12-Open past

3K 174 4
                                    

.
.
.
"Mama" ucap Arsen lirih di telinga Alenna.

Arsen melepaskan dekapannya. Membuat jarak antar keduanya. Membiarkan nafas mereka berhembus teratur dalam jarak.

"Kenapa?" tanya Alenna mulai penasaran,

"Kamu ngga ingat?" pertanyaan Arsen berhasil membuat Alenna memicing kebingungan.

Ingat apa? Alenna saja tak tau apa-apa.

"Ingat apa?" kening Alenna berkerut,

"Ahh lupakan" Arsen memalingkan wajahnya tak menatap Alenna lagi.

Cowok itu mengusap wajahnya dengan kasar dan tertunduk.

"Kenapa?" tanya Alenna sembari mengelus punggung Arsen yang tertunduk,

"Mama dah nggak ada dan..." Arsen menggantung ucapannya,

"Kalo kamu nggak mau cerita nggak masalah, lagi pula aku siapa? Aku nggak berhak ganggu privasi kamu kan?".

Arsen mendongak menatap Alenna lekat. Ia meraih dagu Alenna agar gadis itu menatapnya.

"Kamu gadis aku, milikku. Dari dulu selalu begitu. Kamu juga berhak tau, emm mungkin lebih tepatnya adalah berhak ingat" Alenna makin tak paham dengan perkataan Arsen yang selalu menyangkut pautkannya dengan masa lalu cowok itu,

"Maksudnya?",

"Keluarga yang seharusnya damai. Orangtua yang seharusnya bisa menjadi contoh buat anaknya, ini enggak" Arsen memperhatikan wajah Alenna sejenak dan kembali melanjutkan ceritanya,

"Saat itu hari ulang tahunku, semua berjalan lancar dan menyenangkan. Waktu pesta selesai, saat itu juga keluargaku seolah juga selesai. Saat itu yang aku tau papa minta bantuan mama buat bawa salah satu temen kerja mama ke gang deket mini market, kalau kamu tau papa aku dulu sama devilnya sama aku" dari situ Alenna tau darimana sifat Arsen sekarang

"Karena mama tau apa tujuan papa minta tolong kaya gitu, jelas mama nggak mau",

"Emang papa kamu mau ngapain?" pertanyaan Alenna dibalas senyum oleh Arsen,

"Sama seperti yang aku lakukan ke Shivi, tapi papa akan melakukan lebih dari apa yang aku lakukan" pernyataan itu berhasil membuat Alenna meringis,

"Terus?",

"Setelah mama nolak permintaan itu, papa marah, karena memang itu pertama kalinya mama nolak apa yang papa mau. Papa marah, emosi, saking emosinya papa sampai dengan teganya nyekik mama tanpa ampun. Sampai nafas mama hampir habis, papa memilih menghabisi nyawa mama dengan pisau" jeritan mamanya seolah terdengar kembali di telinga Arsen

"Kejadian itu aku liat sendiri Lenna. Aku liat kejadian itu dari lantai atas sama kak Alex dan satu cewek yang selalu ada disamping aku dari dulu, dia yang terbaik" Arsen menatap Alenna saat mengatakannya, ada apa memang? Itu yang Alenna pikirkan

"Cewek itu berusaha nenangin aku yang kalut saat itu. Waktu aku hampir lari untuk nyelamatin mama sebisa aku, kak Alex tahan tangan aku seolah dia nggak takut kehilangan mama dengan membiarkan papa lebih banyak beraksi" wajah Arsen kini nampak merah menahan amarah

"Saat itu juga nyawa mama habis ditangan papa hanya karena masalah sepele yang itu juga atas dasar keinginan gila papa. Dan aku merasa nggak berguna disana, aku nggak bisa nepatin janjiku untuk jaga mama. Aku nggak berguna Lenna" tangan Arsen mengepal kuat.

Alenna yang melihat tangan Arsen megepal segera ia raih tangan kekar itu. Mengelusnya lembut hingga perlahan tangan itu terbuka lesu.

"Itu bukan salah kamu. Mungkin tujuan kak Alex waktu itu larang kamu lari ke mama kamu supaya kamu nggak ikut jadi korban amarah papa kamu, supaya nggak ada lebih banyak korban" Alenna berusaha menenangkan dan menjelaskan sesuai apa yang ada di logikanya,

"Apa saat itu dia nggak mikir kalau yang jadi korban amarah papa itu juga mamanya? Dia cowok, dia yang lebih tua dari aku Lenna, apa dia tega aja liat mama dibantai habis sama papa?" Arsen kini seperti kembali masuk pada masa lalunya

"Aku nggak guna Lenna, aku nggak nepatin janji!. Aku pengen ketemu mama" Arsen kembali tertunduk kembali mengusap wajahnya kasar.

Alenna membelalak dengan keinginan yang Arsen lontarkan. Alenna menarik tubuh Arsen agar kembali tegak menatap matanya.

"Jangan ngomong gitu! Pasti mama kamu disana berharap supaya kamu bisa nyelesein masalah ini dan bantu sadarin dan rubah papa kamu, bukannya kamu malah ikutan papa kamu dengan sikap kamu sekarang. Mama kamu pasti berharap anaknya bisa hidup lebih panjang dan lebih bahagia" Alenna masih menatap lembut mata elang yang kini nampak sayu tersebut.

Tanpa basa-basi Arsen dengan cepat membaurkan pelukannya pada Alenna. Dengan cepat pula Alenna memberikan ketenangan dan kehangatan untuk Arsen yang kini larut dalam masa lalunya.

Berulang kali Arsen mengelus lembut rambut Alenna berterimakasih. Berulang kali juga Arsen mengecupi singkat puncak kepala Alenna. Gadis itu tak memberontak, ia membiarkan Arsen mengaluarkan semua rasa sesak yang ia simpan sendiri.

"Dah lebih baik?" pertanyaan Alenna itu dibalas dengan anggukan Arsen dalam dekapan,

"Makasih" sungguh Arsen merasa lebih baik dari sebelumnya.

Alenna hanya tersenyum hangat.

Tak lama, Arsen melepas pelukannya. Memberikan jarak bagi keduanya.

"Kamu mau tau siapa cewek yang ada sama aku saat itu?" pertanyaan Arsen berhasil membuat Alenna mengangguk semangat,

"Kamu" jawaban singkat Arsen membuat mata Alenna membulat sempurna,

"Aku?" dilhatnya Arsen mengangguk ringan sebagai jawaban,

"Ingat Juan? Juan Xie?" tanya Arsen,

"Iya, gege kan? Orang baik yang aku temuin waktu di rumah sakit" jawab Alenna jujur saja,

"Sebelum kejadian di rumah sakit kamu tau Juan? Ingat Juan?" tanya Arsen berusaha memancing kembali ingatan Alenna.

Pening. Itu yang Alenna rasakan pertama kali. Otaknya memaksa memikirkan masa lalu. Matanya mengerjap beberapa kali.

"Juan gege!!"

"Gege ayo kesana"

"Gege jagain Lenna?"

"Lenna adik gege?"

"Lenna sayang sama gege"

Bayangan seorang gadis kecil menyebut kata 'gege' berputar di otaknya.

"Lenna? Kenapa? Maaf. Jangan paksain buat inget" kata Arsen yang khawatir dengan Alenna,

"Enggak, enggak papa" Alenna berusaha menetralkan rasa peningnya perlahan.

Ia rasakan tangan Arsen yang mengelus lembut kepalanya. Entah kenapa itu membantu mengurangi peningnya.

"Yasudah, kamu ganti baju dulu" mendengar itu Alenna hanya mengangguk.

Alenna berjalan kembali ke bilik dan mengganti pakaiannya dengan cepat. Alenna berbalik dan mengambil duduk disamping Arsen lagi.

"Apa hubungannya aku sama masa lalu kamu?" pertanyaan tersebut berhasil meluncur dari mulut Alenna.

Arsen terdiam. Bagaimana ia harus menjelaskan? Darimana ia harus menjelaskan? Apa ini waktu yabg tepat untuk membuka semuanya?. Kini Arsen menatap gadis didepannya lekat. Menatap tepat pada iris mata cokelatnya.

"Hubungannya adalah..." Arsen menggantung ucapannya "kamu gadis aku dari du--"

BRAKKK
.
.
.
[To Be Continue]

Haloo haiii kawannn, maafkan author dengan mode suka menggantungkan pembaca yaa👋

Aku hadiirr kawannn. Semoga suka sama part iniii😊

Dan jangan lupa maafkan typo yang ada, ga pernah fokus ngedit emang ini mata😴

Yasudah sekiann dan makasih, jangan lupa vommentnya👌

Protective Devil || Completed✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang