2. Kabur

66 15 5
                                    

"Buku dari dunia manusia."

Cessia terbangun setelah mendengar kalimat itu di mimpi. Apa yang membuatnya memimpikan Azka? Apa itu petunjuk dari Azka?

Cessia mendengus mengingat hari ini. Hari Nazka menginginkan jawabannya. Apakah dia harus ikuti petunjuk Azka? Bagaimana jika hal itu menjebaknya? Dia menggeleng untuk menghilangkan segala jenis pikiran buruk dari kepalanya. Walau dia tahu, hal itu tidak berhasil.

Matanya menatap sekeliling, lagi-lagi Cessia ketiduran di ruang baca pribadi Azka. Cessia menjadi mengingat pada saat Azka baru dinyatakan meninggal, dia tidak pernah masuk ke ruangan ini. Dia hanya tidak ingin mengingat kenangan buruknya lagi.

Cessia yang teringat sesuatu langsung mengucap mantra telepati untuk memanggil Laudilla.

"Que esvapal (Ada apa), Cessia?" balas Laudilla.

"Sekarang kamu sibuk?"

"Enggak, tetapi nanti sibuk."

"Aku tunggu kamu di ruang baca pribadi Azka sekarang."

Laudilla mengerutkan dahinya ketika Cessia memutuskan telepati mereka. Dia merasa aneh dengan Cessia yang tiba-tiba mau pergi ke ruang baca pribadi Azka. Dia segera menuju istana yang dekat dengan rumah pohonnya.

Laudilla menyapa peri yang bertugas menjaga gerbang istana, peri itu langsung membuka gerbang untuknya. Dia terbang menuju ruang yang dimaksud Cessia berada di lantai dua.

Sesampai di depan ruangan yang menjadi tujuannya, pandangan Laudilla terpaku pada lubang kunci yang hanya bisa dibuka dengan sihir Cessia dan Azka. Sebenarnya banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya, termasuk ruangan ini. Hanya saja dia tidak tahu harus bertanya kepada siapa.

Cessia membuka pintu, setelah Laudilla mengetuk pintu berkali-kali. "Almos, ent (Ayo, masuk)."

Laudilla memasuki ruangan tersebut, netranya langsung dimanjakan oleh ruangan itu. Rak-rak setinggi ruangan yang dipenuhi buku-buku, jendela besar yang ada di dinding hadapan pintu, sofa berwarna putih di tengah ruangan dan sebuah meja kecil di hadapan sofa. Siapa pun yang membaca buku di sini pasti akan merasa nyaman.

"Iqui (Sini)," kata Cessia sambil menepuk temput duduk tersisa yang ada di samping kanannya.

Laudilla terbang mendekati Cessia, dan duduk sofa yang ditepuk Cessia tadi. "Enlors, Que esvapal (Jadi, ada apa)?"

"Karena aku tidak ingin basa-basi, jadi aku langsung pada intinya," jeda Cessia. "Kamu serius tidak tahu siapa yang akan menikah?"

Laudilla menggeleng dan menunduk. Lagi-lagi dia merasa aneh dengan Cessia, kenapa dia bahas topik minggu lalu? Laudilla membulatkan matanya, apa mungkin Cessia sudah tahu?

Cessia mengangguk dan mengambil kertas yang sudah dilipatnya dari atas meja. "Cetto (Ini)."

Laudilla hanya menatap kertas yang dijulurkan Cessia. Tidak berniat mengambil.

"Prenlo (Ambil)." Cessia menggoyang-goyangkan kertas itu, sampai akhirnya Laudilla mengambilnya. "Bacanya nanti malam ya," ucap Cessia sambil memamerkan senyumannya.

***

Cessia menatap sekitarnya, memastikan tidak ada yang mengikutinya. Kini dia sudah berada di hutan belakang istana, hutan yang jarang didatangi peri-peri karena hutan ini sangat gelap mau pada pagi hari maupun malam. Hutan ini biasa dipanggil Hutan Laosnebres (Kegelapan).

Cessia memutuskan untuk mengikuti jejak Azka, yaitu pergi ke Hoins (dunia manusia). Dia tidak tahu apakah dia akan mati seperti Azka atau tidak. Lagipula jika dia mati bukankah dia bisa ketemu Azka lagi?

Lebis : DivorcioWhere stories live. Discover now