49 - To Hurt and To Protect

956 103 37
                                    

Update di tengah panasnya kemelut politik :/
Jangan lupa vomment. Selamat membaca!

 Selamat membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PLAK!

Perih menyengat permukaan pipi Kiran, menimbulkan kemerahan yang samar ketimbang warna merah akibat amarah di wajah si penampar. Kiran bergeming, tidak terkejut bagaimana ia bisa terjebak dalam situasi seperti ini. Rupanya waktu yang ia habiskan di Masqueride telah mengubahnya sedikit demi sedikit. Bisa dibilang, ia mulai terbiasa.

"Bodoh kalau kamu berpikir aku bakal melepaskanmu begitu saja setelah apa yang terjadi sama Galang!" sembur si gadis berambut tembaga, tatapannya siap memangsa Kiran. Tak jauh di belakang, Angela bersandar ke dinding. Menyaksikan bagaimana si gadis berambut tembaga sibuk memberi 'pelajaran' pada Kiran.

Makian. Pukulan. Tendangan. Tamparan.

Perkumpulan yang dibilang Angela tidak pernah ada. Hari ini hanya untuk mereka. Pembalasan akan apa yang dilakukan Raven pada Killer Clown. Anehnya, Kiran tak merasa dibohongi. Hati kecilnya berkata ia tidak harus melawan. Bukan untuk yang seperti ini.

"Namamu Rita, kan?" Setelah satu lagi tamparan keras tanpa perlawanan, Kiran membuka suara, "Terserah kamu mau memukulku seperti apa, tapi tolong jangan pukul wajahku," lanjutnya memohon. Rita tampak tidak senang dengan permintaannya itu.

"Hah!? Memangnya kenapa!? Takut muka lacurmu itu rusak!?" ejeknya kasar.

"Aku sudah berbohong terlalu banyak untuk bisa datang ke sini." Kiran menatap Angela, "Dan aku yakin seseorang masih ingin aku berada di sini lebih lama. Kakakku enggak bakal membiarkanku keluar lagi kalau aku pulang dengan wajah luka-luka."

Rita mengangkat tangannya, tapi kali ini dicegah Angela.

"Wait, she's right," gadis berkucir satu itu memegangi tangan Rita. "Aku kenal kakaknya. Kalau dia sampai tahu, Kiran enggak bakal bisa ke sini lagi."

"Terus? Kenapa aku harus peduli?" tanya gadis itu apatis.

"Oh, tentu saja kamu harus peduli. First thing first, aku yang membawa Kiran, jadi aku mau dia menetap lebih lama. Second, she's mine to break. Cuma karena aku setuju untuk membawanya ke sini buatmu, bukan berarti kamu bisa berbuat seenaknya."

"Anna, you're full of bullshit." Rita mengibaskan tangan Angela darinya. Gadis itu memutar bola mata,

"Lagian, memangnya kamu enggak takut kalau dia mengadu sama Raven?"

Sejenak atmosfer dingin menyeruak saat nama itu disebut, menambah suasana mencekam di lantai satu Ballroom yang bercahaya muram. Tapi sepertinya itu sama sekali tak memengaruhi Rita. Bayangan soal Raven yang menghajarnya habis-habisan tak lebih menyakitkan ketimbang harus melihat Galang dirawat di rumah sakit akibat perkelahian malam itu.

Kepalan tinju mendarat di perut Kiran, menimbulkan kejang yang cukup kuat hingga gadis itu terjatuh ke lututnya dan meringis. Kiran memegangi tulang selangka kiri di mana implan pacemaker-nya berada, berusaha melindungi area yang masih akan rawan selama beberapa minggu ke depan.

ForbiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang