, bener gosip itu soal kamu sama Pak Marco?”

Mata Carla membola. “Gosipnya emang parah banget, ya? Mereka bilang apa aja?”

“Kalian deket.”

“Itu doang? Nggak ada yang aneh?”

“Aneh, seperti?”

“Aku dituduh selingkuhannya, misalnya. Soalnya itu yang dibilang cewek-cewek yang nyiram aku. Mereka nuduh aku pelakor.”

Leo membelalak. “Sejauh yang kudenger sih nggak. Kamu inget muka mereka?”

“Kamu mau apa?”

“Siapa tahu aku bisa kasih mereka sanksi.”

“Nggak usahlah. Ribet lagi nanti.”

“Kamu dibully, La. Ini udah nggak bisa dibiarin. Ini kantor, bukan sekolahan.”

“Ya, aku tahu. Aku juga kesel. Tapi kalau diterusin, mereka marah terus cari gara-gara lagi sama aku. Udahlah. Lagian juga aku udah nggak ada urusan lagi sama Pak Marco.”

“Kamu kenapa bisa sama Pak Marco sih? Aku nggak pernah liat dia makan siang bareng cewek, apalagi karyawan biasa kayak kamu. Bukan levelnya dia aja.”

Roller CoasterWhere stories live. Discover now