12 | L E N T E R A 0.1

3.8K 546 27
                                    

MELIHAT raut wajah Medina yang sedikit frustasi, Nae menghela napas dan tidak tahan untuk berbicara. Sejak awal ide Drew memang ganjil di matanya. Sudah tahu Medina dan Ghazi sama-sama orang yang keras kepala. Ia malah membiarkan ide Drew tentang 'membuat suasana cair' di antara Medina dan Ghazi terjadi.

Choi Drew
21:54
Lo pengen nggak sih tahu rahasia Ghazi tentang Medina? Nah ikutin aja cara gue dan diem.

Nae benar-benar sebal pada caranya kepo dengan sesuatu dan selalu mengikuti Drew untuk sesuatu yang kurang penting. WhatsApp dari Drew beberapa menit saat Medina sedang sibuk mendial Abangnya membuatnya merasa sangat bersalah karena turut andil dalam persekongkolan ini. Apalagi saat mendengar Ghazi nekat ingin menyeret Mei pulang. Hal itu membuatnya semakin tidak tega.

Ia memandang kedua orang itu secara bergantian. Ghazi dan Medina. Amarah Ghazi tampak sudah mereda setelah melihat ada sedikit air mata yang keluar dari mata Medina dan sekarang laki-laki itu terlihat merasa bersalah dan memilih duduk dengan menenggelamkan wajahnya di sebuah sofa dalam ruangan. Sementara Medina, tetap pada pendiriannya dan terus memantau ponselnya.

Drew yang berdiri tak jauh darinya hanya mengedikkan bahu. Lalu menghela napas panjang.

Bang Hasan
22:43
De, sorry abang baru ngabarin.
Abang, ummi dan Abah lagi nggak di rumah krn nganter Tante Laili. Habis maghrib tadi beliau dirujuk ke rumah sakit karena mau lahiran. Tadinya mau sekalian bilang ke kamu. Tapi kata ummi nggak perlu karena masih pembukaan dua. Tapi satu jam lalu alhamdulillah udah lahiran. Ummi udah ngebantuin dan dia bilang kamu kalau bisa nginep aja di rumah temenmu yg namanya Nae itu. Besok abang yg jemput sekalian kita bareng-bareng ke rumah sakit.
Gapapa kan?

Bang Hasan
22:44
Btw, anaknya cowok. Cakep deh. Mirip abang. 😎🤗😂

Medina tertawa. Namun ia menghela napas pada detik berikutnya mengingat ia tidak mungkin memaksa dirinya untuk menginap di rumah Nae. Meskipun satu setengah jam lalu saat baterai ponselnya penuh ia memberitahu bahwa ia akan pulang terlambat dan abang tidak perlu mengkhawatirkannya karena dia bersama teman satu kampusnya bernama Nae, tapi ia belum sedekat itu dengan Nae. Lagipula ia tidak yakin kalau rumah Nae dekat. Buktinya, Drew memilih untuk membagi tugas mengantar dengan Ghazi.

"Abang lo bilang apa?" tanya Nae--memilih mendekat ke arah Medina, saat melihatnya sedang sibuk dengan ponselnya. Sepertinya, ia sudah mendapat konfirmasi dari abangnya.

"Hm, dia bilang... aku lebih baik menginap di panti."

☕☕☕

Pagi-pagi sekali, sehabis subuh tepat Medina memutuskan untuk membantu Bunda Aisyah dan Mbak Heni--salah seorang warga yang sering membantu Bunda Aisyah untuk menyiapkan sarapan untuk anak-anak.

Di sana Medina diceritakan awal mula berdirinya panti Asuhan Lentera. Awalnya, Bunda Aisyah sebenarnya adalah pekerja di rumah Ghazi. Namun sejak Ibu Ghazi meninggal dan Ayahnya mengalami bangkrut, ia diberhentikan. Sejak saat itu ia bekerja serabutan. Ingin pulang kampung tapi sudah tidak memungkinkan karena ia anak yatim piatu yang tidak tahu dari mana asal usulnya. Menurut penuturan Bunda Aisyah, ia pernah menikah. Namun karena dia mandul akhirnya ia diceraikan. Maka hidupnya terombang ambing selama beberapa tahun.

Dari kerja serabutannya itu, sedikit demi sedikit ia bisa menabung dan menyewa sebuah kontrakan kecil tak jauh dari pinggir kota. Dari kehidupannya yang kesepian itu ia mulai berteman dan beberapa kali menampung anak-anak yatim jalan yang mau diasuhnya. Sekitar lima tahun lalu, ia bertemu dengan Ghazi saat anak itu sedang melakukan teatrikal jalanan. Sejak bertemu dengannya, ia berjanji pada Bunda Aisyah akan membangunkan sebuah panti asuhan kecil hasil dari mengamen dari teatrikal kecilnya dengan teman-temannya. Hingga sekarang, jadilah Panti Asuhan Lentera.

La fadzWhere stories live. Discover now