Bab 3 - Wanita Aneh

Start from the beginning
                                    

"Please om tolongin aku om, aku nebeng ya om," Alena memohon kembali.

"Kamu tau enggak sih, kamu itu sudah menghambat waktu meeting saya!" kata pria itu seraya memasuki mobilnya.

Dengan gerakan cepat Alena juga ikut memasuki mobil tersebut di jok bagian depan, pria yang di sampingnya cukup tercengang melihat tingkah wanita aneh yang di sampingnya itu.

"Ngapain kamu masuk ke dalam mobil saya hah! Saya tidak menyuruh kamu masuk," ucapnya kesal terhadap Alena seraya memukul setir mobil.

"Please om kali ini aja tolongin, aku cuman mau nebeng bentar setelah ini aku bakalan turun kok please ya," ujar Alena memohon seraya memperlihatkan puppy eyesnya.

Dari arah kejauhan sepeda motor yang di kendarain polisi berhenti tepat di area mobil yang dimasuki Alena, mereka tengah mencari keberadaannya.

"Dimana perempuan itu?"
"Kayaknya dia udah lari jauh Pak," ujar salah satu rekan polisi.

"Turun sekarang! empph..," mulut pria itu dibekap tangan Alena, ia takut polisi mendengar mulut lemes pria tersebut.

"Om jangan berisik! Om ayo please jalanin mobilnya cepetan ayo, cepetan!" ujar Alena seraya mengguncang-guncangkan lengannya.

"Iya-iya dasar perempuan aneh!" umpatnya seraya menjalankan mobilnya, menjauhi area parkir.

"Huh.. Leganya hati ini," kata Alena seraya tersenyum manis.

Sedangkan pria yang disampingnya hanya kebingungan apa yang sebenarnya terjadi pada wanita aneh yang ada di sampingnya ini. Pria yang sedang menyetir itu adalah Arka.

Mobil Jip tersebut berhenti.

"Ayo cepat turun, gara-gara kamu saya telat untuk meeting,"

"Iya udah kali Om enggak usah sewot segala," ucap Alena

"Kamu ini seharusnya berterimakasih sama saya bukannya malah ngatain saya sewot," ujarnya menatap Alena sinis.

"Iya-iya terimakasih om.. galak," kata Alena seraya menekan kalimat terakhirnya, sebelum ia benar-benar keluar dari mobil.

"Dasar wanita aneh," umpat Arka kesal seraya menjalankan mobilnya meninggalkan kawasan tersebut

Alena beberapa kali menghentak-hentakan kakinya ke tanah karena ia kesal terhadap pria yang tega menyuruhnya turun dari mobil si pria tersebut .

"Argh! Ini jalanan jauh lagi sama rumah nenek, dasar pria tidak berperikemanusiaan masa iya sih dia tega ninggalin gue cewe secantik ini di jalanan?" tuturnya.

"Sial banget sih gue hari ini udah tempat magang belum dapat, di kejar polisi, motor rusak, dan sekarang gue ketemu manusia kejam kayak om tadi," ujarnya bergidik geli.

***

Berbeda dengan Arka dia telah kehilangan kliennya gara-gara bertemu dengan wanita aneh barusan. Dan terjadi perdebatan antara Arka dan ayahnya. Satu hal yang paling Arka benci ialah selalu dibanding-bandingkan dengan Rendy saudara keduanya.

Andai saja istrinya ada mungkin ia akan di tenangkan oleh istrinya namun sayang tidak ada orang yang bisa membuatnya tenang, sampai saat ini. Jika Tuhan tidak mengambil nyawa orang yang dicintainya ntai mungkin saat ini mereka sudah menjadi keluarga kecil bahagia, seperti mimpi Arka dulu.

Namun itu hanyalah sebuah impian yang tak akan pernah terwujudkan.

"Gara-gara gadis itu mungkin aku sudah sampai di tempat meeting dengan tepat, tapi sial! Semuanya malah jadi enggak tepat," ujar Arka seraya memijit pelipisnya yang terasa pusing.

Sedangkan Alena telah sampai di rumah neneknya yang sangat megah itu, terdapat halaman rumah yang cukup luas tapi siapa sangka seorang Alena harus bisa bersikap dewasa dan mandiri seperti yang ayahnya inginkan.

Mobil milik neneknya ada empat  namun jarang ia pakai karena ayahnya melarangnya menggunakan kendaraan beroda empat tersebut, lagi-lagi dengan alasan agar Alena bisa mandiri.

"Nenek.. halo.. selamat siang..," teriak Alena menggema di ruang tengah.

Seorang nenek paruh baya menuruni anak tangga yang di bantu pembantunya Bi Ija.

"Kamu ini Marisa kebiasaan kalau manggil teriak-teriak segala ini rumah bukan hutan," ujar Neneknya.

"Maaf Nek habisnya sepi enggak ada yang menyahuti," katanya seraya menyalami tangan neneknya.

Jangan heran bila Alena di panggil Marisa, sudah dari kecil ia di panggil Marisa namun sejujurnya ia sendiri lebih suka di panggil Alena.

"Kamu sudah makan?" tanya sang Nenek namun di jawab gelengan kepala oleh cucunya.

"Ya sudah sekarang kamu mandi dan habis itu ayo kita makan bareng ya sayang," ujar Nenek Ningrum seraya mengusap lembut rambut panjang cucunya.

"Iya Nek aku naik ke atas dulu ya gerah, mau mandi." seraya mencium pipi neneknya. Nama neneknya Alena adalah Ningrum Sari ibunda dari ibunya Alena yaitu Sarah Ningrum.

●●●

Udah segini dulu ya guys, aku capek ngetiknya.
Maaf kan aku yang masih amatiran ini ya.

My Boyfriend Is Duda (END)Where stories live. Discover now