Prologue

93 5 0
                                    

Malam itu sangat gelap. Angin yang bertiup sangat kencang dari arah laut membuat rambut sebahu Arthur menutupi wajahnya karena ia berdiri membelakangi arah datangnya angin laut.

Namun, walaupun wajahnya kerap kali tertutup oleh rambutnya, Arthur tahu ada seseorang yang sedang mengikutinya, mengendap diam-diam di belakangnya dari sejak beberapa hari lalu.

Arthur bergerak seperti biasa. Ia mengangkat beberapa potongan kayu pohon dari atas tanah untuk dipindahkan dan ditumpukkan di atas potongan kayu lain agar ia bisa menutupi kayu-kayu tersebut dengan terpal.

Tidak menimbulkan sedikit gerakan yang mencurigakan penguntitnya, sehingga sang penguntit tidak akan tahu kalau Arthur telah menyadari keberadaan penguntit itu.

Seorang pria berbadan ramping dan cukup tinggi, namun tidak setinggi Arthur, menurutnya. Dengan sebuah tudung yang terlalu besar dikenakan pria itu untuk menutupi wajahnya, cukup untuk membuat orang tidak bisa melihat wajahnya namun justru cukup menarik perhatian.

Rintik air hujan mulai berjatuhan dari langit. Tidak lama lagi hujan akan menjadi deras. Saat hujan mulai deras adalah saat yang tepat bagi Boni Prince untuk melangkah maju. Suara air hujan yang jatuh ke atas tanah akan menutupi derap langkahnya menuju Arthur.

Boni melangkah keluar dari belakang pohon besar tempat ia bersembunyi, mengamati gerak-gerik Arthur dari tadi.

Berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya. Boni bergerak dengan hati-hati namun tidak lamban. Ia harus bergerak cepat namun tidak boleh gegabah.

Pria itu sama sekali tidak tahu kedatangannya. Pria itu sama sekali tidak tahu bahwa sebentar lagi ia akan mati. Boni akan membunuhnya. Arthur harus mati. Harus.

Pria itu jenius, juga bodoh. Pikir Arthur.
Ketika hujan mulai deras, pria bertudung itu melangkah keluar dari tempat persembunyian di balik pohon tua dan besar. Arthur bisa melihat gerak-geriknya lewat sudut matanya ketika ia memindahkan satu per satu potongan kayu.

Sebuah senyum terukir di wajahnya. Sudah lama ia tidak mengalami hal yang mengalirkan adrenaline ke dalam tubuhnya belakangan ini.

Hal terakhir yang memacu adrenalinenya adalah ketika ia menyelamatkan para pelaut dari kapal selam yang telah dibajak oleh bajak laut modern beberapa bulan lalu.

Sayangnya, beberapa pelaut tidak tertolong saat Arthur dalam perjalanan menyelamatkan mereka dan ada beberapa bajak laut yang ia hajar dan biarkan laut yang menjadi takdir mereka untuk hidup atau mati.

Arthur mendengar derap langkah kaki yang semakin mendekat. Hujan yang turun deras memang menutupi derap langkah kaki pria itu, namun hal itu sama sekali tidak berpengaruh baginya. Ia bisa mendengar suara paling kecil. Ia bisa melihat dalam gelap. Ia bisa bernafas dan berbicara dalam air.

Mengapa?

Karena Arthur adalah anak laki-laki dari Atlanna. Atlanna, Queen of Atlantis, the fallen kingdom.

THE ATLANTIANS - The Return of Arthur LightWhere stories live. Discover now