10 | THE OTHER SIDE

4.3K 570 30
                                    

MATAHARI sudah mulai tenggelam. Sepertinya, Medina melakukan kesalahan dengan membiarkan Rhum dan Atik pulang duluan karena saat ini tidak ada manusia yang bisa dimintai pertolongan saat sepeda kesayangannya ngadat tidak mau dipakai lagi.

Sepulang dari La Fadz tadi, Rhum dan Medina memutuskan untuk kembali ke sekretariat LDF kampus untuk mengambil kendaraan masing-masing sekaligus melaporkan perkembangan naskah teaternya kepada Dhani. Begitu bertemu dengan Atik, mereka kemudian membahas plot novel Kak Gaza yang akan diubah menjadi naskah lakon. Hal ini menurut Medina diperlukan karena ia butuh masukan dari sahabat dekatnya sebelum besok dirapatkan dengan anggota LDF lainnya.

Selesai rapat tipis-tipis pukul 5 sore. Mereka berpisah. Biasanya Atik dan Rhum yang notabene menggunakan sepeda motor karena posisi kosan mereka yang jauh akan menunggui sampai Medina jalan duluan dengan sepedanya. Namun saat itu Medina benar-benar membiarkan kedua sahabatnya pulang dulu. Ia tidak tega melihat wajah kelelahan kedua sahabatnya.

Biasanya, beberapa anak LDF memang lewat. Namun sayangnya, hari sudah hampir malam dan Medina yakin anak LDF sudah jarang sekali lewat di parkiran khusus sepeda.

Ia harus memutar otaknya untuk menemukan cara agar setidaknya bisa meninggalkan sepeda kesayangannya tanpa perlu khawatir hilang ketika diletakkan di kampus. Pasalnya, akhir-akhir ini kampus memang sedang tidak aman. Jangankan sepeda, beberapa alat praktek anak kesehatan saja sering hilang secara tiba-tiba. Oleh karena itu, Medina sedang sibuk mencari seseorang yang dapat dimintai tolong sebelum malam menjelang.

Medina hampir frustasi ketika mengecek ponselnya yang mati padahal ia ingin meminta Abangnya untuk menjemput atau meminta ijin Ibu untuk pulang terlambat.

"Lo ada masalah?" Itu Nae, gadis berkucir satu yang selalu terlihat menempel dengan Drew. Ia muncul dari arah belakang dan menginterupsi kegundahan hati Medina. Meski begitu, Medina akhirnya bisa bernapas lega karena kehadiran Nae membuat harapannya mendapat bantuan jadi terkabul.

"Iya. Sepedaku rusak lagi. Maklum udah tua."

"Apanya yang rusak?"

"Rantainya mungkin," kata Medina. "Biasanya kalau dibenerin sih bisa. Tapi nggak tahu kenapa hari ini susah banget."

"Gue bantuin mau?"

Medina mengangguk. Nae tersenyum karena Medina menyambut bantuannya. Ia kemudian berbalik arah, menyipitkan matanya mencari seseorang yang sedang sibuk menaruh barang-barang di bagasi mobil. Dilihat dari sini, Medina bisa menebak kalau dia adalah Drew. Cowok bermata sipit yang selalu dijuluki Jang Geun Suk oleh Atik.

"DREW! SINI!" teriak Nae. Yang diteriaki hanya menoleh kemudian sibuk lagi memasukkan barang-barang ke bagasi mobil. Nae berdecak sebal. Ia paling sebal kalau Drew tidak bisa diajak kerjasama seperti ini.

"DREW! Siniii! Gue butuh bantuan!" teriaknya sekali lagi.

"Woi! Buruaaan! Ada yang butuh bantuan nih!" Teriakan Nae yang ketiga kali itu membuat cowok yang dipanggilnya mendecak kesal.

Drew berlari kecil menghampiri mereka berdua. Rambutnya yang panjang terlihat berantakan. Kaos bertuliskan I'm A Drummer juga sudah sangat lusuh. Ia terlihat kelelahan begitu dilihat dari jarak yang dekat.

"Paan, sih! Teriakan lo bikin telinga gue mau pecah tau, nggak! Nenek lampir lo!"

Nae memanyunkan bibirnya dan segera mencubit lengan Drew saat cowok itu akan memakinya lagi. "Berisik," katanya. "Benerin sepedanya Medina, gih!"

Drew meringis kesakitan dan bersiap melakukan serangan balik. Tapi ekspresinya berubah ketika menyadari ada Medina di samping kanannya.

"Oh, hai, Medina. Lo anak Rohis yang kemaren itu kan?" katanya. Tersenyum amat lebar sembari melambaikan tangannya dengan sangat bersemangat.

La fadzWhere stories live. Discover now