My Life is (Not) Flat 1

5.3K 446 10
                                    


Weekend biasanya Carla lebih memilih menghabiskan waktu sendiri. Kadang ia pulang ke rumah orang tuanya. Waktu luang biasanya ia habiskan seharian di kamar untuk maraton drama Korea yang belum sempat ia tonton atau membaca novel yang sudah lama ia beli namun belum sempat terbaca.

Tetapi, sekarang karena Carla kepengin membeli novel baru, dia ke toko buku yang ada di sebuah mal. Kebetulan dia juga ada janji sama teman-temannya semasa kuliah di mal itu. Ketemuan setelah sekian lama karena kesibukan di tempat kerja masing-masing. Carla sengaja datang satu jam lebih awal demi ke toko buku.

Setelah kurang lebih satu jam berkeliling, Carla akhirnya mendapat buku yang ia suka. Saat akan menuju kasir, Carla melihat Raka baru memasuki area toko buku bersama seorang perempuan. Yang membuatnya tak habis pikir, perempuan yang bersama Raka berbeda dengan yang kemarin ia dan Shella lihat.

Carla menggeleng-geleng. Bisa gitu tiap hari jalan sama cewek yang beda-beda.

Tapi, bukan itu yang membuatnya kesal. Gara-gara itu, Carla jadi ingat kejadian di ruangan Pak Marco. Carla syok melihat Pak Marco bersama seorang pria sedang bermesraan. Hampir berciuman pula. Ya, hampir kalau saja mereka tidak mendengar bunyi pintu yang Carla tabrak karena terburu-buru ingin segera keluar ruangan.

Apalagi Pak Marco sempat melihat ke arahnya dengan tatapan datar membuat Carla ciut. Dengan kikuk, ia menyampaikan maksud kedatangannya dan buru-buru pamit keluar setelah menaruh map di atas lantai begitu saja. Ia terlalu takut melihat tampang sangar ‘kekasih’ Pak Marco yang terlihat sekali ingin mengulitinya.

Sampai sekarang Carla tak habis pikir. Pak Marco yang dikenal tampan, selalu rapi, perlente, dan digilai banyak perempuan di kantor ternyata gay! Padahal setahu Carla dia punya istri.

Gara-gara hal itu juga Carla bawaannya sebal aja kalau lihat Raka. Karena gara-gara Raka kebelet ke toilet dan menyuruhnya ke ruangan Pak Marco, Carla jadi melihat yang tidak-tidak. Matanya jadi terkontaminasi! Dia jadi menyesal menyanggupi permintaan Raka. Belum lagi sepertinya Pak Marco merasa terganggu. Bukan tidak mungkin nanti Pak Marco akan memanggilnya untuk diberi sanksi. Kalau sampai itu terjadi, Carla tidak akan mengampuni Raka.

*****

“Eh, si Intan bentar lagi nikah. Kalian diundang?” tanya Myla, salah satu teman kampus Carla saat ia dan teman-temannya bertemu di salah satu resto. Kalau sudah kumpul begini, topiknya pasti nggak jauh-jauh dari pernikahan. Seperti sekarang, Myla membuka pembicaraan tentang salah satu teman sekelas mereka di kampus dulu.

“Serius? Gue nggak diundang deh kayaknya.” sahut Breanna, atau akrab disapa Anna, yang sepertinya menjadi satu-satunya yang tidak tahu karena Carla dan dua temannya yang lain mengangguk.

“Ada di grup, An.” jawab Ringgo.

“Eh, kalian kapan? Masa belum ada yang pecah telor juga.” Myla terkikik.

“Jangan ketawa lo. Lo aja belum,” sela Anna. “Lo aja dulu, Myl. Lo kan udah punya cowok. Ajak kawin lah.”

“Buset, kawin. Nikah, woy.” Pandu tergelak.

“Ya itu maksudnya, bego.” Anna memukul kepala Pandu yang seketika membuat Pandu mengaduh. Sepertinya lumayan kencang. Carla tertawa memerhatikan mereka.

“Ck. Nggak usah ngomongin cowok gue. Males.” ujar Myla sambil mengaduk-aduk minumannya.

“Kenapa lagi kalian? Berantem lagi? Pasangan terdrama ya kalian.” Ucapan Pandu membuat Carla dan lainnya tertawa. Sementara Myla bukannya marah malah cemberut. Myla dan kekasihnya memang acap kali ribut. Padahal kekasihnya itu berada di luar kota.

“Mending lo sama Ringgo aja deh, Myl. Gue yakin adem ayem. Gue dukung.” Carla buka suara. Ia tertawa kecil melihat Ringgo yang pura-pura tidak mendengar. Sudah rahasia umum bagi dia dan teman-temannya bahwa Ringgo menyukai Myla. Bahkan Myla sudah tahu, tapi dia mengelak seperti sekarang.

Roller CoasterNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ