End

10.9K 358 108
                                    

Malam sudah larut, tapi aku malah tidak bisa tidur. Entah kenapa perasaan mendadak tidak tenang. Beberapa hari yang lalu Aluna menghubungi, dia ingin bertemu denganku. Aneh. Kenapa dia meminta bertemu? Apa dia mempunyai rencana yang buruk terhadapku. Ah, itu tidak mungkin.

Sebulan setelah menikah kehidupanku tenang-tenang saja. Tidak ada hal buruk yang terjadi seperti yang Aluna ancamkan. Semua berjalan baik-baik saja. Kupikir wanita itu sudah merelakan Pak Baekhyun menjadi suamiku.

Lalu, haruskah aku menemui Aluna besok? Apa tidak apa-apa jika aku menemui wanita itu? Sepertinya Aluna wanita baik. Buktinya dia tidak pernah melakukan hal buruk kepadaku.

"Kenapa belum tidur, hemm?" Pak Baekhyun menangkup kedua pipiku, lantas menggesekkan hidung mungilnya ke hidungku.

Aku mengembuskan napas panjang. Haruskah mengatakan ke Pak Baekhyun jika Aluna meminta untuk bertemu? Jika mengatakan, apa Pak Baekhyun mengizinkanku menemui wanita itu?

"Malah melamun." Pak Baekhyun mengecup bibirku sekilas.

"Bapak, ih." Aku memberenggut. Pak Baekhyun sekarang suka sekali mengecup bibirku. Bahkan tidak peduli jika ada banyak orang. Aku kan, malu. Apalagi jika ada Sehun, sepertinya Pak Baekhyun sengaja membuat mantanku yang paling imut itu cemburu.

"Aku ini suamimu, Bie. Sampai kapan kamu akan memanggilku Bapak?"

Aku terkekeh. Pak Baekhyun sudah berkali-kali menyuruhku untuk berhenti memanggilnya bapak, tapi aku masih saja memanggilnya dengan sebutan itu. Aku sudah terbiasa.

"Pak Baekhyun dulu kan, guru saya. Mangkannya saya panggil Bapak."

Bahkan saat berbicara dengannya pun aku masih memakai bahasa formal. Aku kenapa, sih?

"Diubah, ya? Nanti orang pikir aku itu Bapak kamu."

"Tapi Aeris tidak mau kalau harus panggil Sayang, Hubby, atau apalah itu."

"Lah, apa ada yang aneh dengan panggilan Sayang?"

Pak Baekhyun memang pernah menyuruhku untuk memanggilnya sayang. Lelakiku yang terlalu tampan ini ingin kami seperti pasangan suami istri yang lain. Romantis.

"Geli aja, gitu." Aku bergidik.

Pak Baekhyun mendesah. "Jangan sampai aku meminta wanita lain untuk memanggilku sayang."

Aku melotot. "Awas saja kalau Bapak berani macam-macam."

Kucubit perutnya lumayan keras. Padahal Pak Baekhyun jarang sekali berolah raga. Porsi makannya pun bertambah. Namun entah kenapa perutnya masih saja terasa keras. Aku jadi iri. Makan sedikit saja sudah membuat berat badanku naik.

"Awh...." Pak Baekhyun meringis.

"Kalau Bapak berani macam-macam, jangan harap bisa dapat jatah dari Aeris."

Wajah Pak Baekhyun seketika berubah panik.

"Jangan dong, Bie. Aku kan cuma bercanda. Please, kamu gak kasihan apa sama 'Adekku'." Pak Baekhyun menunjuk bawah. Tepatnya pada miliknya yang entah sejak kapan sudah menegang. Wajahku memanas. Ya Tuhan, suamiku ternyata mesum sekali. Padahal kemarin kami baru saja bercinta. Masa sekarang dia minta lagi?

Pak Baekhyun melirik jam di nakas samping tempat tidur. Jam sebelas malam. Jangan sampai suamiku yang kelebihan hormon testosteron ini meminta jatah lagi.

"Bie, kamu mau tidak?"

Tuh, kan...

"Biasanya yang selalu minta itu ibu hamil loh, Pak. Lah ini malah Bapak yang minta. Aneh gak, sih?"

My Lovely TeacherWhere stories live. Discover now