3. Hoins

53 11 3
                                    

Cessia mengejap matanya acap kali, menyesuaikan cahaya yang menembus matanya. Tangannya diangkat untuk menghalangi cahaya matahari.

Cessia terduduk sebelum merasa mual. Dia baru ingat, bahwa dia terakhir makan saat siang hari di Feecris sedangkan sebentar lagi matahari ada di tepat atas kepalanya. Pantas saja dia sangat kelaparan.

Tangannya meraba sesuatu yang bergantung di lehernya, netranya melihat batu berwarna ungu yang gantung di sana. "Ini sihirku kah?" Ia juga memerhatikan gaun daunnya menjadi gaun kain yang polos, masih dengan warna yang sama, warna kuning.

Pandangannya tertuju pada buah rambutan yang masih muda di pohon, membuatnya makin merasa mual. Cessia terbang mendekati pohon itu dan memetik beberapa rambutan yang merasa cukup mengenyangkan perutnya. Dia duduk di tanah dengan rambut di dekatnya. Dia ingin membuat rambutan itu menjadi matang.

Cessia memikirkan rambutan berwarna merah manis sambil memegang rambutan hijau itu. Kemudian, rambutan itu menjadi seperti yang dibayangkannya. Dia melahap buah rambutan itu melupakan kenyataan dia sedang di dunia manusia. Bahkan dia lupa menghilangkan sayapnya dan telinganya yang lancip.

Cessia mendengar suara langkah kaki terhenti yang membuatnya menoleh ke arah itu. Dia melihat cowok manusia yang mematung, tetapi dia tidak menghiraukannya. Namun, saat dia kembali makan sambil menggerakkan sayapnya dia baru mengingat satu hal. Dia dalam wujud peri, manusia itu melihatnya dalam wujud peri!

Cessia membulatkan matanya, dia dalam masalah yang gawat! Manusia itu menahan tangannya sebelum dia terbang. Cessia melongo, dia tidak tahu bahwa manusia bisa sangat cepat.

"Jangan kabur, aku tidak akan membocorkan rahasiamu. Kalau kamu kabur, mungkin akan semakin banyak manusia yang mengetahui rahasiamu."

Suara cowok itu bagaikan hinoptisnya untuk menurut. Cessia terduduk, terpaku menatap mata cowok berwarna hitam itu. Mata paling indah yang pernah ditemuinya.

Cessia segera tersadar, dan mengingat cara merubah wujudnya. Setelah mengucapkan mantra merubah wujud manusia, mereka terdiam. Bingung harus mengatakan apa.

Cessia membulatkan matanya, tersadar akan sesuatu. "Bagaimana aku bisa mengerti bahasamu?"

Cowok itu mengangkat bahunya. "Mungkin karena kamu peri?"

Mereka kembali terdiam, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Namun, sebuah suara menghancurkan keheningan mereka.

"Hei! Kalian yang di sana mencuri rambutanku ya?" teriak seorang pria tua yang sepertinya ada pemilik tanah ini.

Cowok itu langsung menarik tangan Cessia, berlari secepat-secepatnya. "Kita lari, jangan menengok ke belakang."

Cessia tersenyum, akhirnya dia tahu rasanya berlari. Kaki yang biasa hanya digunakan untuk berdiri, kini akan digunakan untuk berjalan dan berlari. Tidak sia-sia dia diam-diam membaca buku Azka tentang manusia.

Cessia menatap punggung cowok itu dan kembali tersenyum. Berbeda dengan vampir dan serigala yang membedakan manusia baik dengan aromanya, atau duyung yang membedakan manusia baik dengan cahaya hatinya. Peri membedakan mereka dengan firasatnya yang kuat. Dan firasat Cessia mengatakan bahwa cowok itu adalah orang baik.

***

Di kerajaan peri, Deo terbang tergesa-gesa. Setelah mendengarkan kabar dari Laudilla, dia merasa hal ini dia harus memberitahu Nazka.

Lebis : Divorcioحيث تعيش القصص. اكتشف الآن