Bertahan? atau pergi?

2.1K 120 17
                                    


"Eomma " ujar Jiyong pelan ketika menemukan seorang wanita paruh baya kini terduduk di samping ranjangnya.

Tangan sang eomma terulur untak mengusap lembut wajah Jiyong. Hangat, itulah yang dia rasakan ketika tangan wanita parih baya itu menyentuh wajahnya.

"Eommaa" ujar Jiyong Lirih seraya memegang tangan wanita yang sudah ia anggap Eommanya itu

"Jangan pernah khawatirkan tentang anakmu Ji"

DEG

Ucapan sang eomma membuat Jiying terdiam, raut wajahnya berubah tak terbaca ketika mendengar penuturan dari mulut ibu mertuanya itu. Apakah dia mengetahuinya?

Tentu saja Ibu Lisa mengetahuinya karena sang putri yang menceritakan semuanya padanya. Kini ia mengerti permasalahan antara kedua orang yang disayanginya ini. Pasti berat bagi Lisa untuk menerima keputusan Jiyong dibelakangnya. Namun ia juga tak sepenuhnya menyalahkan Jiying karena ia dapat memahami perasaan Jiyong yang sangat menginginkan keturunan. Sebagai wanita yang sudah berumur membuat sang eomma berfikir dengan bijak dan adil. Meskipun cara yang dilakukan Jiyong salah namun dalam keadaan seperti ini Jiyong juga membutuhkan dukungannya sebagai orang tua untuknya.

"Eomma maafkan aku " Lirih Jiyong dengan tatapan sendu

"setiap anak memiliki takdirnya sendiri,Peganglah janji Eomma bahwa eomma tak akan membuarkan anakmu menjalani takdirnya sendirian,aku akan mendampinginya Ji, aku akan menjaga anakmu yang tak lain adalah cucuku" jelas sang Eomma dengan nada yang lembut membuat Jiyong tertunduk, entahlah, Jiyong merasa hatinya kembali terasa berdenyut sakit

"aku mengecewakan putrimu eomma, maafkan aku hiks" ujar Jiyong menangis,air matanya kini mengalir dengan deras di pipi tirusnya

" Eomma tak menyalahkanmu, meski memang cara yang kau lakukan itu tidak benar namun eomma tau bagaimana perasaanmu Ji"

"hiks maafkan aku" Lirih Jiyong terus menerus meski keadaan kesehatannya semakin memburuk. Tak terasa kini Liquid bening juga membanjiri pipi sang ibu mertua, hati orang tua mana yang tega ketika melihat anaknya terbaring lemah dan hidup di ujung kematian.

"Sembuhlah Ji,bertahanlah.  Eomma sangat ingin kau tinggal bersama kita selamanya hiks. Seharusnya eomma yang harus pergi terlebih dahulu bukan dirimu. Meski kau bukan anak kandungku,tapi Eomma sudah sangat menyayangimu seperti eomma menyayangi Lisa hiks. Kepedihan terbesar seorang ibu adalah merelakan sang anak untuk berpulang hiks. Tapi, eomma tak akan menahanmu Ji. Pilihlah jalanmu hiks tetaplah tinggal jika kau mampu bertahan namun jika kau lelah,lepaskan bebanmu Ji hiks kau tak perlu mengkhawatirkan anakmu karena Eomma akan menjaganya hiks"

______________________________________

Hari semakin hari, keadaan Jiyong semakin memburuk.Bahkan dokter sudah menyatakan bahwa kemungkinan kesembuhannya sangat tipis tak lebih dari 2% harapan untuk Jiyong sembuh,bahkan kini Jiyong bernafas dibantu dengan alat yang terpasang ditubuhnya. Berbagai alat dengan berbagai fungsi terpasang untuk membuat Jiyong tetap bertahan hidup. Jiyong hidup namun mati. Ia dinyatakan hidup namun kenyataannya segala organ dalam tubuhnya perlahan mati yang intinya semua alat medis itu yang menentukan hidupnya saat ini

"Lisaya maafkanlah dia" ujar sang Eomma membuat Lisa sontak melihat kearah wanita yang melahirkannya itu

"Eomma" lirih Lisa lalu memeluk ibunya itu seolah meminta kekuatan yang dibalah dengan pelukan hangat seorang ibu

"apa yang harus kulakukan hiks" ujar Lisa dengan tangis yang pecah ketika sang ibu membalas pelukannya.

"Eomma hiks apa yang harus kulakukan " ujar Lisa seraya melepas pelukannya lalu memandang wajah sendu sang Eomma

"Eomma katakan padaku hiks, aku membencinya eomma hiks Ji Oppa sudah menghianatiku,dia bahkan membohongiku eomma hiks. Ta__tapi aku mencintainya hiks,aku tak bisa jika dia meninggalkanku hiks. Tak bisakah dia tinggal saja disini bersamaku? hiks" Ucap Lisa putus asa

"Sayangg" ujar sang eomma seraya memegang lembut tangan putrinya itu

"Eomma tau kau pasti kecewa, eomma tau kau pasti tak bisa menerima semuanya. Tapi apa kau tega melihat Jiyong seperti itu?dokter sudah mengatakan bahwa hidupnya diambang kematian. Maafkanlah dia sayang, bukalah pintu maafmu untuk dia. Lepaskan Jiyong meski berat untukmu " ujar sang eomma menatap sendu putri yang kini hancur di hadapannya.

Lisa menggeleng, ia tak bisa melepaskan Jiyong
"Hiks tidak eomma,aku tak bisa hiks"

"Lisayaa" lirih sang Eomma. Ia tahu putrinya begitu terpukul sekarang karena cobaan yang bertubi yang diberikan Tuhan pada putri semata wayangnya itu.

"Hiks Eomma,jika aku tak memaafkannya bukankah ia tak akan pergi? hiks aku tak akan memaafkannya eomma,aku tak akan memaafkan Jiyong Oppa agar dia tak akan pergi,agar ia tak meninggalkanku hiks "

"Sayang dengarkan eomma nak" ujar sang Eomma seraya memegang wajah putrinya

"eomma tau kau mencintainya tapi jika kau tak memaafkannya dia pasti tersiksa seperti sekarang ini. Sayang, eomma sebenarnya juga tak ingin Jiyong pergi namun eomma juga tak tega membiarkan ia terus bertahan namun sebenarnya ia telah memilih untuk pergi. Maafkanlah dia sayang, bukalah maafmu untuknya. Lihat dia Lisaya,dia sungguh tersiksa saat ini" ujar sang Eomma seraya menunjuk kearah kamar yang didalammnya ada Jiyong yang terbaring lemah. Lisa mengikuti arah pandang sang eomma,membuatnya menemukan seseorang yang sangat mencintainya. Ia perlahan masuk, memasuki ruangan itu dengan tenaga yang tersisa

Kini dihadapannya ada Jiyong,Jiyong yang sedang menutup matanya terlelap dengan berbagai selang yang terpasang ditubuh ringkihnya. Sang Eomma hanya melihat dari luar, memandang dari Jauh ketika punggung bergetar milik putrinya menjauh, menghampiri seseorang yang berbaring didalam sana. Isakan pun tak terhindari ketika melihat Lisa yang kini mendekati Jiyong. Sang Eomma menangis dalam pedihnya, menangis rapuh karena ia akan kehilangan

"Oppa" ujar Lisa dengan susah payah mengeluarkan kata itu dibalik tangisannya. Tangannya terulur untuk memegang tangan Jiyong dengan tangan yang satunya lagi mengusap pelan wajah Jiyong. Lisa menunduk,mendekatkan wajahnya kewajah Jiyong yang kini terlelap,entah tidur entah apa yang jelas Jiyong tak membalas panggilan Lisa

Air mata Lisa terjatuh mengenai dagu Jiyong

"Oppa hiks bangunlah, jika aku tak memaafkanmu maka kau tak akan pergi bukan? hiks.. Oppa Jika hanya maafku adalah jalanmu untuk pergi maka aku tak akan pernah memaafkanmu hiks.. Oppa bangunlah hiks.. memohonlah lagi dan aku akan memaafkanmu hiks.. Oppa kau menyakitiku, kau membuatku hancur hiks.. tak bisakah kau bangun lagi dan menebus semua kesalahanmu padaku hiks? Oppa hiks Ji Oppa bangunlah sayang hiks, Jiyongg-ah hiks "

Cupp

Lisa mengecup pedih bibir Jiyong diiringi isak tangisnya

"Pergilah hiks

pergilah jika bertahan hanya membuatmu sakit Oppa hiks, aku memaafkanmu hiks.. lepaskan semua bebanmu oppa, aku merelakanmu hiks.. pergilah jika itu membuatmu tak menderita hiks.. aku memaafkanmu kwon Jiyong, aku memaafkanmu hiks

Saranghae"

TITTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT

suara alat itu terdengar nyaring ditelinga Lisa,membuat Lisa sontak tersentak menemukan tanda bahwa sang pencipta telah membawa pergi suaminya. Lisa semakin meraung bahkan tubuhnya tak mampu menopang dirinya sendiri,membuatnya jatuh seketika. Sang Ibu yang mendengar keributan pun langsung masuk keruangan Jiyong. Jiyong pergi,meninggalkan mereka selamanya, terlihat sebulir air mata terjatuh di mata terpejam itu yang artinya Jiyong menangis dalam kepergiannya, entah menangis lega karena Lisa yang telah memeafkan perilakunya,entah menangis luka karena meninggalkan orang orang yang dicintainya di dunia ini.Entahlah, hanya Jiyong yang tau.

"hiks hiks!OPPAAA!!!!JI OPPAAA!!!! HIKSS HIKS"

TBC

hayoooo Jiyongnya mending get out atau bertahan saja supaya bareng neng Lisa dan anaknya?hihiii.. akan jarang update karena author sedang berada di kelas 3 SMK ya you know lah gue lagi mau ujian ujian,apalagi praltek yang bejibun..doain gueee dan terus tunggu lanjutan work ini yeee hehe,gomawo chingguuuuuuu❤️❤️❤️

Life- LalisaWhere stories live. Discover now