Our Apartment [10]

Start from the beginning
                                    

Nicole kembali menyimpan gantungan itu ke dalam kotaknya dan kembali memasukkannya ke dalam nakas. Ketika melihat benda-benda yang ada di nakas itu, dia kembali tersenyum. Ternyata sudah lama dia mengenal Justin. Tapi dia tidak pernah menyadarinya. Tangannya terulur mengambil sebuah kotak crayon. Crayon itu milik Justin, namun Justin memberikan padanya karena hari itu dia tidak membawa crayon sama sekali. Kalau dia tidak salah ingat saat itu mereka tahun kedua di sekolah dasar.

Justin kecil sosok yang baik. Dia sering berbagi mainan dengan Nicole. Berbagi makanan, juga barang-barang sekolahnya. Nicole kecil, meskipun Justin memberikan benda-benda itu padanya dia tidak memakainya melainkan menyimpannya dan tidak pernah menggunakannya lagi.

Lalu, ketika mulai memasuki Junior High School, Justin mulai tumbuh menjadi pribadi yang menyebalkan. Dia tidak henti-hentinya menggoda Nicole hingga gadis itu. Meskipun mereka berbeda sekolah saat itu, mereka tetap dekat. Aneh memang, mereka selalu berdebat, saling mengejek setiap saat, namun mereka tidak pernah benar-benar bertengkar.

Nicole terkekeh sendiri mengingat perjalanan hidupnya sampai di usianya sekarang. "Astaga! Kenapa di semua kenanganku selalu ada Justin di dalamnya?" tanyanya pada diri sendiri, nyaris tidak percaya. "Benar-benar tidak bisa di percaya," gumamnya sambil menutup nakas itu dan berjalan ke kamar mandi.

30 menit kemudian, Nicole keluar dari kamar mandi dengan keadaan segar. Hari ini matahari menunjukkan dirinya membuat musim dingin sedikit lebih hangat. Sehingga Nicole memutuskan untuk mandi setelah dia pulang mengajar.

Nicole sedang mengeringkan rambutnya dengan hair dryer saat ponselnya berdering. Mematikan pengering rambut, Nicole berjalan menuju tempat tidur dan mengambil ponselnya. Wajah Justin memenuhinya layar ponselnya tersebut.

"Kenapa rasanya hanya dia yang hobi meneleponku?" gumam Nicole sambil menggeser tanda hijau pada layar ponselnya. "Ya?"

"Hei Baby, kau sedang dimana?"

Nicole merasakan bahunya merosot. "Excuse me, Sir. Disini tidak ada yang bernama Baby,"

Justin tertawa. "Aku serius, kau sedang dimana?"

"Aku sedang di Mars. Bagaimana denganmu?" balas Nicole asal. Dia berjalan menuju meja riasnya, dan menyisir rambutnya perlahan.

"Wero mengirim email padaku beberapa saat lalu. Dia bilang dia sedang di washington saat ini. Tapi nanti malam dia harus kembali lagi ke Canada."

"Oh, benarkah?" tanya Nicole, meninggalkan meja riasnya dan duduk di pinggir ranjang.

"Ya," jawab Justin. "Miley juga baru tiba tadi pagi dari Paris. Dia berkunjung dengan suaminya. Dan dia akan seminggu di Washington."

"Itu bagus," seru Nicole semangat. "Bagaimana dengan Cody? Dia masih tinggal bersama kangguru?"

"Kau pasti terkejut."

Cody juga teman sekolah menengah mereka. Mereka berteman hingga tahun terakhir. Namun begitu lulus, Cody kembali ke kampung halaman Ayahnya Australia dan memulai debutnya sebagai penyanyi disana. Satu tahun setelah berpisah, teman mereka itu mulai terkenal. Dan tampaknya belum ada tanda-tanda kepulangan Cody ke Washington. Tapi, menilik dari ucapan Justin....

"Dia disini?!" jerit Nicole. Terlepas dari pertemanan mereka, Nicole sangat mengidolakan Cody. Suara laki-laki itu sangat memikat.

"Yeah," sahut Justin. "Malam ini kita akan berkumpul di... ah, aku lupa. Nanti aku tanyakan pada Wero. Kau mau ku jemput?"

"Tentu saja," jawab Nicole cepat.

"Yeah, seharusnya aku tidak perlu bertanya." Justin mendesah pura-pura menyesal. "Baiklah, aku akan menjemputmu pukul 7."

Our ApartmentWhere stories live. Discover now