Chapter - 11

32 7 3
                                    

"Jadi kau sudah berhasil melacak keberadaan mereka atau belum?" Tanya Odessys dengan nada kesal. Sudah cukup lama waktu yang ia habiskan hanya dengan menunggu salah satu pasukannya untuk berhasil melacak keberadaan Arthur dan Boni.

Ia melihat ke arah Vulko. Pria itu sedari tadi hanya memandang keluar dari dalam kaca jendela transparan ruangan. Ada banyak sekali binatang laut yang berenang berlalu lalang melewatinya. Tanaman-tanaman yang hanya dapat ditemui di dalam permukaan laut yang dalam tumbuh dengan indah.

Ada banyak pasukan yang mengendarai ikan hiu untuk berpatroli memastikan tidak adanya penyusup yang bisa masuk ke dalam Atlantis.

"Ketemu!" Ujar Robbin. "Aku behasil memperoleh sinyal dari gelang yang dikenakan Princess Boni."

Odessys tersenyum puas dan berkata, "Bagus." Ia menggosok-gosokkan kedua tangannya sambil berjalan mendekati Robbin untuk melihat tanda keberadaan Arthur dan Boni.

"Tapi..." Ucap Robbin. Odessys bisa merasakan ada kabar buruk dari nada bicara Robbin. "Aku belum bisa menemukan lokasi pasti keberadaan mereka."

"Sialan!" Maki Odessys, ia membanting kedua tangannya ke atas permukaan meja.

Badan Vulko menegang. Odessys berhasil menemukan mereka. Ceroboh sekali ia tidak menyuruh Boni untuk melepaskan gelang tersebut sebelum menyuruhnya pergi membawa Arthur. Tapi jika wanita itu melepaskan gelang tersebut, ia juga akan kesulitan untuk menemukan dan memastikan mereka aman.

Tanpa menunggu lebih lama, Vulko memutuskan untuk pergi. "Aku akan berpatroli sebentar."

Ucapan Vulko yang mendadak membuat kecurigaan Odessys pada Vulko semakin menguat tapi ia hanya menganggukkan kepala membiarkan pria tua itu pergi.

Tidak lama setelah kepergian Vulko, Odessys memerintahkan pasukannya yang berada di ruangan yang sama dengannya, "Pergi, ikutilah Vulko tanpa diketahui olehnya. Beri tahu aku jika ia pergi menemui Arthur."

Dua pasukan Atlantians tersebut mengangguk dan pergi.

Sebelah tangan Boni dijulurkan keluar dari jendela mini truck yang dikendarai oleh Arthur. Kedua jendela mobil dibiarkan terbuka karena mobil itu tidak memiliki pendingin di dalamnya. Hanya inilah mobil yang dapat mereka peroleh dengan uang seadanya yang dimiliki oleh Boni.

Sedangkan Arthur, pria itu benar-benar payah karena saat Boni memintai uang darinya, ia berkata tidak memiliki uang sepeser pun dan berkata ia tidak memerlukan uang selama ini.

Boni hanya mendengus dan memutar kedua bola matanya. Kesal. Tapi tidak ada manfaatnya untuk memarahi pria itu. Karena bagaimanapun juga, merekalah yang mendadak harus bersembunyi di sini. Untung saja ia masih memiliki uang secukupnya di tempat persembunyiannya.

Angin malam bertiup dengan cukup kuat. Boni melekatkan pakaiannya. Sadar bahwa wanita di sampingnya merasa kedinginan, Arthur ingin memberikan jaket pada Boni tapi sayang sekali karena ia tidak memiliki jaket dan hanya mengenakan sebuah kaos lengan panjang yang longgar, pemberian dari Boni.

Arthur berdeham, mencoba menarik perhatian Boni. "Aku ingin bertanya padamu."

Arthur mendapatkan perhatian Boni. Wanita itu menoleh padanya dan bertanya, "Tanyakan saja." Wanita itu kembali menatap keluar jendela.

"Mengapa kau tidak tahu ayahmu masih hidup?"

Hening beberapa saat. Kemudian Boni membuka mulut untuk berkata, "Kurasa lebih baik kita berhenti di sana." Ia menunjuk ke tepi jalan.

Arthur melihat melalui kaca spion untuk memastikan tidak ada kendaraan lain di belakang lalu menepikan mobil di tepi jalan di tempat yang ditunjuk oleh Boni.

THE ATLANTIANS - The Return of Arthur LightWhere stories live. Discover now