23 | T E N T A N G K A G U M 0.1

3.8K 438 21
                                    

SEMUA peralatan demo seperti spanduk, poster, replika keranda mayat bertuliskan KEADILAN SUDAH MATI! sudah disiapkan dua hari sebelum tanggal aksi. Demo ini akan menjadi yang terbesar dalam sejarah kemahasiswaan di kampus.

Adalah Ghazi Dzafir Aqsa--mahasiswa Fakultas Sastra semester 7 yang menyulut semangat berbagai elemen penting mahasiswa untuk ikut andil dalam demo kenaikan UKT (Uang Kuliah Tunggal) di kampusnya.

Ia membujuk mereka dengan cara cerdas, yaitu menyulut isu selama dua minggu setelah keputusan Rektor menggegerkan seluruh antero kampus. Ghazi menggelar diskusi umum sebagai Kajian Aksi selama 10 hari berturut-turut. Beraneka ragam diskusi dari mulai diskusi formal yang mengundang berbagai elemen penting pejabat BEM, Senat, ataupun Ketua Himpunan dan UKM untuk mengupas tuntas kenapa aksi demo harus dilakukan. Juga, diskusi rahasia dengan elemen mahasiswa yang mendukungnya secara penuh. Karena ia tahu, tidak semua elemen mahasiswa sepakat dengan idenya. Salah satunya adalah Ketua Umum LDK yang waktu itu dipegang oleh Kamal.

Itu adalah awal mula kebenciannya dengan Rohis dimulai.

Hal yang sering ia gaungkan--tentang keadilan! Ia sudah menelusuri berbagai informasi tentang alasan pihak akademisi dan dampaknya bagi mahasiswa--terutama mahasiswa dengan ekonomi rendah. Belum lagi, UKT itu juga berlaku bagi mahasiswa penerima beasiswa. Itu menyulitkan mereka karena tidak ada konfirmasi bahwa kuota beasiswa akan ditambah seiring kenaikan UKT. Jadi mereka tetap harus membayar sisa kekurangan dari kuota uang yang diterimanya perbulan. Padahal jelas, beasiswa yang diberikan itu full memfasilitasi mahasiswa penerima beasiswa secara gratis hingga lulus. Tetapi kenyataan tidak sama dengan peraturan yang tertulis di dinding-dinding pengumuman dan website resmi kampus. Itu penipuan. Oleh Ghazi, itu dianggap keculasan yang dilakukan pihak akademisi untuk merekayasa anggaran yang diterima dari pemerintah.

"Maaf, saya kurang sepakat dengan ide ini. Oke, untuk urusan tidak sepakat dengan kenaikan UKT karena banyak merugikan mahasiswa, saya sependapat. Tapi ada cara lain untuk melakukan audiensi secara baik-baik kepada pihak akademisi. Tidak ada salahnya kita melakukan jalur yang sopan untuk menyampaikan pendapat kita.

Kita adalah mahasiswa yang merdeka. Tetapi harus diingat bahwa mahasiswa harus berperilaku sebagaimana orang berpendidikan dalam menyampaikan pendapatnya. Demo yang digaungkan oleh Bung Ghazi sama sekali bukan solusi. Mari pikirkan dengan masak-masak rencana kita dengan kepala dingin. Saya yakin, melakukan audiensi dan tabayyun secara baik-baik akan jauh lebih didengarkan."

Tetapi Ghazi tetaplah Ghazi. Ia tidak mudah dipengaruhi dengan ide Kamal. Kabar buruknya, kebanyakan elemen mahasiswa justru menyetujui ide Ghazi. Mereka bahkan telah membentuk kepanitiaan dari Tim Kajian Aksi.

Seperti yang terjadi pada tahun 1998. Jelas, cara menyampaikan pendapat terbaik menurut mereka adalah dengan berdemo; menggelar aksi masa. Itu adalah ciri khas darah muda mahasiswa berintelek yang merindukan keadilan dalam setiap lini kehidupan. Dengan seperti itu, pihak akademisi akan merasa tersudut dan segera melakukan perubahan melalui kesepakatan bersama. Itu tidak ada yang salah. Sebenarnya, Kamal tidak sepenuhnya menolak. Ia setuju asal jalan yang ditempuh melalui tahap audiensi dan tabayyun secara baik-baik dengan pihak akademisi dulu. Baru ketika hal itu justru tidak berhasil, maka dilakukan demonstrasi.

Ia kenal betul siapa Ghazi. Belakangan Ghazi memang mengikuti komunitas aliran kiri. Tak heran kalau ia mengutamakan logika di atas segalanya. Apalagi demo itu jelas berbau pemberontakan. Tujuan yang salah kaprah dari output akhir penyampaian pendapat yang seharusnya jadi tujuan utama. Itu jelas ancaman menurut Kamal. Baginya, adab itu di atas segalanya. Maka sebagai seorang aktivis dakwah kampus, adalah wajib baginya untuk mencegah ide Ghazi.

"Gue udah memperingatkan lo beberapa kali, Kamal. Be aware sama gue. Kalau lo emang nggak mau gabung untuk ikut demo, just keep silent! Jangan mencoba melakukan hal-hal yang bisa menggagalkan rencana yang sembilan puluh persen sudah disepakati berbagai elemen mahasiswa."

La fadzWhere stories live. Discover now