Chapter - 3

43 6 0
                                    


"Siapa sebenarnya kau, hah?" Tanya Arthur pada wanita yang sedang berbaring di atasnya. Rambut merahnya yang panjang basah dan menutupi setengah wajahnya. Wanita itu hendak bangun dan berdiri, namun Arthur menahannya. Ia menarik lengan wanita itu dan mengakibatkan wanita itu sekali lagi terjatuh ke atas badannya.

Wanita itu menggunakan sebelah tangannya untuk menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya lalu memberikan Arthur pandangan tajam.

"Boni Prince," jawab Boni singkat, kemudian ia menumpukan kedua tangannya di atas dada Arthur agar ia bisa bangun.

Keduanya sekarang duduk di atas tanah yang basah.

"Kau yakin tidak sedang membodohiku dengan nama yang aneh itu?" Sebelah alis pria itu naik dan melengkung.

"Percaya atau tidak, itu terserah kau." Boni bangkit berdiri dan mengambil pisau kecilnya dari atas tanah lalu melihat ke sekeliling.

Semua prajurit Atlantians sudah terbaring tak bernyawa di atas tanah.

"Hey! Kau tak berencana untuk membunuhku setelah aku menyelamatkanmu, kan?" Tanya Arthur dengan sengaja.

Pisau kecil yang digenggam Boni dari tadi, ia arahkan pada Arthur. Pria itu langsung melangkah mundur beberapa langkah, dan kedua tangannya terulur ke depan untuk menahan Boni. "Wow. Wow. Wow."

Perut Boni yang terluka akibat tembakan salah seorang prajurit Alantis kembali menyemburkan darah. Boni meringis. Ia menyentuh perutnya yang terluka dengan salah satu tangannya.

"Kau terluka." Arthur melangkah maju beberapa langkah menuju Boni untuk melihat lebih dekat luka yang dialaminya. Boni ingin menghindar namun rasa sakit yang ia rasakan semakin menjadi, jadi ia hanya diam dan membiarkan tangan Arthur memegang lukanya.

"Lukamu cukup dalam. Sayangnya walaupun aku adalah Pangeran Atlantis, aku tidak bisa mengobati luka. Dokter bisa. Akan kubawa kau ke dokter besok pagi-pagi sekali." Arthur mendongak, mendapati Boni sedang menatap wajahnya.

"Tidak."

Arthur menggeleng. Keras kepala sekali. Batinnya.

Tanpa menunggu kata-kata penolakan lain yang mungkin akan diucapkan wanita itu, Arthur merangkulnya ke atas bahunya yang lebar. Wanita itu meringis saat perutnya tidak sengaja mebentur bahu Arthur lalu memberontak.

Ia menendang perut dan memukul bahu Arthur dengan lemah.

"Turunkan aku dasar kau manusia ikan."

Langkah kaki Arthur berhenti ketika mendengar Boni memanggilnya manusia ikan. Ia menggelengkan kepalanya beberapa kali sebelum berkata, "Aku bukan manusia ikan."

"Lantas apa? Manusia besar dan bodoh?"

"Bukan." Ia menepuk bokong Boni dengan keras lalu melanjutkan berjalan dan Arthur berkata, "I am aquaman."

Arthur berhasil membawa masuk Boni ke rumahnya yang berada di pinggir pantai tidak jauh dari lokasi penembakan tadi. Ayahnya langsung melangkah menuruni tangga saat mendengar pintu rumah terbuka. Lega saat mengetahui Arthur yang masuk ke dalam rumah. ia melihat heran pada wanita yang dirangkul oleh Arthur. Ia memberikan sorot bertanya lewat matanya.

"Wanita ini terluka. Ia tertembak oleh salah satu prajurit Atlantis."

"Prajurit Atlantis memburumu lagi?" Nada suara Tom melengking naik. Setelah mendapatkan kembali ketenangannya, ia melanjutkan berkata, "Cepat letakkan ia di atas sofa. Akan aku ambilkan obat-obatan."

Arthur membaringkan Boni di atas sofa panjang di ruang tamu. Wanita itu kini tidak sadar. Tidak berapa lama kemudian Tom kembali dengan sebuah kotak P3K. Diletakkannya di atas meja dekat sofa dan dibukanya. Saat ia hendak membersihkan luka Boni sebelum membalutnya dengan perban, ia memberi isyarat pada Arthur, "Tunggu apa lagi? Kau harus buka baju di bagian perutnya."

Berdeham, Arthur berdeham beberapa kali sebelum ia menunjuk dirinya sendiri menggunakan jari telunjuk dan bertanya, "Aku?"

"Iya siapa lagi?" Perkataannya tidak di respon oleh Arthur. "Ayo, cepatlah nak. Kau jangan naif dan malu seolah kau belum pernah..."

Tanpa menunggu kata-kata lanjutan dari ayahnya, Arthur langsung membuka pakaian di sekitar perut Boni dan melihat luka yang cukup parah. Ia membiarkan Tom membersihkan luka tersebut dan melihat Boni sempat meringis kesakitan. Saat wanita itu meringis kesakitan, perasaan Arthur terasa seolah teriris.

"Kau tahu, dulu saat pertama kali aku bertemu ibumu, kami mengalami hal seperti ini." Tom menghentikan omongannya. Pandangannya menatap ke arah luar jendela. Ke langit gelap di luar sana dan melanjutkan, "Aku menemukan ibumu terdampar dan terbaring di tepi pantai. Aku kira apa..."

Tom tertawa saat teringat kembali perasaan kagetnya saat itu.

"Ombak laut sangat besar saat itu, aku memicingkan mataku dan langsung berlari dengan cepat menghampirinya karena takut ia akan terbawa ombak dan hanyut. Saat aku sudah mendekatinya dan melihatnya, aku bersumpah, aku tidak pernah melihat makhluk paling cantik selain dia." Tom tertawa ringan. kedua matanya bertemu dengan Arthur, "Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengangkatnya dari dalam air dan membawanya ke rumah."

Arthur seolah bisa merasakan perasaan senang yang Tom rasakan saat mengenang ibunya. Betapa Tom sangat merindukan Atlanna. Dan betapa Arthur sangat merindukan wanita itu juga.

Tom menyentuh bahu Arthur dan berkata, "Sekarang giliranmu untuk membalut luka itu dengan perban bersih." Tom menunjukkan kain dan tangannya yang penuh darah pada Arthur dan melanjutkan berkata, "Aku akan membersihkan tanganku."

Saat Tom beranjak dan berjalan melalui Arthur, ia berkata, "Thanks, Dad." Dan Tom pun berlalu.

Arthur membalut luka Boni dengan perban bersih. Ia membalutnya beberapa kali dan cukup tebal lalu menutupi tubuh wanita itu dengan selimut tebal yang diberikan oleh Tom sebelumnya. Ia beranjak dari sofa dan duduk di sebuah kursi lengan di seberang sofa.

Dari posisinya, ia mengamati Boni.

Mengapa wanita ini ingin membunuhnya?

Dan jika ia di kirim dari Atlantis, mengapa prajurit atlantians justru menembakinya?

Arthur tidak bisa berhenti bertanya-tanya hingga akhirnya ia memutuskan akan menanyai wanita itu esok pagi. Ia menaikkan dan menyilangkan kedua kakinya di atas meja dan memutuskan untuk tidur.

THE ATLANTIANS - The Return of Arthur LightOnde histórias criam vida. Descubra agora