Chapter - 15

30 5 3
                                    

Beberapa jam sebelum Arthur menantang Odessys.

Boni berenang keluar melalui sebuah celah kecil kapal dan meninggalkan Arthur sendirian di dalam. Hatinya tidak ingin meninggalkan Arthur. Tapi Vulko benar. Ia tidak boleh ikut tertangkap.

Masih ada sesuatu yang harus ia lakukan selagi ia berada di Atlantis. Pasti ayahnya juga berada di sini. Mengetahui ayahnya berada di pihak Odessys dan malah menjodohkannya dengan Odessys, membuat Boni marah besar.

Atas dasar apa ayahnya berbuat seperti itu?

Bukankah Odessys dan ayah pria itu yang telah memisahkan keluarga Boni? Membuatnya mengira ia telah kehilangan ayahnya bertahun-tahun lalu. Membuatnya harus hidup sebatang kara. Memikirkan hari-hari dimana ia bisa menyelamatkan dan membebaskan ibunya.

Dan kini, di saat ia harusnya merasa senang karena ayahnya hidup dan sehat, ia malah merasa marah dan kecewa.

Boni berenang dengan cepat dan menyelinap dengan gesit di setiap tempat yang bisa membantunya untuk memasuki kerajaan. Ia berharap bisa menemui ayahnya di sana.

Saat ia menemukan sebuah pintu besar yang tertutup, Boni segera merapatkan tubuhnya pada dinding. Menolehkan kepala beberapa kali untuk memastikan bahwa tidak ada prajurit yang berjaga.

Ia berenang menuju pintu tersebut dan mendorongnya dengan pelan. Ia perlu mendorong pintu tersebut dengan kuat. Dan saat ia berhasil masuk ke dalam, ia menemukan sebuah lorong yang hanya diterangi cahaya remang-remang.

Saat Boni hendak berenang menyusuri lorong tersebut, suara yang sangat ia kenali memanggilnya.

"Boni." Ucap Grideus dengan nada penuh kerinduan.

Boni memutar badan dan berenang menuju ayahnya tanpa keraguan. Kedua tangan pria itu terbuka lebar menyambut Boni. Merengkuh Boni ke dalam pelukannya.

Pelukan ayahnya masih tetap sama seperti yang terakhir diingatnya.

"Ayah. Aku merindukanmu." Ucap Boni dengan lirih. Kedua lengannya melingkar dengan erat di sekililing tubuh Grideus.

"Kenapa kau di sini?" Untuk bisa melihat wajah putrinya, Grideus terpaksa harus melepaskan pelukan diantara mereka berdua. Kedua tangannya menyentuh kedua bahu Boni.

Mata Boni mengerjap beberapa kali. Dan memandang Grideus dengan sorot tidak percaya.

"Aku tidak percaya aku bisa bertemu denganmu lagi ayah."

"Jawab aku nak, kenapa kau bisa di sini?"

"Aku ingin menemuimu."

"Sialan." Grideus mengumpat. "Jangan bilang kalau Arthur yang membawamu ke sini."

"Kami ke sini karena ingin menghentikan kegilaan Odessys."

Grideus melepaskan kedua tangannya dari bahu Boni. Ia memandang tidak percaya pada putrinya.

"Kau hanya perlu menjalani pernikahan dengan Odessys. Kau tidak perlu menghentikannya."

Kedua mata Boni memandang tidak percaya pada ayahnya. Rasa marahnya yang sempat hilang saat Grideus memanggil namanya tiba-tiba kembali.

"Aku tidak percaya ayah menyuruhku untuk menikah dengannya!"

"Kau harus! Dengan begitu kau akan aman."

"Aku?!" Boni mendengus. Ia tidak mau ayahnya menggunakan dirinya sebagai alasan. Kemudian Boni lanjut berkata, "Itu sangat tidak masuk di akal!Aku bahkan baik-baik saja saat ini bahkan tanpa ayah aku baik-baik saja selama ini."

Sebuah tonjokkan keras menghantam hati Grideus. Ia mendengar nada pilu dalam suara putrinya.

"Maafkan, ayah."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 25, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

THE ATLANTIANS - The Return of Arthur LightWhere stories live. Discover now