Chapter - 5

26 4 0
                                    

Boni mengejar Arthur. Pria itu terus berjalan tanpa memerdulikannya. Boni mengikuti langkah kaki pria itu yang lebar dan cepat.

Pria itu berjalan menuju sebuah bar kayu yang sederhana. Ia membuka pintu dan masuk.

Boni menahan pintu tersebut sebelum tertutup, "Arthur." Panggil Boni.

Saat ia melangkah masuk ke dalam, beberapa orang berjalan melewatinya, membuatnya kehilangan Arthur untuk sesaat sebelum menemukan pria itu sedang duduk di depan meja bar. Ada banyak sekali botol-botol minuman di pajang di atas lemari seberang meja bar.

Arthur memesan segelas besar minuman beer. Boni menghampiri pria itu dan duduk di kursi di sampingnya.

"Aku ingin minuman yang sama dengannya," ucapnya pada bartender sebelum ditanyai.

Arthur hanya mendelik sesaat untuk melihatnya lalu kembali mengacuhkannya.

"Dengarkan aku, Arthur. Odessys tidak akan pernah berhenti mengejarmu dan jika ia menjadi Master of Seven Seas maka dunia akan hancur."

"Lucu sekali mendengar orang yang baru saja ingin membunuhmku semalam kini menyuruhku untuk melawan Odessys."

"Aku tidak menyuruhmu untuk melawan Odessys sekarang—belum." Beer yang dipesan Boni dan Arthur disajikan di atas meja. Ia meraih gelas tersebut dan meneguknya dengan cepat.

Arthur terkejut melihat Boni yang kuat minum dan ia sendiri belum sempat meminum beer yang dipesannya. Arthur tertawa.

Boni melihatnya dan bingung, ia menurunkan gelasnya yang telah kosong ke atas meja, dan bertanya, "Kenapa?" Sebelah tangannya mengusap bekas minuman dari atas bibirnya.

"Kau kehausan, ya?"

Tidak mengacuhkan pertanyaan Arthur yang tampak bodoh, Boni melanjutkan perkataannya untuk membuat Arthur berubah pikiran layaknya ia.

Sejak Odessys memutuskan pasukan Atlantians untuk membunuh Arthur dan membunuhnya, ia tersadar bahwa Arthur-lah satu-satunya yang bisa membantunya.

Ia merasa tidak adil atas perlakuan Odessys pada Arthur selama ini, bagaimanapun juga Arthur adalah anak pertama Ratu Atlanna. Pewaris pertama Kerjaan Atlantis. Lalu Odessys yang mengancam akan membunuh ibunya, sekarang ibunya akan semakin terancam.

Boni berpikir akan mudah untuk membunuh Arthur dan setelah Odessys membersihkan nama baik ayahnya dan ibunya bebas dan aman. Ia akan bisa membangun kembali hidup mereka yang telah hancur sejak kematian ayahnya.

Pria itu toh tidak layak untuk mejadi Raja Atlantis.

Tapi semuanya berbeda sekarang. Jika Arthur kembali ke Atlantis dan menjadi Raja Atlantis, ia bisa meminta Arthur untuk membebaskan ibunya lalu pergi jauh bersama ibunya.

Atlantis dan bangsa lain tidak akan hancur. Arthur mendapat kembali takhta dan haknya.

Seseorang menepuk bahu Arthur. Ia menoleh ke belakang dan mendapati beberapa orang laki-laki berbadan besar berdiri tepat di belakangnya.

Arthur tidak bergeming, ia kembali menolehkan kepalanya dan meminum minuman beernya sampai habis kali ini.

"Kau si aquaman itu, kan?" Tanya salah satu laki-laki berbadan besar dan berambut panjang sebahu berwarna pirang.

Arthur meletakkan gelasnya dan berputar menghadapnya. Ia menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya, "Ada apa?"

Pria itu memasukkan tangannya ke dalam saku tersembunyi dalam rompi pakaian berbahan denimnya.

Arthur sedikit was-was, begitu juga Boni. Saat pria itu mengeluarkan sesuatu berwarna mencolok, kedua alis Arthur mengernyit saat mengamati dengan baik benda yang dikeluarkan oleh pria itu.

Sebuah ponsel.

"Kami ingin berfoto denganmu, boleh, kan?" Pria itu memandang Boni dan seolah meminta dukungan dari Boni. Pria itu bersiul, bermaksud untuk menggoda Boni saat mengetahui Boni adalah wanita yang cantik. "Kalau gadis ini mengijinkan." Pria itu mengulurkan jari telunjuknya untuk menyentuh dagu Boni.

Dengan respon cepat, Boni mundur, menjauhkan dirinya dari uluran pria itu. Tapi suara jeritan membuat Boni kaget. Arthur telah bergerak lebih cepat untuk menghalangi niat pria itu.

Tangan pria itu telah ditarik ke belakang. Dan pria itu menjerit kesakitan. Memohon Arthur untuk melepaskannya. Terlihat jelas Arthur tidak ingin dengan mudah melepaskan tangan pria itu.

Beberapa kawanan pria itu melangkah maju untuk membela temannya. Baru beberapa langkah ke depan, mereka melangkah mundur saat menerima pandangan tajam dari Arthur.

"Arthur." Arthur tidak mendengar panggilan Boni. "Arthur." Panggil Boni sekali lagi. Kali ini Arthur mendengarnya.

Ia melepaskan tangan pria itu dengan kasar.

"Aduh! Santai saja bung." Keluh pria berambut pirang itu. "Ku kira wanita itu bukan milikmu. Wanita secantik itu tidak mungkin kekasihmu."

Tawa keras terdengar di dalam bar itu. Boni tersenyum. Ia menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya. Arthur memutar kedua matanya.

Wanita akan selalu menjadi wanita. Batin Arthur.

"Hati-hati, bung. Jika kau salah memuji bisa saja tiba-tiba jantungmu sudah ditikam oleh pisau tajam miliknya."
Arthur mengarahkan pandangannya ke sebuah pisau kecil di dalam boots yang dikenakan Boni.

Semua mata mengikuti arah pandangan Arthur dan melihatnya. Beberapa dari melangkah mundur.

Boni memiringkan kepalanya ke satu sisi dan mengangkat kedua bahunya, "Untuk berjaga-jaga dari para pria besar, guys."

Boni bergerak perlahan mendekati Arthur dan meraih bagian leher pakaiannya. Saat ia hendak berbicara, tiba-tiba alarm tanda bahaya dari gelang yang Boni kenakan berbunyi.

Itu adalah tanda peringatan dari Vulko.

Boni melepaskan cengkeramannya dan berkata, "Sepertinya kita harus berpisah sekarang."

Arthur meraih tangan Boni sebelum wanita itu sempat menyelip pergi. Boni menarik tangannya, mencoba melepaskan cengkeram Arthur. "Kemana kau?"

"Odessys datang." Boni menelan ludahnya. Ia mendadak terpikirkan sesuatu yang akan bisa dimanfaatkannya agar Arthur bersedia membantunya. "Aku akan menghadapinya."

"Dalam keadaan seperti ini?"

Wow. Respon yang diberikan Arthur benar-benar seperti yang diharapkan oleh Boni. Dalam hati ia tersenyum senang. Dengan keras ia mencoba untuk menahan senyumnya terukir di wajahnya.

"Aku tidak mungkin bisa terus menerus mencoba kabur darinya. Kau juga sudah tahu, nyawa ibuku berada di tangannya!"

Cengkeram tangan Arthur semakin kuat, hampir meremukkan tangan Boni. Ia mengernyit dan mendesis. Sadar apa yang secara tidak sadar dilakukannya tadi, Arthur melepaskan cengkeramannya.

Tidak wajar baginya untuk merasakan kekhawatiran pada orang lain. Apalagi kekhawatiran yang berlebih yang ia rasakan saat mendengar wanita berambut merah di depannya ini akan menghadapi Odessys sendirian dengan luka yang belum sembuh.

"Kau tidak akan menghadapinya sendirian."

THE ATLANTIANS - The Return of Arthur LightWhere stories live. Discover now