Bab 15 - Permintaan Maaf

Start from the beginning
                                    

"Pusing banget sih magang disini," ucapnya seraya menundukan wajahnya
"Enggak usah pusing, buktikan kalau kamu enggak bersalah,"
"Omdud?" katanya seraya menengadahkan wajahnya menatap Arka yang sudah kini di samping siku meja.
"Jangan lari dari masalah," ucapnya seraya tersenyum tipis
"Siapa juga yang lari, dari tadi aku duduk," Arka yang mendengar ia melempar senyum masamnya.

Pria itu pergi dari hadapan Alena. Ia pergi bukan karena kesal dengan bercandaan Alena barusan namun ia jengah dengan para karyawan yang menatapnya dengan intens.

"Omdud mau kemana?" tanyanya yang kini sudah menyamakan langka kaki Arka.

Arka tidak menggubris ucapan Alena ia masih berjalan tanpa menoleh, Alena menggerutu sebal terhadap pria tua yang ada di sampingnya sekarang. Sampailah mereka berdua di taman kantor, tepatnya kini tengah duduk di kursi taman bercat putih.

"Ngapain sih Omdud kita kesini?"
"Ngopi,"
"Cielah ngelawak bang?"
"Bukan, tapi nyinden," sontak keduanya tertawa bersama.
"Nah gitu dong Omdud sekali-kali ketawa jangan horor terus,"
"Emang saya horor banget ya?"
"Iya saking horor melebihi falak,"
"Iya falak nya tuh kamu,"
"Hih! enak aja," ucapnya seraya memukul lengan Arka
"Saya bawa kamu kesini kamu enggak lihat apa di dalam para karyawan lain menatap saya bagaimana?" ujar Arka.
"Enggak soalnya tadi aku enggak perhatiin mereka,"
"Iya kamu terlalu fokus memperhatikan saya," celetuk Arka.
"Apaan sih Omdud baperan banget jadinya, enggak gitu juga,"
"Terus?"
"Aku tuh lagi pusing gimana caranya buktiin kalau aku enggak tau apa-apa soal masalah ini, disini tuh aku yang jadi korbannya bukan penjahatnya," ucapnya seraya menundukkan wajah.

Arka menangkup wajah Alena kini mereka saling menatap, Arka kini melihat dengan jelas wajah ayu wanita yang ada di hadapannya.

Deg! Entah kenapa detak jantung keduanya berdetak tak beraturan, Arka sekuat mungkin menarik nafasnya perlahan karena ia tak ingin wanita yang ada di hadapannya itu mengetahui bahwa ia benar-benar sangat merasa nervous dengan situasi sekarang.

"Saya percaya sama kamu, saya tahu bukan kamu pelakunya kamu enggak usah takut, saya akan selalu ada untuk kamu," Arka memalingkan wajahnya menghindari tatapan mata Alena.

"Aku..,"
"Sejak kapan Omdud mengubah saya jadi aku? "
"Iya sejak sekarang emang enggak boleh ya? Ah sudah lupakan saja, saya harus ke ruangan saya kembali, banyak kerjaan yang harus di selesaikan." ucapnya seraya berdiri meninggalkan Alena yang masih diam dengan ucapan Arka barusan.

Arka sendiri merasa bingung dengan perasaanya, ia secepat mungkin pergi, ia tidak bisa berlama-lama dengan Alena itu membuat dirinya semakin merasa nervous.

***

Secepat mungkin Alena menyelesaikan pekerjaannya, dan lagi pula pekerjaannya hari ini tidak terlalu banyak mungkin karena efek rumor yang ada.

"Al kamu mau pulang sekarang?" tanya Ningsih teman dekat Alena di kantor.

"Iya lagian kerjaan aku udah selesai, mungkin efek dari masalah itu mungkin," jawabnya.

"Sabar ya Al aku yakin kok kebenaran itu pasti akan terungkap pada waktunya,"

"Thanks ya Ningsih cuman kamu temen aku disini yang percaya sama aku sekarang,"

"Santai aja kali Al,"
"Aku pulang duluan ya,"
"Iya.. take care ya Al." ucapnya seraya tersenyum dan hanya di balas anggukan oleh temannya.

Matahari mulai kembali ke ufuknya yah sama hal dengan Alena yang akan kembali ke rumah neneknya untuk beristirahat namun saat ia baru saja menghentikan taksi matanya tidak sengaja melihat seseorang yang menghampirinya dia adalah Bara.

"Alena,"
"Lo ngapain disini?"
"Gue mau minta maaf sama lo Al, gue benar-benar enggak sadar Al sama ucapan gue malam itu," ucapnya seraya meraih lengan Alena namun sang pemilik menepisnya.

"Gue udah maafin lo mendingan lo minggir deh gue mau pulang," kata Alena meminta Bara untuk pergi.

"Beneran Al, lo udah maafin gue?" tanyanya memastikan kembali.
"Iya udah gue maafin," ucapannya terhenti karena Bara tiba-tiba memeluknya.

"Thanks Al, gue benar-benar minta maaf, gue janji enggak bakalan kayak gitu lagi," ucapnya tepat di telinga Alena.

"Iya gue udah maafin kok tapi bisa kan lo lepasin pelukan lo sekarang, gue bisa sesak nafas," ujarnya, Bara melepaskan pelukannya dengan senyum devilnya.

"Awas minggir gue mau pulang,"
"Gue ikut ya, sekalian nganterin lo pulang,"
"Terserah lo deh."

Mereka berdua memasuki taksi bersama, entahlah dipikirkan Alena sekarang ia tidak memikirkan hal buruk apapun tentang Bara yang sekarang satu mobil dengannya.

"Itu wanita yang lo sukai pergi sama cowok lain, yakin sama perasaan lo, Arka gue kasih tahu ya sama lo mendingan lo harus hati-hati sama tuh cewek dia baik mungkin karena lo udah bantuin dia magang di perusahaan kita." ujar Rendy seraya menepuk bahu Arka yang sedari tadi diam tak bergeming melihat Alena berpelukan dengan Bara.

Sedari tadi Arka telah melihat dengan jelas adegan drakor, berpelukan walaupun dengan jarak yang cukup jauh tapi ia bisa melihat dengan jelas bahwa yang sedang berpelukan itu adalah Alena dengan si Bara.

Saat Alena keluar dari kantor Arka, ia menghampiri Ningsih yang memberitahu bahwa Alena sudah pulang. Niat hati ingin mengantar pulang namun mendapat tontonan gratis di hadapannya.

Apakah semua wanita semudah itu memberi kepercayaan, baru saja membenci langsung memberi kepercayaan lagi.

***

TBC.

My Boyfriend Is Duda (END)Where stories live. Discover now