6 - First time for me, maybe...

Mulai dari awal
                                    

"Apa kau sudah memilihkan nama untuknya?"

Menggeleng, Savannah memperbaiki posisi duduknya sebelum menarik napas panjang. Dari hasil usg terakhir, Dokter memprediksi bayinya berjenis kelamin perempuan.

"Aku hanya ingin nama anakku berawalan huruf S seperti namaku." Ucapnya merona, malu dengan keinginannya yang agak kekanakan.
"Apa kau punya ide?"

River mengerjap. "Aku? Apa aku boleh menamainya?"

"tentu saja. Jika nama yang kau pilihkan bagus kenapa tidak."

River menatapnya dengan sorot mata yang mampu mencuri napas. Ohya Pria ini memang tampan tapi tidak pernah terlihat lebih tampan dari yang sekarang Savannah lihat. Alis tebalnya terukir sempurna, dengan mata biru gelap yang membuat Savannah tenggelam di dalamnya.

"Beberapa hari ini aku memikirkan nama-nama seperti Scarlet, Sherly, Sandy yah nama-nama yang berawalan huruf S."

"Swan."

Mengerjap, Savannah mengerutkan alisnya. Ia tidak pernah tau bahwa sebuah nama bisa membuat efek magis yang begitu mempesona saat diucapkan dengan lembut.

"Kau tidak menyukainya? Kita bisa memikirkan nama yang lain..."

"Tidak!" selanya cepat. "Aku suka, sangat suka! Swan, nama yang cantik dan anggun. Terimakasih."

Savannah tidak tau apa yang merasukinya saat menangkup wajah River dan mendekatkan dengan wajahnya. Bibir mereka bertemu, dingin, manis, dan lembut.

River membeku, merasakan bibirnya di tekan oleh bibir Savannah. Wanita itu menciumnya, berusaha lebih dalam walaupun dari caranya, River tau Savannah sangat tidak berpengalaman.

Seperti tersadar Savannah menjauhkan wajahnya, mengerjap menatap River dengan pipi merona.

"Maaf... Maafkan aku... Maksudku dokter bilang pada kehamilan trimester kedua dan ketiga, gairah ibu hamil memang tidak menentu. Yah itu memang bukan alasan melakukan itu padamu... Maksudku... aku..." ucapnya tergagap.

"Ini karena kehamilanmu?"

"Ya!"

Savannah bersiap bangkit saat tangan River menahannya. Sebelah tangan pria itu mendarat di pipinya, membantunya menoleh dan disambut bibir yang setengah terbuka.

River menciumnya!

Sangat lembut, menghisap permukaan bibir Savannah kemudian melumatnya lebih dalam!

Savannah tidak pernah berciuman seintim ini. Bahkan dengan Shane! tapi saat River melakukannya, ia seperti mabuk, ia menginginkannya, dan segera hanyut dalam sesuatu yang selama ini tidak pernah ia bayangkan akan ia rasakan.

River menggendongnya, seakan tubuh gemuknya ini seringan bulu. Meletakkannya dengan hati-hati di sofa dan segera menindih separuh tubuhnya.

Savannah mengerang, saat River meremas payudaranya. Rasa sakit bercampur nikmat seolah menjadi pemicu untuk sesuatu yang sudah bangkit. Savannah mengalungkan tangannya di leher River, meremas rambutnya dan menekannya, memperdalam ciuman mereka.

Dan sisa malam itu di habiskan Savannah bersama River. Di dalam kantornya, dengan cahaya minim dari lampu baca, Savannah melebur membiarkan sekali lagi pria asing mengambil alih tubuhnya.

***

Keesokan harinya Savannah terbangun di dalam mobil yang ia ketahui sebagai mobil River. Menoleh ke kanan-kiri namun tidak bisa menemukan pria itu dimanapun.

Savannah menggigit bibir, malu dengan apa yang terjadi diantara mereka semalam. Oh bagaimana ia bisa menghadapi River sekarang.

Pintu mobil terbuka, tatapan mereka bertemu dan seketika itu juga hati Savannah mencelos.

The VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang