CHAPTER 25. THE POWER

1.2K 92 24
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada kebohongan yang dilakukan oleh orang yang kita cinta dan percaya.

-Clarabelle

Hatiku terluka dalam. Aku menangis dalam diam. Hanya itu yang bisa kulakukan. Tak ada sepatah pun kata yang bisa kuucapkan selain membiarkan air mataku mengalir tanpa suara karena rasa sakit dan kesedihan.

Mama dan Ellio sudah berbohong padaku. Mereka tahu tentangku, tetapi menyembunyikannya dariku. Tidak ada yang lebih menyakitkan dari pada kebohongan yang dilakukan oleh orang yang kita cinta dan percaya.

Aku hanya mampu mendengar para alvern saling berteriak di sekelilingku. Lidahku kelu. Kata-kata wanita yang selama ini kukenal sebagai mamaku kemudian terdengar di telinga. Hatiku menjerit, mengetahui Ardian membunuh Aurora, ibu kandungku yang sebenarnya.

Kenyataan macam apa ini? Mengapa begini? Kenapa begitu menyakitkan? Apa salahku hingga aku harus menanggung beban dalam kepedihan?

Ingin rasanya aku menghancurkan belenggu di kedua tanganku. Kemudian aku akan menyerang lelaki bernama Ardian itu untuk membalas atas kematian ibuku. Aku bisa saja membunuhnya, atau menghancurkan gedung ini agar teriakan-teriakan kebencian itu sirna. Meskipun, besar kemungkinan aku juga dapat berakhir dengan kehilangan nyawa.

Namun, apakah aku harus menjadi pembunuh? Akankah aku sanggup melihat kebencian yang sama di mata Torrent kelak, jika aku melakukan hal yang sama padanya, membuat ia kehilangan seseorang yang berharga baginya?

"Aku menjaminnya!"

Aku tersentak seketika. Aku menoleh ke arah suara. Seorang wanita berkulit putih, memakai sepasang anting besar tampak berjalan cepat memasuki ruangan. Kulihat Torrent berjalan di sampingnya seraya menatap ke arahku dalam ekspresi kesedihan.

Untuk pertama kali, aku melihat ada berbagai emosi yang terpancar di matanya. Ia tak berkedip tatkala memandangi belenggu di tanganku, seakan-akan dia berusaha menghancurkan benda yang membelengguku lewat tatapannya.

"Apa yang kau katakan tadi?!" bentak si lelaki berambut gimbal panjang pada wanita di samping Torrent.

"Aku sebagai istri dari Ketua Alvern Hitam dan Wakil Czar Aleronn menyatakan bersedia menjadi penjamin putri tunggal Michael, dan siap bertanggung jawab atas pembebasan dirinya!" teriak wanita itu lantang.

Aku termangu. Dia istri pembunuh ibuku? Kenapa mama Torrent mau menjaminku? Apakah anak lelakinya yang memintanya?

Ardian bergerak cepat menghampiri istrinya, lalu menggerakkan tangan seperti hendak menampar wajah wanita itu. Namun, sang putra dengan sigap mencengkeram dan menahan lengannya.

"Kau berani menentangku?!" hardiknya murka seraya menepis kasar genggaman putranya.

"Kau boleh menghukumku, tetapi jangan memukul Ma-"

Suara jeritan tertahan tak sadar keluar dari mulutku saat lelaki berambut gimbal itu menampar keras wajah Torrent. Putra Ardian menyeka darah dari sudut bibirnya.

Wanita di samping Torrent membelalak menatap dua alvern itu. Bibirnya bergetar. Tubuhnya pun tampak gemetar.

Suasana sunyi seketika. Semua alvern terlihat terkejut dan tak percaya. Satu pun tak ada yang membuka suara.

Ardian berbalik, menatap para penjaminku, terutama kepada keluarga Ellio, lalu beralih pada Amelia sebelum memandang ke arah elvir.

"Aku tidak akan menerima penjaminan untuk kebebasan gadis medealma itu, kecuali ia dan wanita pengasuhnya pergi dari negeri ini! Aku akan memintamu melaporkannya pada Itzar Aro bila kau memutuskan untuk mengizinkan mereka tinggal di Aleronn!" ancamnya.

THE BLUE ALVERNS-Book 2 (completed)SUDAH DITERBITKANWhere stories live. Discover now