6. Awal

49 10 2
                                    

Warna-warna di atas itu untuk iris Sorsam ya. Mulai dari level terendah limun, krep, flamingo, mawar, semangka, gincu pipi dan sarung tinju.

Happy reading.

***

Lebis, dimensi yang berbeda dengan dimensi manusia. Tepat pada salah satu kerajaan di Lebis, terjadi suatu berita yang menghebohkan. Pangeran dari kerajaan Feecris mengurung dirinya di kamar, bahkan melempari semua barang yang ada di kamarnya. Padahal Pangeran yang memiliki nama lengkap Azkadeo Feecris itu biasanya sangatlah tenang. Para peri menduga bahwa ini semua karena Cessia.

Laudilla mengabaikan dugaan para peri, dia terbang menuju istana dengan lengan yang dibungkus kain putih. Sebenarnya luka yang cukup dalam itu bisa disembuhkan oleh tabib kemarin dalam sekejap, tetapi Laudilla yang meminta tabib itu menghentikan pendarahannya saja. Dia melakukan ini biar Deo merasa bersalah.

Laudilla terbang menuju dapur untuk mengambil sarapan Deo, setelah itu dia meenuju kamar Deo di lantai dua. Sebenarnya, dia cukup mengkhawatirkan kondisi Deo yang tidak mau makan seminggu lebih. Namun, Deo lebih keras kepala, dia selalu membuang makanan yang dibawanya.

Laudilla mengetuk pintu kamar Deo dua belas kali. Tiga detik kemudian, masih tidak ada sahutan dari dalam. Dia memilih masuk ke kamar Deo tanpa izin Deo.

Mata Laudilla menangkap Deo yang sedang belajar sihir pertarungan. Padahal sayap Deo sudah sangat kecil, itu bertanda bahwa tubuh Deo sudah sangat kelelahan. Jika Deo tidak segera istirahat, Deo bisa saja sekarat.

"Deo!" panggil Laudilla tidak membuat Deo berhenti.

Laudilla menaruh sarapan Deo di nakas samping kasur, segera mendekati Deo. "Hentikan Deo! Kamu bisa mati."

Deo membalik menatap Laudilla, memasang senyum miringnya. "Memang kalau aku mati siapa yang peduli? Gak ada! Bahkan, Ayah hanya memperdulikan Bang Azka!"

"Kamu masih punya aku, Cessia dan rakyat, Deo."

"Kamu dan rakyat tentu saja peduli karena aku pangeran tunggal. Tapi, Cessia tidak peduli padaku."

"Dia peduli padamu Deo!"

"Tapi dia meninggalkanku saat kami dijodohkan!"

Mereka sama-sama terpancing amarah. Tidak ada yang memilih menjadi air. Tidak ada yang mau mengalah. Laudilla menghela napas, dia kesal.

"Deo, dia meninggalkanmu karena dia hanya menganggapmu sahabat. Dia tidak mencintaimu! Semua peri berharap bisa menikah dengan pasangan mereka, bukan kamu yang bukan pasangan Cessia!"

Deo terlihat marah, dia memegang kedua bahu Laudilla. "Bagaimana bukan?! Kalau kita bukan pasangan tidak mungkin aku mencintainya!"

Laudilla yang tadi terpancing emosi kini berubah. Dia terkejut. Namun, dia memasang senyumannya. "Ah, kini aku tahu permasalahannya. Kamu kecewa pada Cessia karena yang dia cintai bukan dirimu tetapi Abangmu sendiri?"

Laudilla menepuk bahu Deo, terbang menuju pintu. Tangannya memegang gagang pintu Deo, tanpa menatap Deo dia berkata, "Kalau kamu ingin Cessia mencintaimu mungkin kamu harus lebih hebat dari Azka."

Laudilla keluar dari kamar Deo. Namun, dia tidak terbang menjauh, dia justru berdiri bergeming di depan pintu. Kali ini dia bersyukur kamar Deo ada di ujung lorong. Dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, mulai membentuk sungai di pipi. Dia tidak menyangka mendengar perasaan Deo terang-terangan seperti itu membuatnya sakit hati.

***

Gadis beriris warna semangka itu menatap gadis beriris warna mawar yang ada di hadapannya. Mereka sedang berada di ruangan gadis beriris warna semangka.

Lebis : DivorcioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang