15. Terlaksana

19 5 0
                                    

Siva menatap guci emasnya yang mrngeluarkan sihir kilauan merah muda dengan senyum semringah. Dia sangat antusiaa menanti hari esok. Hari berjalannya rencananya.

"Kak Siva! Katanya mau berangkat bareng."

Siva keluar dari kamarnya menuju pintu utama. "Seri, jangan lupa untuk hati-hati. Bagaimana kalau ada orang di WC, dan mendengar bahwa kamu memanggilku Siva?"

"Maaf, Kak. Tapi, kan nama lengkap Kakak itu Sanny Eksiva."

"Kalau manusia bisa pikir gitu, gimana kalau ada yang dari Lebis?"

"Iya, Kak. Aku akan lebih hati-hati lagi."

"Ya sudah, kita berangkat sekarang."

***

Cessia, Aldorf dan Fery sedang sarapan di ruang keluarga. Mereka memakan roti tawar yang dipanggang.

"Dorf, aku nebeng Fery aja ya." Fery mengangkat sebelah alisnya, Aldorf menatapnya dengan mengerutkan dahi seakn bertanya kenapa. "Ada hal yang harus aku tanya sama Fery."

"Oke," kata Fery sambil mengunyah.

Setelah selesai sarapan, seperti biasa Aldorf akan langsung berangkat dan Fery akan mencuci peralatan makan tadi. Saat Fery sedang mencuci piring, Cessia mendekatinya.

"Fer."

"Kenapa?"

"Kok aku merasa tidak asing sama nama Siva ya?"

"Siva? Memangnya kenapa?"

"Aku mendengar nama itu di WC sekolah, aku merasa tidak asing saja."

"Kan itu nama teman sebangkumu, Sanny Eksiva dan juga Sanly Eksiva."

Cessia mengangguk lalu meninggalkan Fery di dapur. Tanpa Cessia ketahui, Fery memikirkan berbagai hal yang berkaitan dengan Lebis.

***

Cessia terus mengomel di atas motor karena Fery yang memperlambat waktu dan mengendarai motornya dengan cepat, sehingga manusia yang mengendarai kendaraan akan terkejut melihat kecepatan motor Fery. Sesampai di parkiran sekolah, Cessia turun daei motor sambil menatap Fery dengan garang.

"Kamu kayak gitu membahayakan orang lain, Fer," kata Cessia dengan penuh penekanan.

Fery dibuat merinding karena perkataannya. "Tapi sampai sekarang tidak ada yang celaka tuh."

"Bagaimana kalau besok ada yang celaka karena kamu, gimana? Kamu mau tanggung jawab? Awas saja nanti pulang kamu begitu juga." Cessia melengos pergi begitu saja.

"Aku tidak tau dia bisa galak begitu."

***

"Cherol!"

Pandangan Cessia tertuju pada Sanly yang melambaikan tangan di bangkunya, hal itu membuat Cessia tersenyum. Ia langsung mendekati Sanly.

"Kenapa, Ly?"

"Besok, kan Hari Minggu, mau main ke rumahku gak? Kamu kan gak pernah ke rumahku."

"Aku kabarin lagi besok deh."

***

Fery memasuki istana lewat gerbang belakang. Dia disuruh menemui raja saat ayahnya menelepatinya kemarin. Sekaligus dia juga ingin menanyakan sesuatu kepada ayahnya. Sebelum menemui raja, dia menemui ayahnya dulu. Fery terbang menuju lantai 2, lalu berbelok ke arah kanan untuk menuju kamar ayahnya.

Lebis : DivorcioWhere stories live. Discover now