23 - Living Doll

1.8K 126 24
                                    

Vomments dan krisaran akan sangat membantu!

Enjoy~

Ketimbang tetesan air dari keran yang bergemricik pelan di dalam kamar mandi, Kiran bisa merasakan jantungnya berdetak lebih lambat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketimbang tetesan air dari keran yang bergemricik pelan di dalam kamar mandi, Kiran bisa merasakan jantungnya berdetak lebih lambat.

Sudah satu minggu semenjak ujian akhir semester berlangsung. Kiran yang tidak bergabung di klub mana pun menemukan dirinya banyak memiliki waktu istirahat. Diusahakannya untuk tidak terlalu banyak beraktivitas. Mengurangi kadar pekerjaan rumah tangga yang biasanya sengaja ia lakukan meski tidak terlalu diperlukan. Apapun yang bisa ia usahakan agar tenaganya bisa kembali seperti semula.

Meski ada kemungkinan itu tidak akan terjadi.

"Berdasarkan pemeriksaan tanda-tanda vital dan keluhan yang kamu jelaskan, kemungkinan besar kamu mengalami bradikardia."

Diingatnya kembali sesi kontrol seminggu lalu. Radi yang diam-diam menungguinya di halte bus. Kiran yang dengan setengah hati berpegangan pada ujung jaket pemuda itu. Sesampainya di rumah sakit, Kiran melarangnya ikut masuk ke dalam poli, karena dia tak mau mendengar komentar aneh Dokter Arman.

Kiran mengira ini akan menjadi jadwal kontrol singkat sebagaimana biasa. Dia berusaha tidak menyinggung soal kelelahan dan kantuk berlebih yang belakangan sering melandanya. Tapi setelah Dokter Arman dan suster yang mendampinginya mendeteksi tekanan darah tinggi disertai denyut jantung kurang dari 60 kali per menit, ia pun dipaksa untuk menguraikan semua keluhan yang ia rasakan.

Jadilah sesi kontrol hari itu berlangsung lebih lama ketimbang biasanya. Untung saja Radi tidak keberatan menunggu. Meski ia sempat mendengar cowok itu menelpon pacarnya, dan sepertinya terjadi sedikit perdebatan.

Tak ada waktu untuk merasa bersalah. Karena sepanjang perjalanan pulang, yang ada dalam pikirannya hanyalah meyakinkan diri kalau semua akan baik-baik saja.

Nggak ada yang salah dengan jantungku. Nggak ada. Aku hanya kelelahan dan tertekan, ia mengulangi bisikan itu dalam hati. Penjelasan Dokter Arman soal gangguan impuls listrik pada pengontrol tempo detak jantung sama sekali tak ia hiraukan. Kiran berusaha yakin dia baik-baik saja. Sedikit obat dan dia akan sembuh. Dia sudah membacanya di internet, stress menjadi salah satu faktor penyebab detak jantung melambat. Dia pasti tertekan akibat Kevin yang mulai bersikap bodoh karena memutuskan kembali bekerja di tempat Awan, sementara waktu terus berjalan dan dia belum menemukan cara untuk membujuknya.

Jika ia berhasil menghentikannya dan melenyapkan semua stressor yang ada, jantungnya pasti akan kembali normal. Ya, jadi semua pemeriksaan yang dianjurkan oleh Dokter Arman itu tak perlu ia jalani. Mereka tak bisa menghambur-hamburkan uang terlalu banyak.

Kiran menatap bayangannya yang kuyu. Ah, hari ini kulitnya terlihat pucat. Padahal dia sudah makan banyak makanan bergizi. Ke mana perginya nutrisi dari makanan-makanan itu? Ini tidak bisa dibiarkan. Sebab hari ini adalah hari pembagian rapor. Dan Kevin, yang sudah sekian lama absen, akan ikut bersamanya untuk mengurus kepindahan mereka, lalu ditutup dengan berpamitan pada teman-temannya di klub renang.

ForbiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang