CHAPTER 22. GO WITH THE FLOW

1.4K 101 22
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Jangan cepat menyimpulkan sesuatu yang kau belum tahu kebenarannya secara utuh.

-Clarabelle

Kakiku lunglai rasanya. Tubuhku masih gemetar saat memasuki ruang utama. Tanganku menggenggam erat tali tiga khalva.

Aku mengatur napas seraya memejamkan mata. Kucoba menenangkan detakan jantung yang menggila. Alvern Mesum Tampan itu sungguh tahu bagaimana membuatku tak berdaya!

"Bagaimana kencanmu?"

Terkesiap, netraku membuka lebar dengan telapak tangan spontan menyentuh dada. Aku menoleh dan mendapati mama tengah menatapku dengan senyuman yang khas dari pintu kamarnya.

"Mama! Ah ... kau mengagetkanku. Jantungku rasanya mau lepas," keluhku sembari mencoba menyembunyikan wajahku yang kuyakin merona dengan melangkah cepat, menaiki tangga menuju kamarku.

"Apakah ada sesuatu yang terjadi?" tanyanya sambil mengikutiku.

Aku tak menjawab hingga memasuki ruanganku dan meletakkan tas-tas belanja dari kain di atas ranjang.

Mama menghampiriku dan menatap bingung tiga khalva itu. "Sepertinya banyak sekali. Kau membeli apa saja? Kau dapat koin dari mana?"

"Bukan aku yang beli, Mama. Alvern Ellio yang membelikannya," sahutku sambil menjatuhkan diri ke kasurku.

Mataku memandang langit-langit kamar. Tanpa sadar, jemariku perlahan menyentuh bibirku yang masih terasa hangat karena sentuhan si Alvern Mesum Tampanku.

"Kenapa bibirmu terlihat seperti bengkak?" tanya mama memandangiku heran.

"Mama!" pekikku sembari menutupi mukaku dengan kedua tangan. Wajahku memanas. Ah, tidak bisakah wanita itu berpura-pura tidak memperhatikan?

Mama tertawa kecil. "Maaf, kadang Mama lupa kalau kau sudah bukan gadis kecil lagi," ujarnya seraya duduk di samping tiga khalva.

Aku diam tak menjawab. Mataku mencoba mengintip mama dari sela-sela jari.

"Sudah, tidak usah malu. Mama janji tidak akan membahas hal itu lagi," ujarnya sambil cengar-cengir dan membuka tas-tas belanja.

Aku menurunkan tanganku seraya mengubah posisi, duduk menghadap mama. Wajahku tersipu saat ia menatapku dengan senyum menggoda setelah melihat isi tiga khalva.

"Selera Ellio bagus juga. Ini pasti gaun-gaun mahal. Apakah ia membawamu ke toko busana bangsawan?" tanya mama.

Aku mengangguk malu-malu. "Tadinya aku tidak tahu jika dia akan membeli semua gaun ini. Ia hanya menyuruhku mencoba pakaian yang sudah dipilihkan oleh rozcha. Penjaga toko wanita itu kemudian memberitahuku kalau Alvern Ellio memintanya membungkus sepuluh baju yang ada di ruang ganti untukku."

"Mama suka melihatmu bersama alvern itu," ujarnya sambil tertawa kecil. "Kalian sungguh serasi."

"Tapi, dia Alvern Mesum ...." Wajahku memanas.

"Kepadamu saja, atau ke semua wanita?" goda mama.

"Entahlah. Tapi, sepertinya hanya kepadaku," sahutku pelan.

Mama mencubit kedua pipiku. "Kalau ia cuma bersikap begitu padamu, itu tandanya dia benar-benar menyukaimu. Ellio sudah memberitahu Mama kalau kau adalah kanaya-nya. Jadi, wajar saja jika lelaki itu bersikap begitu. Tidak ada alvern pria bangsawan yang bisa menolak kekuatan pengaruh ikatan. Bagi mereka, kanaya adalah segalanya. Apalagi bila sudah ada rasa cinta, akan semakin kuat pengaruhnya."

THE BLUE ALVERNS-Book 2 (completed)SUDAH DITERBITKANWhere stories live. Discover now