CHAPTER 27. THE BLACK AND THE WHITE

1.2K 121 29
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Rasa dendam dan kemarahan takkan bisa menyembuhkan hati dari rasa kehilangan.

Clarabelle

Aku mengerjapkan mata, mengamati wajah-wajah di hadapanku. Berbagai emosi dan pertanyaan menggayutiku. Aku pantas membenci, bukan? Aku bisa saja mendendam, kan?

Namun, adakah yang akan berubah setelah itu? Akankah hatiku mendapatkan ketenangan usai melampiaskan kemarahanku?

Aku hanya tahu satu jawaban. Rasa dendam dan kemarahan takkan bisa menyembuhkan hati dari rasa kehilangan.

"Tidak, itu bukan jalan keluar yang tepat untuk membalas kebencian dengan rasa benci pula. Aku mungkin belum bisa memaafkan lelaki itu atas perbuatannya yang telah membunuh ibuku dan mencelakai ayahku, tetapi aku tak mau menjadi seorang yang sama sepertinya," gumamku.

"Lalu, kau berniat membantunya? Apakah kau akan melakukan itu karena Torrent?" tanya Raven dengan tatapan menyelidik.

"Aleronn lebih baik tanpa Ardian! Biarkan saja dia dibawa ke pengasingan!" sahut Benjamin gusar sambil bangkit dari duduknya.

Aku menatap punggung lelaki itu yang melangkah keluar rumah sebelum beralih pada Ellio. Ia menatapku tanpa suara.

"Aku tidak melakukannya untuk Torrent ...," ucapku lirih menjawab pertanyaan si putra elvir sekaligus tatapan penuh tanya di mata birunya.

"Aku tahu kau jujur dan berhati baik, Clarabelle. Namun, aku tak pernah mengira kau akan memilih membantu pria yang membunuh ibumu dan mencelakai ayahmu. Aku setuju dengan Benjamin. Czar hitam itu lebih baik berada di pengasingan," ucap Raven.

Ellio masih memandangiku cukup lama. Entah apa yang dipikirkannya. Apakah jawabanku tadi masih tak cukup membuatnya lega?

"Aku sungguh tidak memikirkan Torrent. Aku hanya berpikir, memisahkan seorang istri dari suami, akan membuatku sama jahatnya dengan Ardian," ujarku menegaskan.

Ellio mengernyit. "Maksudmu ... kau akan melakukan itu karena mamanya Torrent?"

Aku mengangguk. "Dia belum mengenalku, tetapi bersedia menjamin kebebasanku. Jika aku bisa melakukan sesuatu untuk membalas kebaikannya, aku akan lakukan itu."

Raven tertawa ironi. "Kau tidak lihat bagaimana ia memperlakukan istrinya saat di persidanganmu?"

"Aku mungkin tidak tahu apa yang wanita itu rasakan, tetapi seorang kanaya pasti akan tetap mencintai pemiliknya, bukan?" ujarku seraya menatap dua alvern itu bergantian.

"Aku tidak setuju jika kau hendak menjamin pembunuh kakakku, Clarabelle!"

Aku menoleh ke arah Amelia yang muncul dari ruang tengah sambil membawa dua piring kue dan meletakkannya di meja. Wajahnya terlihat muram dan kesal saat menatapku dengan mata cokelatnya.

Gregory tampak mengikutinya dari belakang seraya menikmati sebuah pai daging di tangannya. Aku heran melihat lelaki itu yang terus saja menguntiti kanaya-nya.

"Bibi ...."

"Pokoknya, tidak! Aku tak mengizinkanmu!"

"Paman ...." Aku berharap adik ayahku itu akan membelaku seperti biasanya.

"Oh, kali ini jawabanku sama dengan bibimu, Clarabelle. Aku pun tak ingin kau membebaskan Ardian," ujar Gregory setelah menelan kunyahannya.

"Tidakkah kita bersikap kejam jika kita membiarkannya menderita? Dia tak sepenuhnya salah, bukan? Ia hanya melakukan suatu kelalaian."

THE BLUE ALVERNS-Book 2 (completed)SUDAH DITERBITKANWhere stories live. Discover now