CHAPTER 14. THE CLAIM

1.5K 117 25
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Dia milikku. Tidak ada yang boleh menyentuh gadis yang sudah ditentukan untuk menjadi hakku.

-Ellio

Aku tak perlu menunggu Lilian menyelesaikan kata-katanya. Firasatku mengatakan Benjamin dalam bahaya. Bergerak secepat yang kubisa, aku tiba tepat saat Raven tengah bergumul dengan Damien. Aku pun sedikit terkejut ketika melihat Terra tampak setengah berjongkok di sisi Benjamin yang terkapar di lantai sambil berteriak kesakitan.

Tanpa pikir panjang aku menggerakkan kedua tangan untuk memisahkan Raven dan Damien hingga mereka terpental ke arah berlawanan.

"Apa yang terjadi?!" teriakku pada Benjamin.

"El-Ellio ... Da-Damien ... i-ia mematahkan ka-kakiku ... argh ...!" Ucapan dan pekikan terakhir yang kudengar dari adikku sebelum ia tak sadarkan diri.

"Apa yang kau lakukan?!" bentakku pada Terra setelah ia terlihat menarik kaki Benjamin.

"Oh, aku hanya sedang menghancurkan tulangnya," jawab Terra datar.

Aku melebarkan netra menatapnya.

"Memangnya kau tidak lihat aku sedang berusaha membantunya? Aku harus meluruskan tulangnya terlebih dahulu," ujarnya lagi sambil memutar bola mata.

Dia membantu Benjamin di depan para tamu? Apakah dia ingin semua alvern tahu tentang dirinya dan kemampuannya?! Tanpa memperlihatkan emosi, aku membungkuk mendekati telinganya.

"Jangan sekarang. Lakukan nanti di ruangan lain yang tertutup," desisku pelan. Sempat kulihat raut wajah Terra yang terkejut mendengar ucapanku sebelum membalasku dengan anggukan.

Kulihat Clara menghampiri Ruby yang tengah menangis bersama Xienna. Ada apa dengan kedua gadis itu?

Ayah Xienna dan beberapa alvern tampak berusaha memegang dan menenangkan Damien. Rambut putihnya acak-acakan tak karuan dengan luka di sudut bibir yang tak lama lagi kuyakin akan sembuh dengan sendirinya.

Di sebelah kananku, Lilian terlihat memeluk Raven yang siap akan menyerang Damien lagi. Aku bertemu pandang dengan tatapan datar Torrent. Di sampingnya, Leon berdiri menyeringai.

"Apa yang terjadi? Kenapa Damien mematahkan kaki Benjamin? Tidakkah kalian ingat kita sedang dalam pengawasan Altern Makimus?!" hardikku pada Torrent dan Leon.

"Bukan aku yang akan tertangkap kali ini, Ellio. Tapi, kau ... dan Benjamin. Adikmu menyerang lebih dulu. Damien hanya membela diri. Lalu, kau ... menggunakan kekuatan terlarangmu barusan. Itu bukan masalahku ...," ujar Torrent dingin.

Leon menyeringai ke arahku, "Aku ingin lihat apa yang akan terjadi nanti jika Altern Makimus tahu kau menggunakan bakat pengendali anginmu pada Raven dan Damien ...."

"Aku melakukannya untuk memisahkan mereka!"

"Ho ho ho ... tak perlu berteriak padaku, Ellio. Masalahmu adalah dengan Altern Makimus nanti. Bukan dengan kami," sahut Leon seraya tertawa mengejek.

"Apa kau tahu, kami sudah merencanakan hal ini untuk membuat Altern Makimus mengunci bakatmu," tambah Leon lagi sambil tersenyum miring sebelum ia membelalakkan mata setelah menyadari ucapannya.

Bibirku membentuk senyuman samar. Tanpa melihat pun aku tahu siapa yang membuat Leon mengungkapkan kejujuran.

"Apa yang kau bicarakan, Bodoh?!" umpat Torrent pada Leon.

THE BLUE ALVERNS-Book 2 (completed)SUDAH DITERBITKANحيث تعيش القصص. اكتشف الآن