19. Akhir

35 5 0
                                    

Aldorf memikirkan cara untuk membalas Sorsam, dan dia memutuskan untuk menghancurkan istana Sorsam. Kalau saja yang koma saat ini bukan Cessia, mungkin Aldorf tidak akan semarah ini. Aldorf tidak menyentuh sedikit pun penyihir-penyihirnya, dia hanya ingin memberi peringatan melewati istana Sorsam yang remuk.

Berita Aldorf yang menghancurkan istana Sorsam cukup mengguncangkan Lebis. Hingga banyak makhluk-makhluk yang berkunjung ke Sorsam dan terkagum melihat kekuatan Aldorf yang bisa meratakan istana Sorsam.

Namun, hal itu tidak membuat kerajaan Feecris merasakan lebih baik. Sebab, Cessia masih belum sadar dan juga Deo masih menyalahkan dirinya, hal ini sudah berjalan selama seminggu.

Laudilla masuk ke kamar Deo membawa nampan berisi makanan. Kedua kalinya Deo tidak mau makan dan alasannya tetap sama karena Cessia. Setiap Laudilla menyodorkan makanan selalu dibuang Deo. Aldorf juga mencoba memaksa adiknya untuk makan, dan hasilnya juga sama. Kali ini, Laudilla akan memaksa Deo sampai mau makan.

"Deo. Ayo makan."

Deo memandang ke luar jendela, enggan menatap Laudilla. Dirinya masih diliputi rasa bersalah. Terlalu banyak kata seharusnya yang berputar di kepalanya, membuat dirinya merasa semakin bersalah.

"Deo, kalau Cessia sudah bangun, aku yakin dia juga akan merasa bersalah juga karena kamu seperti ini. Malah bikin masalah jadi ribet."

Laudilla sukses membuat Deo menoleh. "Aku tidak yakin itu akan terjadi."

"Memangnya sudah berapa lama kamu kenal dengannya? Setahun? Dua tahun?" Laudilla memutar bola matanya. "Kamu kenal dia dari kamu masih di perut, dan kamu masih tidak yakin? Pasti ini alasan Cessia kenapa dia gak suka sama kamu."

"Cessia tidak suka padaku karena dia suka pada abangku, jadi tidak ada kaitannya."

"Kalau kamu bisa lebih mengerti dirinya, buat apa dia kabur ke Hoins lalu bertemu lagi dengan abangmu?" Laudilla menghela napas. "Kenapa coba aku bisa suka sama peri yang seperti ini?"

"Kamu suka sama aku?"

"Iya. Kalau aku mau, aku juga gak mau suka sama kamu. Masih banyak ...."

Deo tidak lagi mendengar kalimat Laudilla selanjutnya, dia terkejut melihat kilauan merah di mata Laudilla. Apakah Laudilla adalah pasangannya?

***

Sudah lewat seminggu dari pengakuan Laudilla. Entah kenapa, tiba-tiba saja Deo mulai mau makan sejak saat itu.

Laudilla mengusulkan ide untuk menjenguk Cessia di kamar tamu istana, Deo setuju saja. Saat memasuki kamar Cessia, mereka melihat Aldorf sedang membaca buku di samping kasur Cessia.

"Bang, sudah berapa lama kamu di sini?" tanya Deo sambil melirik isi bacaan Aldorf.

"Tak lama, ibu Cessia baru saja keluar."

"Deo," panggil Laudilla membuat Deo menjadi menatapnya. "Bagaimana kalau kita suruh Greval untuk menyembuhkan Cessia? Lagi pula Cessia sudah koma selama 2 minggu."

"Greval? Pangeran Godes?"

Laudilla mengangguk. "Dia pasti mau kalau aku yang minta, aku kenal dekat ...." Laudilla terdiam melihat Deo yang terlihat marah.

"Kenapa kamu tidak memanggilnya Pangeran? Kamu berniat menggodanya?"

"Tidak, Deo. Sungguh."

Lebis : DivorcioWhere stories live. Discover now