CHAPTER 15. VISITING HIM

1.5K 116 174
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Bagaimana bisa seseorang yang membuatmu menyerahkan hatimu padanya malah berubah menjadi seorang yang menghancurkannya?

-Clarabelle

"Jadi, sudah kau pikirkan apa yang akan kau katakan pada Alvern Ellio nanti?" tanya Ruby padaku seraya menggigit roti panggang berlapis di tangannya dan mengunyah pelan.

Xienna memandangiku sambil memegang sebotol sari buah dan meminumnya perlahan di samping Terra yang terlihat diam menyantap makanan serupa dengan sepupunya.

Aku tercenung sembari menatap isi kotak bekalku. Kali ini, mama membuatkan pasta dengan campuran daging dan keju, serta salad buah untuk makan siang. Terlihat enak, tetapi entah kenapa aku merasa kurang berselera. Mungkin karena pikiranku dipenuhi dengan apa yang akan kukatakan pada si Alvern Mesum itu.

Ruby dan Xienna malam tadi memang telah memberi saran padaku untuk memikirkan baik-baik tentang pernyataan Alvern Ellio.

"Sejujurnya aku belum tahu bagaimana perasaanku padanya. Tapi, aku ingin memberi kesempatan untuk ... hubungan kami ... jika ia mau, tentu saja," ujarku pelan sambil mengamati reaksi tiga sahabatku.

Ruby mengerutkan kening. Terra diam tanpa ekspresi. Sementara Xienna melebarkan mata.

"Apa yang kau pikirkan? Dengar, kau adalah kanaya dari putra pertama Czar Ian dan ia sungguh serius menyukaimu. Tidakkah kau dengar dia bahkan mengeklaimmu di hadapan semua tamu semalam? Kenapa kau masih ragu? Kau tahu, jika ada seorang alvern bangsawan yang menyatakan aku sebagai kanaya-nya, aku takkan berpikir panjang. Aku akan langsung menerimanya!" sergah Xienna yang langsung disambut suara tersedak dari Terra.

Kami sontak menoleh pada lelaki itu.

"Kau kenapa, Terra? Apakah kau makan terburu-buru? Jam istirahat masih cukup lama. Pelan-pelan saja menelan makananmu," tegur Ruby.

Terra hanya memberi kode tangan membentuk bulatan kecil dengan ibu jari dan telunjuknya sembari terbatuk-batuk.

Aku memutar bola mata. Bertemu pandang dengan Terra, aku memberi kode 'kau-harus-segera-memberitahunya' dengan mataku pada lelaki yang duduk berhadapan dengan Ruby. Dia malah menunduk. Aku menghela napas. Kualihkan pandanganku lagi ke Xienna yang ada di depanku.

"Aku hanya ingin sebuah hubungan saling terikat karena adanya perasaan yang sama, yaitu hasrat yang benar-benar ingin memiliki. Aku ingin merasakan keterikatan emosi yang dalam, seperti sebuah kerinduan yang tak akan pernah berakhir sehingga aku akan selalu merindukannya setiap waktu. Bahkan ketika bertemu, aku mau rasa rindu itu menjelma jadi air mata bahagia. Aku menginginkan cinta yang nyata, bukan berdasarkan ikatan perjodohan semata," sahutku serius.

Ruby dan Xienna melongo seketika seraya menatapku. Terra berdeham sambil mengerjapkan netra birunya. Apa ada yang salah dengan ucapanku?

"Wah, Clarabelle. Aku tidak pernah menduga kau punya pemikiran begitu," gumam Xienna.

"Apa aku salah menginginkan sebuah hubungan cinta yang seperti itu?" tanyaku bingung.

"Tidak. Kau tidak salah. Hanya saja, selama ini kita diajarkan untuk menerima ikatan yang sudah ditentukan oleh Dewi Aleta saat ada alvern bangsawan yang menyatakannya pada kita. Sama sekali tidak terpikir bahwa ... kita bisa memilih," jawab Ruby pelan seraya menunduk.

"Bukankah ini terkesan tidak adil ketika kita, para gadis, harus menunggu alvern bangsawan lelaki yang datang pada kita dan membiarkan mereka yang memutuskan apakah akan menyatakannya pada kita jika ikatan itu ia terima?" ucapku sembari memandangi Ruby dan Xienna yang terdiam.

THE BLUE ALVERNS-Book 2 (completed)SUDAH DITERBITKANWhere stories live. Discover now