29-Back again

2.7K 129 5
                                    

.
.
.
Langkah cerianya memasuki resto seketika melambat. Entah matanya salah atau tidak. Entah ini mimpi atau nyata.

Alenna kembali melihatnya.

Rasa bahagia menyeruak diseluruh hatinya, namun ada rasa sakit disana. Mata mereka bertemu, tak lama Alenna memalingkan lebih dulu.

Kakinya masih melangkah. Melangkah pelan untuk memperlambat waktu. Alenna berharap waktu melambat mulai sekarang, tapi tak mungkin.

Langkahnya semakin dekat. Lelaki yang ia rindukan ada didepan mata, namun ia terlalu lelah untuk kembali menatap matanya. Sampailah ia pada meja yang Juan, Shivi, dan Arsen duduki. Ya, Arsen.

Juan nampak terkejut sesaat, namun setelahnya biasa saja.

"Ini Ge dari tante" ucap Alenna sambil memberikan paper bag ditangannya,

"Tante?",

"Mama Gege",

"Ohh, ini apaan?",

"Mana Alenna tau Ge, kan Alenna cuma nganterin aja dan nggak bukain" jawabnya tenang, berusaha tenang lebih tepatnya,

"Hehe iya, yaudah makasih ya. Mau disini dulu? Atau gimana?" tawar Juan.

Asal kalian tahu saja, saat ini Juan sedang benar-benar merutuki perbuatan mamanya. Kenapa bisa mamanya menyuruh Alenna kesini? Sedangkah disini masih ada Arsen. Tak patut juga jika Juan menyalahkan mamanya. Tapi saat ini Juan sedang menerka-nerka bagaimana hati Alenna sekarang, wajah Alenna tak menyiratkan apapun.

"Aku balik aja Ge. Byee Gee, kak!" pamit Alenna setelahnya berjalan santai keluar resto.

Setelah Alenna benar-benar keluar, Juan menatap tajam Arsen yang masih mematung.

"Masih mau diem? Udah liat Alenna gimana sama lo sekarang? Masih mau matung? Nggak mau usaha ngejar dia?" omel Juan,

"Dia cantik" ucap Arsen yang masih melamun sehabis melihat Alenna, omongannya sangat jauh dari apa yang ditanyakan Juan.

Dengan kesalnya Juan memukul bahu Arsen kencang. Masabodoh kalau itu sakit.

"Masih mau diem lo hah? Liat secuek apa Alenna liat lo? Mau apa lo sekarang?" Juan kembali mengomel.

Tanpa perintah lagi, Arsen berlari keluar resto dan menyusul Alenna yang masih berstatus sebagai pacarnya, ah entahlah.

Arsen terus berlari mengikuti nalurinya. Tak mungkin Alenna pergi ke tempat yang ia tidak ketahui kan? Maka dari itu ia memilih menyusuri jalan ke rumah Juan.

Dan benar saja Alenna tengah berjalan santai disana. Nampak tak terburu-buru. Apa gadis itu sudah benar-benar melupakannya? Tapi kenapa itu membuat Arsen sesak? Bukankah ini yang ia inginkan? Alenna melupakannya.

Arsen berlari menyusul langkah santai Alenna yang lumayan jauh.

SREKK

Dan Arsen berhasil meraih tangan itu lagi. Alenna berbalik otomatis. Yang terlihat hanya wajah tenang dan santai.

"Kenapa?" tanya gadis itu membuat Arsen tersentak.

Tanpa menjawab, Arsen menarik Alenna menjauh dari tempat itu. Sedangkan Alenna hanya mengikuti dengan langkah pasrah.

Ada rasa senang saat Arsen kembali menggenggam tangannya, tapi ada rasa sakit juga dihatinya. Matanya memanas, ingin sekali ia menangis, tapi ia tak mau.

Arsen berhenti disebuah taman sepi. Tepat saat itu juga air mata Alenna menitih. Gadis itu menunduk sebelum Arsen berbalik. Tiba-tiba tangan Arsen terulur mangangkat dagu Alenna, agar gadis itu menatapnya.

Tanpa membuka mata, Alenna mendongakkan kepalanya. Air mata yang mengalir perlahan dari mata gadis didepannya berhasil membuat Arsen teriris bersalah.

"Alenna.." panggilan itu berhasil membuat Alenna luluh seketika.

Suara yang ia rindukan telah kembali. Alenna membuang jauh-jauh egonya. Hingga tiba-tiba saja Alenna membaurkan pelukannya pada Arsen.

"Kangen" lirihnya.

Arsen tak segan-segan membalas pukan Alenna lebih erat. Kalian tau seberapa rindu Arsen? Sangat rindu.

"Kamu ingkarin janji kamu. Katanya nggak akan pergi, tapi ini apa? Kamu pergi kan?" Alenna mulai mengomel.

Arsen suka suara omelan itu.

"Tapi aku kembali",

"Setelah berapa lama hah? Buat apa kamu pergi?",

"Ya aku akuin aku terlalu bodoh untuk mengambil keputusan. Iya aku tau keputusan aku salah. Karena aku sadar, makanya aku kembali" ucap Arsen perlahan,

"Kalau kamu punya masalah itu cerita. Apa gunanya aku disini? Aku bisa dengerin semua masalah kamu, aku mau Arr, aku akan bantu",

"Iya maaf, maaf" Arsen membelai lembut kepala Alenna, mengelus perlahan rambut gadisnya.

Keduanya diam. Setelah cukup lama Alenna menangis dalam dekapan Arsen, ia melepas dekapan itu dan beralih menatap Arsen. Arsen membawa Alenna duduk di kursi tak jauh dari mereka.

"Sebegitu kangennya sama aku?" Arsen mulai menggoda.

Alenna yang sadar akan hal itu langsung saja mencubit lengan Arsen tanpa berpikir apa itu sakit atau tidak.

"Emang kamu nggak kangen sama aku gitu?" tanya Alenna balik,

"Kangen banget lah" jawab Arsen sambil mengacak puncak kepala Alenna, jangan lupakan senyum manis Arsen juga.

Alenna tersenyum. Rasa bahagia dirasakan keduanya.

"Maaf" ucap Arsen tiba-tiba,

"Untuk?",

"Semua",

"Semuanya aku maafin, dan setelah ini jangan lagi ambil keputusan aneh-aneh" pinta Alenna dan mendapat anggukan Arsen.

Keduanya terdiam beberapa saat, sampai akhirnya Alenna membuka pertanyaan.

"Nggak pernah siksa orang lagi kan?",

"Kadang merasa ingin menyiksa orang lagi, tapi aku inget kata kamu" jawab Arsen membuat Alenna sedikit tersipu,

"Aku? Emang kenapa?",

"Kamu bilang aku nggak boleh siksa orang lain kan? Kalau aku mau siksa orang, kamu nggak pernah kasih ijin. Makannya aku mau berhenti. Kalau aku siksa orang itu artinya aku siksa kamu. Dan aku mau berubah, bukan buat kamu aja, tapi buat aku sendiri juga" ucapnya sambil menatap Alenna dari samping.

Alenna yang sedari tadi menatap ke depan pun kini menoleh kesamping. Dan deg!, Matanya terkunci oleh mata Arsen.

"Kalau kamu udah nggak pernah sakitin orang lain, setelah ini jangan pernah sakitin diri sendiri"

"Kalau gitu bantu aku",

"Pasti" senyum Alenna mengembang manis dan Arsen suka itu.

&&&

Kok ini rasanya flat banget ya?😌

Tapi yasudah semoga suka kawan:)

Typo tebas sendiri🌞

Dikit lagi ending guyss😚

Vote+komen👀

Protective Devil || Completed✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora