Chapter - 4

23 4 0
                                    

Boni terbangun dengan perut yang terasa amat sakit. Ia menyentuh perutnya dan merasakan perban erat mengikat sekeliling perutnya. Ia mencoba bangun dan duduk di atas sofa. Ia mengedarkan pandangannya, mencari-cari sosok Arthur. Pria itu telah menyelamatkannya semalam.

Menyelamatkannya.

Well, tampaknya mereka sekarang bertukar posisi.

Boni melihat Arthur sedang berdiri di atas jembatan yang menghadap ke arah laut dan membelakangi Boni. Kedua bahu pria itu sangat lebar. Baju kaos yang dikenakan Arthur memperlihatkan dengan jelas otot-otot kuat dan besar di lengannya.

Boni menurunkan kedua kakinya dari atas sofa. Ia mengambil jeda beberapa saat, mempersiapkan dirinya melawan rasa sakit di perutnya saat bangkit berdiri.

Ia berjalan menghampiri Arthur, membuka pintu dan merasakan angin semilir yang menyejukkan. Rambutnya tertiup angin dan menutupi wajahnya.

"Hey, I've been looking for you." Boni berhenti melangkah saat ia tinggal beberapa langkah di belakang Arthur.

Boni merasa canggung karena pria itu tidak mengacuhkannya seolah ia tidak mendengar apa-apa. Boni melekatkan kedua sisi jaketnya di sekitar tubuhnya.

"Hey, manusia ikan!" Teriak Boni.

Pria itu langsung berbalik. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. "Tampaknya kau sudah lebih baik. Bukankah seharusnya aku mendengar 'Terima kasih'?" Ia menaikkan sebelah alisnya.

Boni mengalihkan pandangannya ke arah lain. Membuat rambut merahnya tertiup angin dan menutupi sebagian wajahnya. Ia tidak suka berhutang sesuatu pada orang lain. Apalagi ia berhutang nyawa pada Arthur.

"Terima kasih." Ucapnya dengan enggan.

Arthur berjalan beberapa langkah ke depan untuk mendekati Boni. Jarak mereka kini sangat dekat. Pria itu berdiri menjulang di atas Boni.

Samar-samar Boni bisa mencium aroma tubuh pria itu yang terasa seperti laut. Membuat Boni merasa rindu akan rumah. Teringat akan masa-masa bahagianya ketika mereka satu keluarga masih bahagia.

"Sekarang kau harus memberitahuku alasan kau ingin membunuhku semalam." Tuntut Arthur, Boni tersadar dari lamunannya.

Boni mendongak. Tidak ada lagi alasan baginya untuk berbohong pada Arthur. "Aku diutus Odessys untuk membunuhmu. Dia tidak ingin kau kembali ke Atlantis."

"Hah," desisnya dengan nada meremehkan. "Seakan aku ingin ke sana?"

"Ingin atau tidak, selama kau masih hidup, Odessys tidak akan pernah tenang."

Arthur memberikan Boni tatapan tajam, "Beritahu padanya untuk tidak perlu khawatir." Ia berjalan melewati Boni dan menabrak bahu Boni.

Boni memutar badan dan berkata, "Aku tidak bisa kembali dan memberitahunya!" Bentak Boni.

Pria itu menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Boni, "Maka itu urusanmu."

Terkejut karena pria yang menyelamatkannya memberikan jawaban yang menyebalkan seperti itu, "Odessys akan membunuhku!"

"Karena kau gagal membunuhku?"

Tebakan Arthur benar karena wanita itu langsung menunduk.

"Odessys juga mengancam akan membunuh ibuku kalau aku gagal..."

Tidak ada respon apapun yang diberikan Arthur. Pria itu tampak tidak peduli. Boni menyesali tindakannya barusan yang mengatakan hal tersebut. Seolah ia membutuhkan belas kasihan dan bantuan dari Arthur.

"Dan...?" Tanya Arthur tidak sabar. "Astaga. Jika kau ingin berkata, kuharap kau tidak setengah-setengah. Aku sedang menunggumu melanjutkan bicara."

"Aku kira kau tidak peduli."

"Dan aku mengira kau masih ingin melanjutkan perkataanmu, makanya aku diam mendengarkan."

Oh. Baiklah. Jika mereka tidak bertemu dalam keadaan seperti ini, Boni akan menganggap Arthur pria yang menggemaskan.

"Odessys akan membunuh ibuku dan aku tidak akan bisa membersihkan nama baik ayahku."

"Dan bagaimana kau akan membersihkan nama baik ayahmu?"

"Aku membuat perjanjian dengan Odessys bahwa ia akan membersihkan nama baik ayahku di depan pemimpin Tujuh Lautan lainnya." Kemudian Boni melanjutkan, "Itupun kalau ia berhasil menjadi Master of Seven Seas."

"Oh, well, aku berharap ia akan berhasil meraih keinginannya."

"Odessys tidak akan pernah bisa!"

"Atas alasan apa kau bilang ia tidak akan pernah bisa?"

Boni hendak membuka mulut dan hampir memberitahu Arthur, sebelah alis pria itu terangkat naik menuntut jawaban.

"Odessys hanya mementingkan dirinya. Ia akan menghancurkan semua bangsa, termasuk bangsa laut dan bangsa manusia." Boni melihat Arthur menahan amarahnya saat mendengar Odessys akan menghancurkan bangsa manusia. Bagaimanapun Arthur keturunan manusia dan Atlantians.

"Mengapa kau tiba-tiba tampak tidak berpihak pada Odessys lagi?"

Boni memutar kedua bola matanya. Seriously? "Kau tidak ingat apa yang ia perbuat padaku tadi malam? Ia mengutus pasukan Atlantians untuk membunuhmu, sekaligus membunuhku."

"Selamat untukmu," Arthur berjalan pergi meninggalkan Boni sendirian di atas jembatan.

THE ATLANTIANS - The Return of Arthur LightWhere stories live. Discover now